- Thirty Seven -

899 142 9
                                    

PAPA

.

McM

.

AUTHOR'S SIDE

.

.

.

Setelah menerima masukan dari Hendery dan Jaehyun, Jeno memberanikan diri untuk bergerak lebih dulu. Jemarinya mengetuk pelan pintu studio lukis Doyoung. Jeno tahu itu tak akan membuahkan hasil.

Jeno menghembuskan napasnya, mengetuk lebih berani pintu bewarna putih tersebut.

"Sebentar Jae!"

Jeno memejamkan mata saat mendengar langkah kaki mendekat. Pintu terbuka, membuat kepala Jeno tertunduk dalam.

"Jeno? Ada apa?"

"Abeoji sudah menyiapkan makan malam." Jeno mengamil satu langkah mundur.

Doyoung sama kikuknya dengan sang anak. "Turunlah lebih dulu. Papa akan menyusul."

Jeno memperhatikan kaki Doyoung yang menjauh. "Papa maafkan Jeno!" suara itu lantang, namun bergetar.

Lagi, Jeno melihat kepalan tangan Doyoung. Menyimpulkan jika sang Papa akan kembali marah padanya.

"Jeno bersalah. Jeno keterlaluan dengan kalimat Jeno semalam. Jeno seharusnya segera meminta maaf pada Papa."

Perlahan senyum Doyoung tertarik, matanya berair.

"Pagi tadi Abeoji mengatakan jika Papa tidak tidur. Papa mengurung diri di studio. Papa tidak sarapan bersama kami. Hari ini bukan Papa yang menjemput Jeno. Abeoji juga mengatakan jika Papa melewatkan makan siang. Jeno tidak ingin Papa sakit."

Doyoung meneteskan air mata, terlebih ketka melihat jemari Jeno yang tertaut bergetar satu sama lain. Doyoung mendekati, menahan kepala putranya untuk tetap menunduk dan bersandar pada dadanya.

"Jeno minta maaf. Papa harus makan. Jeno tak ingin Papa sakit." Jeno telah menangis lagi.

"Papa, masih ayah Jeno?"

Jeno seketika mengangkat pandanganya. Kepalanya mengangguk kuat berulang kali. "Papa akan selalu menjadi ayah Jeno."

Doyoung menarik putranya dalam pelukan. "Jeno juga akan selalu menjadi anak Papa."

Di ujung tangga, Doyoung melihat Jaehyun. Menggumamkan terima kasih kepada suaminya.

.

.

.

A/n :

Yeay baikan!

#190704

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang