5.Bicara empat mata

20.7K 1.2K 8
                                    

Aira bolak-balik di dalam kamarnya sudah seperti setrikaan saja. Gadis itu  berjalan sambil memegang ponselnya karena dia sekarang sedang bimbang. Apakah dia harus bicara dengan Azzam atau tidak?. Aira ingin agar Azzam membatalkan perjodohan mereka. Gadis itu tidak sudi untuk menjadi istrinya.
Setelah dia pikir-pikir, akhirnya dia memberanikan diri juga untuk menghubungi Azzam. Aira mencari nomor kontak Azzam di ponselnya yang dia dapatkan dari ayahnya. Kemudian dia akan mengirim pesan kepada Azzam. Lebih baik via SMS saja dari pada harus menelponnya langsung. Aira tidak mau melakukan itu. Dia tidak mau mendengarkan suara laki-laki itu.

"Assalamualaikum. Aku ingin bicara. Bisa kita bertemu?"

"Waalaikumsalam. Mau bicara apa?. Kamu sudah kangen, ya, mau bertemu denganku" Azzam tersenyum sambil membalas pesan Aira.

"Ihh, jijay banget aku membaca balasan SMS darinya. Siapa juga yang kangen sama muka songongnya?. Kepedean banget, sih jadi orang" gumam Aira. Kemudian dia membalas pesan dari Azzam.

"Aku serius!!!!" Sedikit sengak supaya Azzam ilfill dengannya.

"Aku lebih dari serius lagi" balas Azzam lagi. Di seberang sana Azzam tidak dapat menahan tawanya. Dia sangat senang menggoda gadisnya itu.

"Aaaaagrh. Nyebelin banget, nih orang. Oke, nggak perlu pakai ketemu segala, cukup lewat pesan ini saja. Males banget melihat mukanya" gerutu Aira kesal dan membalas SMS dari Azzam lagi.

"Nggak jadi ketemuan. Malas aku melihat muka mesum kamu itu" Ejek Aira agar Azzam tahu rasa, kejadian 5 tahun yang lalu tiba-tiba terbayang lagi oleh Aira.

"Nggak salah!!. Wajah gantengku ini kamu bilang muka mesum. Berarti kamu belum melupakan ciuman itu, Aira??" tebak Azzam sambil senyum-senyum sendiri ketika mengingat kembali ciuman pertamanya dengan gadis itu.

"Aku mau kamu membatalkan perjodohan ini. Kamu dengar, ya, AKU TIDAK MENCINTAIMU. Titik"

"Mana mungkin aku membatalkannya, Sayang. Keluarga ku sudah menyiapkan lamaran. Minggu depan aku akan datang melamar kamu secara resmi, Aira"

"Aku tidak mencintaimu"

"Aku mencintai mu" Azzam tersenyum geli sambil membalas SMS Aira.

Aaaaagrh. Aira akhirnya menutup ponselnya. Bisa stres dia kalau terus meladeni SMS dari Azzam. Tidak dia gubris lagi pesan dari Azzam. Aira menyingkirkan ponselnya jauh-jauh.

"Huh, percuma saja aku memohon dengannya. Dasar manusia egois!!" Aira menghempaskan tubuhnya  ke tempat tidur dengan kesal. Sia-sia sudah usahanya. Laki-laki itu tidak akan mendengarkan ucapannya sama sekali.

"Ya, Allah. Kenapa harus laki-laki itu yang datang melamar kepada Ayahku. Aku sangat membencinya. Bagaimana bisa aku harus hidup satu atap bahkan satu kamar dengan laki-laki brengsek seperti Azzam itu?" keluh Aira mengusap wajahnya.

Kepalanya terasa sakit sekali ketika memikirkan hal itu. Apa tidak ada laki-laki lain di dunia ini selain Azzam Aditya Malik.

"Aaaaaaa!!!" teriak Aira kesal sambil menutup wajahnya dengan bantal.

Di rumah Azzam

Laki-laki itu tertawa kecil ketika membaca pesan dari Humaira di ponselnya.

"Ternyata dia berani juga menghubungiku. Rupanya dia mengirim pesan hanya untuk memintaku agar membatalkan perjodohan kami. Yang benar saja!!! Mana mungkin aku mau melakukannya. Dia gadis yang selama ini aku cintai, setelah lama tidak bertemu sejak aku menciumnya di kampus dulu. Sekarang aku harus melepaskannya begitu saja. Tidak akan!!!" gumam Azzam menyeringai.

