Tiba-Tiba saja

23 6 0
                                    

Langit yang indah dengan hiasan awan di sekitarnya, siapa yang akan merusak ciptaan tuhan yang paling indah?, takkan ada yang bisa merusak ciptaanya karena Kejora Aira Hamid lah yang akan selalu menjaga ciptaan tuhan dengan segenap jiwa dan raganya. Walaupun ia tak begitu menyukai lingkungannya, tak menyukai orang disekitarnya, dan ia selalu memilih untuk duduk di bawah langit sepanjang hari, dari pada harus mengurusi orang-orang egois diluar sana.

"Aira, kamu gak bosan apa?" Tanya Aqila, seorang sahabat yang selalu ada di sisi Aira, dimana kau melihat Aira pasti selalu ada Aqila di sampingnya.

"Aku takkan pernah merasa bosan dengan apa yang aku lakukan"

"Hmmm, oke-oke oh iya ada anak baru loh, cowok kece banget parah! "

"Katanya dia juga pintar loh"

"gak hanya pintar, dia tuh anak seorang dokter forensik tau, cita-cita kamu Ra" oceh Aqila tak henti-hentinya, dia terus saja menjelaskan kelebihan dari anak baru itu, padahal anak itu baru saja masuk hari ini, namun Aqila tau segala kelebihan dari anak itu, sesuatu yang aneh namun nyata.

"Udah, ngocehnya?" Tanya Aira sambil menatap manik mata Aqila, matanya berbinar-binar dan itu tandanya dia takjub kepada sseorang, dan tak perlu di tebak lagi tentu saja yang membuat seorang Aqila takjub adalah murib baru itu.

"Huh, sensi banget sih kamu, gausah liat aku kayak gitu horror tau"

"Tuh ada kakek-kakek yang ngikut kamu dari pas kita ke makam mama aku"

"Airaaaa. Kamu bisa gak, kalau lihat seseuatu jangan beri tau aku? Aku takut tau"

"gak kok kamu aman sama aku" ucap Aira sambil kembali mentap langit yang terbentang luas. Aira selalu heran dengan kemampuannya, dia bisa melihat sesuatu yang tak nyata dan karena kemampuan spesialnya itu sebagian orang takut padanya, padahal kemampuan Aira itu sangatlah membantu. Sejak mamanya meninggal 6 tahun lalu Aira tak punya orang untuk memberi tau apa yang ia lihat, dan 6 tahun itu adalah waktu yang cukup lama untuk seorang Aira, untuk terbiasa dengan apa yang ia lihat, dan terbiasa untuk tak menceritakannya ke siapa pun.

Di umur Aira yang sekarang ia tak seharusnya menangung beban yang berat, siksa batin yang dia rasakan membuatnya lebih senang menyendiri. Walaupun ia masih memiliki Ayah dan Kakak, ia tetap saja merasa sedih karena ibunya tempat ia berbagi cerita itu telah tiada.

Bel jam terakhir telah berbunyi, semua murid berlari memasuki kelas untuk melaksakan jam pelajaran terkhir sebelum pulang, sebelum bel berbunyi Aira dan Aqila sudah berada di kelas, jadi ia tak perlu khawatir jika terlambat masuk kelas.

"Aku gak liat anak baru, dimana ya? "ujar Aqila sambil melihat kearah pintu untuk menunggu kedangan anak baru itu.

"Noh anak baru, udah duduk dari" tadi jawab Aira tanpa berbalik kearah dimana anak baru itu duduk. Hebat emang seorang Aira.

"Ahh, adem banget Ra" Aira hanya mendengar apa yang Aqila bilang, memuji pria baru itu. Ah, Aqila sangatlah cerewet. 10 menit telah berlalu namun bu Tiara guru bahasa indonesia tak kunjung datang, Sepertinya ia takkan datang.

"Raa, Airaa" teriak Aqila sambil mengguncang-guncang tubuh Aira, untung saja seisi kelas tak ada peduli dengan teriakan Aqila, namun hanya satu orang yang memperhatikan Aqila karena teriakkannya, dan itu adalah anak baru yang dibicarakan Aqila hari ini.

"Ahh, aduhh aku pusing La"

"Makanya kamu jangan melamun"

"Ya. ini juga tiba-tiba"

"Yaudah tenang dulu" ucap Aqila dengan suara yang sangat tenang. kegiatan melamun yang Aira lakukan itu bukanlah sebuah kegiatan yang sia-sia, kemampuan itu yang membuatnya terus melamun, melamun ynag terus mendatangkan potongan kejadian-kejadian entah itu kecelakaan atau aksi bunuh diri, namun Aira tak begitu mempedulikannya pasalnya semua itu sudah menjadi takdir tuhan, dalam masalah umur tak ada yang bisa mengubahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aira's MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang