Part 1
Sekarang Naeun sudah SMA, betapa bersemangat dia masuk sekolah hari pertama meskipun masih mengenakan seragam SMP. Oh iya disini Naeun punya teman baru banyak karena semasa PLS dia pernah dipindah kelas sampai tiga kali loh. Dua kali di pindah kelas jurusan IPS dan yang terakhir dia di pindah di kelas jurusan IPA. Disitulah dia bertemu teman dari teman lamanya namanya Hera, dan ternyata rumahnya tak jauh dari rumah naneun sehingga mereka lebih mudah akrab. Semasa kelas satu SMA tepatnya di semester ganjil, mereka sering berangkat bersama sampai-sampai duduk sebangku dan belajar bersama. Namun mulai di semester genap entah mengapa mereka secara tidak sadar mulai berjauhan, padahal tidak ada masalah dengan keduanya. Ternyata Hera berani bilang pada Naeun bahwa Hera sudah bosan, okelah Hera menjauh dari Naeun, dan si Naeun menjadi sendiri kemana-mana. Dia sudah terbiasa untuk melakukan sendiri, toh Naeun mudah mengakrabkan diri pada orang, jadi tidak memerlukan teman yang selalu ada. Suatu hari, dimana ada blanko wajib ekstrakurikuler, Naeun bingung mau ikut yang mana, hingga ia mencontreng hampir seluruhnya mulai dari ekskul Pramuka, PMR, vokal, kerajinan, hingga kerohanian. Setelah dijalani ternyata berat karena kepayahan dalam membagi waktu, terlihat yang paling disukainya adalah ekskul vokal dan kerohanian. Dalam ekskul vokal, Naeun sangat bahagia karena kesukaannya menyanyi meski suara gak bagus-bagus amat makanya gak diajakin ikut lomba. Sedangkan, di ekskul rohani Naeun ikut samroh dan kepengurusan materi, disini Naeun betah banget kalo ada kumpulan karena ada orang yang dia suka. Di akhir semester genap, Naeun ada masalah dengan ekskul rohani karena jarang masuk sehingga diberi peringatan oleh ketua, akhirnya Naeun memilih mengeluarkan diri dari ekskul tersebut.
Part 2
Waah udah kelas 2 aja nih si Naeun periang. Disini adalah masa keemasan Naeun dimana Naeun benar-benar di anggap menjadi seorang siswa, ada beberapa guru yang mulai kenal dan akrab dengan Naeun. Suatu ketika, Naeun mendapat tawaran dari seorang teman yang bernama Maris untuk rekomendasi menggantikan dirinya dalam rangka mengikuti olimpiade se-provinsi. Betapa bahagianya perasaan Naeun. Disini dia dipertemukan dengan seorang pembimbing untuk uji tekad dan kelayakan. Alhamdulillah Naeun lolos. Kurang lebih satu bulan melakukan persiapan olimpiade. Dalam persiapan olimpiade, Naeun sering keluar kelas saat jam pelajaran untuk mengikuti bimbingan dan berbagai latihan. Hal ini membuat Naeun tertinggal materi dan tugas di kelas. Rasanya kacau saat tugas Naeun menumpuk belum lagi pemantapan persiapan olimpiade. Sempat Naeun merasa stress hingga rambutnya banyak yang rontok, kulit lekas mengkerut, dan pastinya berjerawat. Ohhhh tidackkk. Akan tetapi pada akhirnya semua bisa berlalu. Yang terberat dihadapi Naeun ketika pelaksanaan olimpiade di tengah kesibukan ulangan semester ganjil. Dalam hal ini, sekolah memberi kelonggaran untuk melakukan ujian susulan. Pada hari Jumat, kurang lebih jam 2 siang, Naeun berangkat bersama rombongan diantaranya ada Alic, muya, inang, Bu siba, dan seorang sopir sekolah yang bernama mas Ara. Dalam perjalanannya ke kota pusat provinsi memakan waktu 8 jam kalau gak macet. Jadi nanti akan menginap disebuah homestay. Barang yang dibawa hanyalah setelan seragam, stelan kaos, sepatu, materi dan beberapa Snack. Menjelang magrib, tepatnya sudah setengah perjalanan mereka beristirahat untuk makan dan beribadah. Mereka berhenti di salah satu restoran. Menu yang dipesan ada ayam bakar, ayam goreng, mi oseng sama krawu. Untuk minumya ada teh hangat, jeruk hangat sama jus apel. Setelah melanjutkan perjalanan, masuk jalanan tol, salah satu teman ada yang mabuk namanya inang. Betapa bingung Bu siba yang tentang bagaimana keadaannya untuk esok hari. Sampailah di pusat kota, serombongan mencari homestay dan salah alamat sampai terkena macet 2 kali dan pastinya puter balik 2 kali juga. Setelah alamat tersebut dipastikan benar oleh orang sekitar disana, mulailah masuk gang dengan berjalan. Sampai disana ternyata homestay sedang ada perbaikan dan masih rusuh, belum bisa leyeh-leyeh padahal capek perjalanan lanjut nhebersihin homestay nya sebelum iti mereka sempat lari gara2 hampir dikejar anjing milik orang yang tinggal disekitar homestay. Jam 11 malam, Naeun mandi sendiri karena kegerahan. Yang lainya rebahan di kasur. Naeun sulit tidur jika badannya merasa lengket. Tiba-tiba ada kejadian lucu ketika mas Ara lebih memilih tidur di mobil, dan muya ingin tidur sekamar karena ketakutan padahal ia seorang laki-laki. Dia meronta seperti anak kecil untuk meminta tidur sekamar dengan Naeun dan inang meski ditempatkan di bawah lantai. Bu siba pun datang dan menentang keras. Akhirnya muya menurut. Naeun terbangun jam 2 Dini hari untuk pemantapan materi sedangkan yang lain masih tidur pulas. Jam 3 dini hari pada mandi langsung memakai seragam. Saat itu Alic ketakutan karena melihat sesosok yang menyeramkan yaitu muka hancur mata besar merah menyala. Sontak kaget terjerit, Alhasil Alic mandi tanpa di tutup kamar mandi dan Naeun serta Bu siba yang menjaganya. Pagi hari tiba, dalam perjalanan menuju gedung Olimpiade jalanan masih lenggang kangkung. Pagi buta sudah Sampek aja nih di tempat acara. Dilakukan registrasi ulang untuk pengambilan nomor peserta, setelah itu mereka semua mencari makan di warung pinggir jalan, dari banyaknya deretan warung hanya satu yang sudah buka. Dipesanlah coklat panas sebagai pembuka pagi yang dingin, kecuali Bu siba dan mas Ara. Bu siba lebih memilih teh hangat dan mas Ara lebih memilih kopi susu. Setelah itu barulah makan, mereka bingung memilih menu karena merasa asing dengan menu yang disajikan secara prasmanan. Ada kereca tumis, kering asam, telur gobal gabul, ikan laut goreng, pare kuah pedas. Dengan kompaknya mereka semua memilih menu telur gobal gabul dan kering asam. Setelah beberapa suap, anak-anak hilang nafsu makan ketika pesaing terlintas di depan warung, Bu siba terus memberikan suntikan semangat, mereka tidak menghabiskan nasi, hanya memakan lauknya saja. Jalan kembali menuju lokasi penuh kendaraan mulai berdatangan membawa peserta. Badan tiba-tiba serasa dingin sekujur lalu kembali panas dan terus berulang. Si Naeun memiliki kebiasaan lucu, ketika merasa hilang nyali bahkan buruk, ia meminum tablet obat sakit perut. Di saat itu juga muya merasa kebelet hingga beol berkali-kali. Bu siba mencarinya kemana-mana. Setelah Naeun menelpon muya, ternyata dia beol di toilet dekat musola lokasi lomba. Peserta yang sekolahnya satu kota dengan mereka tiba-tiba menghampiri dan menyapa. Para pembimbing berbincang mengenai persiapan yang di lakukan. Teeet ceremony olimpiade dimulai, semua peserta dimasukkan di sebuah aula untuk random ruang. Disitu dihibur tari dan drama dalam sekejap, setelah itu sambutan dan tata cara serta hak maupun pelanggaran yang dijelaskan. Tak lupa masuk aula diberi alat tulis serta jajan sekotak. Di kanan kiri banyak peserta dari berbagai kota, dimulailah perkenalan alias sok akrab buat ngilangin kecanggungan. Mulailah masuk ruang yang telah dirandom, soal mulai dibagaikan, satu tim mulai membagi jumlah soal untuk dikerjakan. Naeun yang merupakan Alic , dengan cepat melakukan diskusi dan musyawarah bersama. Satu jam telah berlalu, jawaban ditarik pengawas. Sembari menunggu pengumuman final, dibagikan nasi kotak per tim untuk makan siang. Disaat makan, semua mulai bercerita bagaimana bahagia dan keluh kesah dengan soal yang h.o.t.s. Bu siba dan mas Ara hanya tertawa kecil demi menghibur agar otot tak tegang. Makanan habis disantap berselang pengumuman final, karena peserta sebanyak 200pasang dan yang diambil dalam final hanya 10 pasang, Naeun dan teman-teman tidak lolos karena menempati ranking pasang 20. Kata Bu siba tak apa yang penting sudah berusaha, Bu siba menghibur atas kekecewaan yang diterima dengan perkataan logis : kamu sudah mengalahkan 180pasang peserta, itu bukan hal mudah, percaya bahwa ini belum rezeki kalian menang. Inang sudah teler pusing, muya ngantuk berat, Alic tak ada henti meneteskan air mata, dan Naeun mencoba tegar, merenung, melamun menghibur diri dengan nyanyian tak jelas. Di perjalanan macet total sehingga untuk sampai ke sekolah mereka perlu waktu 7,5 jam. Di perjalanan pulang Naeun memfoto gedung yang semulanya hanya diketahuinya lewat media massa, begitu terpukau anak desa yang pergi ke kota merasa takjub atas bangunan gedung pencakar langit yang padat dan tinggi. Hampir sampai di dekat kota mereka, berhentilah mas Ara atas perintah bisa siba untuk makan di sebuah warung Tegal, mereka makan dengan sangat lahap dengan baju seragam lusuh dan wajah buluk tak karuan , seorang penyaji pun bertanya : mbak dan mas ini baru dari luar kota ya ??
Bu siba mengiyakan, terus dengan rasa penasaran penyaji pun bertanya apakah baru lomba/kompetisi/semacamnya? Mereka dengan kompak menganggukkan kepala. Bu siba makan sayur bayam dengan lauk ayam dan sambal banyak, mas Ara makan tempe balado dan telur bacem, sedangkan naeun-inang-alic-muya makan ayam goreng dengan tempe balado. Sampai di sekolah waktu magrib, mas Ara setia menemani mereka hingga orang tua menjemput. Naeun yang malam hingga jam 7 malam belum ada yang menjemput. Ternyata orang tuanya sedang diluar kota bersama saudara, dan kakak Naeun sedang sif jaga di rumah sakit. Dengan terpaksa Naeun merengek menelpon kakaknya yang sedang sif untuk minta di jemput. Sampai di rumah, Naeun merasa rumahnya seperti gua dan tak mendapatkan kunci rumah hingga orang tuanya kembali. Tak lama kemudian orang tuanya sampai ke rumah. Belum juga melepas lelah, Naeun sudah diwawancarai bagaimana Olimpiadenya. Panjang lebar kali tinggi, Naeun bercerita hingga lupa bahwa badannya kotor dan sangat lelah. Naeun berangkat mandi, berkemas lalu tidur. Pagi ini ternyata hari Minggu, tapi Naeun tidak memiliki waktu istirahat karena di hari esok tepatnya senin, harus melanjutkan ujian dan mengikutinya ujian susulan yang terlewatkan. Naeun yang kuat tetap semangat. Beberapa Minggu kemudian rapot telah diterima dan Naeun masuk ranking lima besar. Bahagia sekali rasanya Naeun mencapai dengan susah payah.Satu bulan kemudian.......
Menjelang bulan Agustus, pastinya ada peringatan hari kemerdekaan, Naeun yang pernah mendapat tawaran untuk masuk ke grup keroncong oleh temannya, diberi tau kembali untuk memastikan bahwa menerima atau tidak tawaran tersebut. Ketika Naeun mengiyakan, siang hari selepas sekolah langsung diajak untuk latihan take vokal. Sesampainya disana Naeun sangat canggung karena bertemu orang asing. Naeun merasa bahwa diantara mereka, suara Naeun lah yang paling jelek, pemanasan suara pun dimulai dari nada paling rendah hingga paling tinggi. Mulailah diuji menyanyikan lagu. Sang coach bilang suara Naeun tipe parau yang bagus buat nyanyi jazz maupun lagu latin. Wah berat ini. Lalu dilakukan perundingan akankah Naeun lanjut latihan atau tidak, akhirnya Naeun lanjut latihan dengan tema pop keroncong, sebelum itu karena coach suka lagu latin, Naeun mencoba menyanyikan lagu quizas, perhaps, jazz nya Naeun menyanyikan lagu Tompi menghujam jantungku. Beberapa menit kemudian datanglah seorang pengaransemen namanya mas fajar dan mas Faris. Mas fajar tipe cuek ngeselin, mas Faris orang yang terlalu slow sukanya ngeces kayak bayi. Datang lagi seorang mas-mas yang punya suara merdu ntah namanya Riyal apa Rizal. 3 orang mas-mas lah yang melatih Naeun dan kawan-kawan. Disitu Naeun berlatih bersama sekawanan grup sekolah lain juga. Ada anak sekolah lain yang juga suara merdu punya paras tampan pula. Tambah betah aja Naeun latihan. Seminggu berlalu, udah lomba aja nih si Naeun. Terlihat Naeun memakai kebaya merah dengan rok hitam, rambut bersanggul ala bridal, tak lupa make up dan memakai highheel. Nampak anggun, tapi rasanya dia pucat karena demam panggung, nama grup Naeun pun di panggil akhirnya tiba saatnya untuk penampilan. Setelah intro mulai Naeun mulai menguasai panggung dan sangat santai, juri dan penonton pun ikut bernyanyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Guratan Angan
Документальная прозаHidup itu keras, semangat berjuang. Hati yang mudah rapuh, jangan sampai mematahkan semangat. Orang tidak tau apa alur hidup yang kita jalani, bagaimana permasalahan yang kita hadapi, karena mereka hanya peduli keburukan, kegagalan, kesuksesan,, tan...