Azzam teringat akan kejadian 5 tahun yang lalu. Dia tergoda untuk mencium Aira waktu itu karena dia memang  mencintai gadis itu. Humaira adalah wanita yang pertama kali dia cium. Entah kenapa dia begitu nekad melakukannya. Walaupun dia tahu akibatnya, Aira pasti akan semakin membencinya. Dan benar saja, sejak itu Azzam tidak pernah melihat Aira lagi di kampus, bahkan bayangannya pun tidak terlihat olehnya. Hingg mereka selesai kuliah.

Kini takdirlah yang telah mempertemukan mereka kembali. Azzam masih teringat bagaimana wajah terkejut Aira ketika melihatnya kemarin. Aira pasti tidak menyangka bahwa Pak Malik yang selama ini telah membantu keluarganya adalah orang tua Azzam. Dia juga tidak tahu kalau Aira ternyata anak Pak Rahman. Kalau Azzam tahu lebih awal, sudah lama Aira akan langsung dia lamar.

"Kau hanya akan menjadi milikku Aira" gumam Azzam tersenyum.

***

Di sebuah cafe, Azzam duduk di salah satu kursi. Dia ada janji dengan teman-temannya semasa kuliah dulu. Meskipun sudah ada yang menikah, mereka tetap rajin berkumpul di salah satu cafe langganan mereka.

"Zam, sudah lama?" tegur Ivan duduk di samping Azzam.

"Nggak. Baru sampai juga. Mau pesan minum apa?" tawar Azzam.

"Seperti biasa" ujar Ivan. Kemudian dia memanggil waiters untuk memesan minuman.

"Ada apa nih, Bro. Kayaknya lagi bahagia sekali" lirik Ivan.

"Van, kamu ingat tidak dengan gadis berjilbab yang berani denganku dulu sewaktu kita kuliah?" tanya Azzam.

"Hmm, Humaira bukan?" tebak Ivan tapi dia masih ragu. Azzam menganggukkan kepalanya.

"Kenapa dengan dia. Dia sudah menikah? Atau ..." tanya Ivan bingung kenapa tiba-tiba Azzam menanyakan hal itu.

"Aku akan menikah dengannya" jawab Azzam.

"Uhuk ... Uhuk ... Uhuk" Ivan terbatuk-batuk mendengarkan ucapan Azzam. "Serius, Zam?. Bukannya kalian di kampus dulu jadi musuh" tanya Ivan tidak percaya.

"Iya, bakalan berlanjut menjadi musuh dalam selimut" ucap Azzam sambil tertawa lepas. Ivan pun tak mau kalah, dia ikut tertawa terbahak-bahak.

"Hey, kalian mentertawakan apa, sih?" tanya Hengki datang mendekati meja mereka. Ketiga laki-laki tampan itu pun saling berjabat tangan.

"Ini lho, Heng. Azzam Aditya Malik akan menikah dengan musuhnya dulu" ujar Ivan memberitahu Hengki yang baru saja datang.

"Siapa?. Humaira, gadis berjilbab itu?" tanya Hengki untuk menyakinkan dirinya.

"Iyalah, masa Azzam mau menikah dengan musuh laki-lakinya" sungut Ivan.

"Wah, musuh jadi cinta, nih" goda Hengki yang masih betah menjomblo juga.

"Kamu benaran masih cinta dengannya sampai sekarang?" tanya Ivan tidak percaya.

"Aku tidak bisa melupakannya. Niatku waktu itu, kalau aku bisa melupakannya aku akan menikah dengan gadis lain. Tapi kenyataannya sampai sekarang bayangannya selalu ada di kepalaku" jawab Azzam sambil mengarahkan jari telunjuknya ke pelipisnya.

"Bagaimana dengan Aira sendiri?.Bukannya dia nggak suka sekali dengan laki-laki seperti kamu" tanya Hengki.

"Dia harus menerimaku. Karena ternyata keluarganya begitu dekat dengan keluargaku" jawab Azzam percaya diri.

"Pantas saja kamu masih betah menjomblo, Zam" ledek Ivan. "Rupanya, ada yang dinanti."

"Kenapa kamu bisa jatuh cinta dengannya. Bukannya banyak gadis lain yang cantik dan body-nya bagus?" tanya Hengki.

"Mana aku tahu, memangnya jatuh cinta dengan seseorang bisa diatur dan direncanakan?" ujar Azzam heran dengan pertanyaan Hengki. Laki-laki berparas tampan itu menyesap minumannya.

"Aku pikir kamu bakalan menikah dengan Chika" sela Ivan. Gadis blasteran itu dulu pernah dekat dengan Azzam.

"Aku hanya menganggapnya teman saja. Tidak lebih" jelas Azzam santai. Dia memang tidak pernah menjalin hubungan khusus dengan gadis manapun. Azzam itu tipe laki-laki yang selektif dalam memilih pasangan hidup. Dan hatinya sudah tertambat kepada gadis yang dia cium 5 tahun yang lalu.

Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang