[Part 8]

1.8K 199 58
                                    

"Hey, bangunlah!" nyawa Atsushi masih selamat. Akutagawa membawanya ke daratan setelah melihat Atsushi yang tenggelam perlahan ke dasar laut.

Mau tak mau, Akutagawa harus menolong Atsushi dengan nafas buatan. Meski mau, Akutagawa tak berani melakukannya. Ayolah, lakukan sekarang kepada Atsushi yang sudah mulai membiru itu. Lagipula, pulai kecil ini jauh dari pantai. Tak kan ada yang bisa melihat.

Setelah melakukan yang seharusnya dilakukan Akutagawa kepada bibir pucat Atsushi, akhirnya Atsushi terbangun.

"Uhuk!! Uhuk!!!" sama sama terbatuk menelan air. Atsushi sedikit-sedikit membuka matanya. Nampak Akutagawa yang rautnya sangat khawatir dan merah.

"A...kuta, gawa." panggil Atsushi sambil berusaha duduk dengan keadaannya yang lemas. "Maaf." yang membuat orang lain selalu heran. Akutagawa memang sudah berubah. Dan perubahannya sangat besar. Siapa lagi kalau bukan Atsushi yang merubahnya.

"He? Kenapa?" Atsushi tersenyum tipis kebingungan. Ia menatap Akutagawa yang menunduk, tak berani melihat matanya. "Ah aku tak bisa mengajarkanmu bela diri." lanjutnya mengecewakan.

"Bela diri? Ah... T-tidak masalah. Aku juga tidak membutuhkannya kok." dengan santai Atsushi menjawab. Padahal ia ingin sekali bisa melindungi dirinya sendiri. "Benarkah?" pasti mengentengkan Akutagawa yang sudah tidak memiliki janji kepada Atsushi.

"Karena aku mempunyai Akutagawa." Atsushi tersenyum manis. Dibawah pohon kelapa yang tertiup angin, Akutagawa melamun dan serasa diterbangkan juga. "Itu benar, Jinko." Akutagawa juga sempat tersenyum malu.

"Jinko?" Jinko adalah macan. Menurut Akutagawa, Atsushi sudah bisa melindungi dirinya sendiri dengan usaha. Melindungi ayahnya dengan usaha menerbangkan harga dirinya, berusaha agar ayahnya tidak khawatir. Itu adalah perlindungan yang hebat. Seperti seekor harimau yang pandai melindungi dirinya sendiri dengan caranya.

"Sebaiknya, kita cepat bergegas. S-sebelum yang lain khawatir." Atsushi berdiri dan berkepul rona merah.

Masih kebingungan Akutagawa yang dipanggil lengkap marganya. Merupakan sebuah kehormatan jika ia dipanggil seperti itu dari mulut Atsushi. Dan, ucapan 'karena Atsushi mempunyai dirinya' Apakah Akutagawa terlalu percaya diri?

Masih menjadi misteri hati.

***

Tak terasa sudah cukup mereka menikmati pantai. Kejadian besar yang menimpa Atsushi menjadi faktor mereka pulang lebih awal.

"Jinko!" panggil Akutagawa berlari menghampiri Atsushi yang keluar gerbang sekolah. "Ya?"

Apa yang akan dikatakan Akutagawa dengan raut seperti itu? Merah duluan kemudian berani menatap Atsushi. "B-besok ke taman bermain denganku!"

" ....Tent--" belum juga membalas senyuman Akutagawa, teman-temannya menyela. "Aku ikut!!" teriak Dazai.

"Taman bermain? Kami ikut, bagaimana denganmu, Ranpo-kun?" Kenji melanjutkan. "Ya, lagipula besok aku kosong." balas Ranpo.

Sepertinya tidak akan menjadi kencan ya? Kenapa Akutagawa mengajak Atsushi di taman bermain? Ada diskon musim panas bagi dua orang pasangan yang masuk. Sudah dipastikan jika Akutagawa dengan Atsushi, Kenji dengan Tanizaki, Ranpo, dengan Poe, dan Dazai dengan Chuuya.

Mereka pun akan berpura-pura seolah menjadi pasangan laki-laki, agar dapat diizinkan masuk dengan potongan harga.

"Hey! Tidak akan ada yang mau berkencan denganmu!!" Chuuya kesal. Sebenaranya hatinya mau, tapi mulutnya harus menutupi sifat tsunderenya itu. "Ayolah chuu, besok akan ku traktir es krim." Dazai memaksa.

"Tidak!" Chuuya menolak "2 es krim?" tawarnya semakin menggoda.

"Kubilang tidak, ya tidak! Sudahlah, aku pulang saja!" hendak melangkah gerbang gerbang, Dazai belum menyerah dalam tawarannya. "4 Es krim dan satu kejutan gratis." Dazai menyeringai licik. Lantas Chuuya berhenti kemudian merah.

BURIED (Funfiction Bungou Stray Dogs ) [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang