Lari Pagi

20 0 0
                                    

Fajar beku kini tengah menjadi sarapan para pemuda yang tengah berlari mengelilingi arena tempur. Kaki mereka bergerak menghentak bumi silih berganti, diikuti teriakan tegas para tentara yang melatih mereka.

"TERUS BERLARI! ATAU KUBUAT KALIAN TAK BISA BERLARI!!" Teriak seorang tentara dengan nyalang di mikrofon karena matanya menangkap ada pemuda yang memelankan larinya.

"PERCEPAT LARI KALIAN!! DASAR PRIA LEMAH!!" Ejek tentara yang lain.

Mendengar ejekan itu, sontak jiwa lelaki yang ada di dada para pemuda langsung bergemuruh. Seolah tak ingin menjadi lemah, para pemuda itu memperlebar langkah mereka agar cepat sampai putaran ke-3 dan mengakhiri penderitaan raga dan jiwa ini.

"Dasar tua bangka! Mereka berdiri santai di tengah arena sedangkan kami harus memutari arena yang bahkan lebih luas dari sebuah kota?!!! Sungguh memilukan!"

"Sialan!"

"Ibuuu tolong aku.."

"Hah hah hah .."

"Aku laparrrrr..."

"Setelah semua ini selesai aku akan merobek mulut tua bangka itu!"

Dan masih banyak lagi ocehan bahkan umpatan tak patut dari mulut para pemuda. Walaupun begitu mereka tak berani bersuara lebih keras karena hukuman pasti akan menanti mulut dan hidup mereka.

Dua jam sudah para pemuda memeras habis keringat mereka di pagi yang beku ini. Karbondioksida yang keluar dari hidung dan mulut mereka mengepul di udara tak lupa keringat yang sudah membasahi rambut cepak mereka. Waktu juga terasa berdetak lambat seperti ingin menyiksa lebih lama para pemuda itu.

'Brukk!!'

"WAH!! AKHIRNYA ADA YANG TUMBANG!!! HAHAHAA" teriak salah satu tentara, "SERET DIA KEMARI!!" lanjutnya.

Beberapa pemuda yang terdekat dengan orang pingsan itu berhenti dari kegiatannya berlari. Memandang kasihan ke arah tubuh yang tergolek di atas tanah yang sudah liat karena seringnya terinjak-injak. Karena mendengar perintah tentara itu, lantas beberapa pemuda sibuk bernegosiasi tentang siapa yang akan membawa pemuda malang itu.

Tapi tanpa diduga seorang pemuda akhirnya mengangkut tubuh lemah itu di punggungnya dan segera membawa pemuda malang itu ke tengah arena tempat para tentara mengawasi 'lari pagi' mereka.

"KUBILANG SERET DIA!!" Marah tentara itu geram.

Tapi tetap dihiraukan oleh pemuda yang tengah menggendong itu. Dia berjalan seperti orang kesetanan menahan marah.

Dan setelah pemuda itu sampai di depan para tentara. Dia menurunkan begitu saja pria yang digendongnya, dan seketika saja para medis yang telah bersiap langsung membawanya dengan tandu.

"Ah! t-tuan Robin, ternyata kau...matahari belum muncul sempurna jadi kami tak dapat melihatmu dengan jelas tuan, maafkan kami yang rabun ini..." jelas tentara itu dengan wajah ketakutan. Keempat tentara di sampingnya bahkan menahan napas mereka, terlihat jelas karena tak ada kepulan karbondioksida keluar dari hidung mereka.

"Sudah kubilang, perlakukan aku seolah diriku bukanlah Robin Ve Calammus. Dan kelakuanmu pada mereka sudah keterlaluan, bukankah ini terlalu keras untuk pemula?!" Marah Robin pada tentara paruh baya itu.

"Maaf tuan, ini perintah dari presiden sendiri. Sekali lagi maafkan kami..." mohonnya dengan nada memelas dan ketakutan.

Mendengar hal itu mata tajam bermanik ungu gelap milik Robin memicing tak suka. Kepalan tangannya sudah siap untuk memakan mangsa.

'BUGHHH!!!'

"Bukannya aku tak sopan padamu Pak Juan, aku hanya ingin lebam itu yang berbicara pada ayahku jika aku telah menentangnya. Katakan juga padanya untuk meringankan wajib militer untuk para pemula" ucap Robin datar.

Pak Juan terjengkang ke belakang, sungguh heran tubuh berototnya tak berguna sama sekali. Ia memegangi pipinya yang terasa panas dan berdenyut sakit.

"B-baik, tuan baik akan aku sampaikan segera pada beliau." Katanya sambil berdiri kemudian berdiri tegap lalu ia berbalik untuk menjalankan tugasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Real EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang