8. Tentang Adhena.

606 49 0
                                    

"Buat apasih?" Gatama nimbrung ikut duduk disamping Dhena sambil mencemot kripik kentang milik Dhena dari meja.

"Buat bahan harian praktek gue tentang anatomi sama fisiologi otot dan tulang," ujar Dhena memaparkan masih tetap fokus kearah laptop yang menampilkan vidio penjelasan rangka rangka antar tulang manusia.

"Masih lama?" tanya Gatama sambil membaringkan kepalanya diatas paha Dhena.

Biasa emang gitu, walaupun nyebelin Gatama masih sangat suka dimanja oleh kakaknya.

"Dikit lagi Ga, tugas gue tinggal setengah, kok." papar Dhena.

"Kak.." Dhena beralih menatap wajah Gatama bertanya, lalu kembali fokus pada layar laptopnya.

"Kenapa?" tanya Dhena.

"Kalau cewek lagi marah kecowok gimana, sih?" tanya Gatama tiba tiba, membuat Dhena memandangnya penuh selidik.

"Emang kenapa?"

"Salah kalau gue nanya gitu?"

"Gue Cuman pengen tau ajah siapa tau gue tiba tiba punya cewek," ucap Gatama yang hanya dijawab anggukan dari Dhena.

"Yah gitu, kalau lo ngajak bicara biasa, sih dia bakal cuek cuek bebek. Terus kalau lo panggil palingan cuman dijawab 'hm' ajah. Gitu, sih kalau ciri ciri yang paling nampak dari cewek ngambek." papar Dhena menjelaskan.

"Idih, ribet amat, sih jadi cewek."

Plakk

Dhena memukul kepala Gatama pelan, membuat pria itu meringis. Segera beranjak duduk dari tidurnya.

"Apaan, sih kak?"

"Makanya jangan sok sokan ngomong kalau cewek itu ribet, yang ngelahirin lo itu cewek bego." cerocos Dhena panjang lebar sambil bersedekap dada.

"Cewek itu juga taunya cuma nyakitin," ujar Gatama tak mau kalah sambil menatap Dhena jengkel.

"Emang siapa yang nyakitin lo? Bawa sini, biar adu dada sama gue."
Ucapan Dhena menimbulkan tawa terbahak Gatama yang tak luput terdiam.

"Gue speechles dengar lo ngomong gitu, kak. Dada datar gitu dianggarin, depan belakang lo itu bisa disamain sama kayu, datar gitu." ejekkan Gatama membuat Dhena tersulut kekesalan. Ingin rasanya dia menjitak kepala Gatama kasar, kalau saja pria itu tak segera menghindar.

"Awas lo yahhhhhh!!" teriak Dhena memekik tatkala Gatama pergi dari ruang tamu masih dengan tawanya yang tak kunjung mereda.

"DHENA!" aduh Tuhan, ingin rasanya Dhena mengumpat pada orang yang memanggil namanya nyaring, kalau saja orang yang memanggilnya itu bukan papahnya. Gak bisa apa, dia duduk santai diatas sofa sambil ngerjain tugasnya barang sekali? Capek tau.

"IYAH PAH," Dhena menyahut tak kalah nyaring segara beranjak dari duduknya menghampiri sang ayah yang berada didapur.

Sumpah serapah segera keluar dari bibir mungil Dhena ketika matanya menangkap dapurnya sudah seperti kapal pecah saat papahnya berusaha memasak nasi goreng diatas kompor listrik.

"PAH!!" teriakkan kesal Dhena membuat papahnya tersentak lalu menatap Dhena tajam.

"Pamali anak gadis teriak sore sore gini, nanti dinikahin jin!"

Jin apaan, bahkan jika jin punya otak juga bakal neriakkin papahnya, yang malah melanjutkan acara masak memasaknya menghiraukan wajah dongkol Dhena yang kentara.

"PAPAH! JANGAN MASAK LAGI, PAPAH KIRA BERSIHIN DAPUR SEJOROK INI GAK BUTUH TENAGA, LEBIH BUTUH TENAGA DARI NUNGGUIN DOI PEKA." bentak Dhena berkacak pinggang sembari memunguti kulit bawang yang berserakkan diatas lantai.

Tentang Adhena (Complete√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang