1. Prince Jaemin.

16 2 1
                                    

Suasana di malam hari ini sangat dingin, aku dapat merasakan nya hari ini, semilir angin dari uhm kira kira-selatan membawanya hingga kemari seperti tahu saja kalau aku sedang merenung malam ini.

Aku tidak pergi dari rumah, aku hanya ingin menenangkan diri di rooftop kos-an ini sendirian. Sepertinya aku mengalami stress akhir akhir ini.

"Apakah aku harus melompat agar aku tidak terbelit dalam semua urusan ini?," Aku bermonolog sambil melamun dan memegang pembatas besi rooftop yang sudah mulai mendingin karena angin malam.

"Hey? Sedang apa kau malam malam di sini? Kau tidak takut akan penjahat?," Ucapnya terkekeh dengan kebiasaan ku menyelinap untuk masuk ke rooftop.

"Ah, aniyo. Aku sedang menenangkan diri saja, aku sangat penat hari ini," Ucapku dengan sedikit tersenyum agar aku terlihat kuat didepan sahabatku ini.

"Yang benar saja? Kau hampir melupakan janji kita hari ini untuk mengantarku ke toko buku" Ucapnya

"Ah iya, aku lupa, mianhae Jaemin, aku tidak berniat untuk melupakannya, aku sangat menyesal," Ucapku sedikit menundukan kepala, dia sangat baik kepadaku sampai saat ini, tapi aku malah melupakannya ketika ia membutuhkan bantuan ku.

"Eoh, tidak perlu merasa bersalah, aku tau kalau kau sangat sibuk hari ini," Ucap Jaemin sepertinya ia iba pada nasib ku yang malang ini "Kau mengambil berapa banyak kerja sambilan sih?,"

"Eum . . . Kira kira— Lima," Ucapku sedikit ragu, akankah Jaemin mengkhawatirkan ku? Ah, tentu saja tidak akan pernah.

"Jjinjja? Menurutku itu sangat banyak, apa kau sanggup melakukan nya setiap hari? Ditambah dengan urusan sekolah?,"

"Tentu saja bisa, aku tidak lemah seperti yang kau kira, haha," Aku tertawa ketir, aku berbohong, aku sangat lelah dengan semua ini.

"Okay, Aku pulang! Pasti eomma mencariku sekarang, aku pulang ya," Ucapnya. Lalu aku mengagguk dan melambaikan tanganku padanya,

Tapi, ia kembali lagi menghampiri ku.

"Apakah ada yang ketinggalan?," Tanyaku memastikan.

"Iya ada," Ucapnya menggantung.

"Apa?,"

"Kamu,"






──•°•❀•°•──


Pukul 4.30, aku sudah bersiap siap untuk bekerja, kalian tahu aku kerja dimana? Yup, Aku bekerja di gudang entah gudang apa ini namanya, aku hanya menghitung barang yang masuk dan keluar hari ini, dan soal gaji, itu sangat membantuku.

Jangan kalian pikir kalau aku bekerja di tempat orang orang jahat, aku tidak bekerja seperti itu, ini juga sangat bermanfaat bagi ku, pagi pagi sangat aku harus membantu mengangkat barang seperti olahraga saja.

"Selamat pagi ahjumma," Ucapku pada wanita paruh baya ini, dia sangat kuat dan ceria, di usianya yang tidak muda ini ia sangat terlihat sehat.

"Pagi, Jaera, apa kau sudah sarapan pagi ini?," Tanya nya.

Aku menggeleng lambat. "Sepeti biasa ahjumma , ibuku enggan memberiku sesuap nasi, haha" Ucapku tertawa kecil, seperti tidak ada beban saat ahjumma itu bertanya. Aku suka sekali kebohongan.

"Baiklah, kau makan saja ini, cucu ku yang membuatnya," Ucapnya, ah terimakasih telah peduli kepadaku ahjumma.

"Ah, lain kali saja ahjumma, aku akan berangkat sekolah, jaga diri ahjumma baik baik ya! Aku berangkat!," Ucapku selapas bercengkrama dengannya, sungguh aku sangat beruntung mempunyai ahjumma sebaik beliau.

Ahjumma itu menanggukkan kepalanya, dan beraktivitas seperti biasa.







Sebenarnya, ini sangat tidak terlambat untuk masuk sekolah, sekarang baru pukul 06.00 dan kelas akan dimulai pukul 07.15.

Oh ya, aku belum memberi tahu kalian tentang siapa aku, sebenarnya ini tidak terlalu penting, tapi asalkan kalian tahu, aku ini miskin, haha.

Aku memiliki rumah yang amat sangat kotor, ibu tiri yang jahat dan satu kakak wanita yang jahat. Mereka sangat jahat seperti nenek lampir.

Aih, aku hanya bercanda, mereka merawatku dengan baik, selagi ayahku masih didalam dunia ini, setelah ayahku tidak berada di dunia, seolah olah mereka membuka topengnya dan menunjukan sifat buruk mereka. Cocok sekali jika mereka bermain peran, pasti akan ku tonton setiap hari dan memakinya setiap saat.

Aku juga mempunyai kucing berwana putih sangat putih, entah apa yang membuat rambut kucing itu selalu bersih, aku juga tidak pernah sekalipun memandikannya. Kucingku - mingming selalu mengerti keadaanku, aku juga sangat beruntung mempunyai mingming, tapi satu yang aku kesal darinya, mingming kerap sekali membawa botol minuman bekas dari jalanan kerumahku. Entah apa yang membuatnya seperti itu, dari pada sampah itu menggunung di rumahku yang sempit, aku jual saja pada tulang loak.

Oh ya satu lagi, aku tidak suka ada orang yang mengasihani diriku, aku tau aku lemah, tapi aku bisa bangkit dari kelemahan ku. Dan aku juga tidak suka diremehkan. Aih lagaknya.

"HEY!" Teriaknya, ah ternyata Jaemin. Aku sontak terpejanjat kaget, aish, kalau sudah begini aku ingin sekali menendang kakinya.

"Tidak usah teriak bisa tidak?! Kupingku rasanya ingin meledak saja!," Bentak ku.

"Aihh. Kasarnya Jaera ku," Ucapnya terlihat takut.

Aku menatapnya sekilas, eh tumben sekali Jaemin tidak membawa motor CBR nya kesekolah, apakah ia juga sedang mengirit?

"Hei Jaemin!," Ucapku.

Jaemin menoleh kepadaku

"Kemana motor kesayangan mu? Kau sedang kerasukan iblis mana sampai sampai kau mau berjalan kaki?"

"Kau ini! Aku motor ku itu sedang diperbaiki, bodoh!," Ucanya dengan mata sipitnya yang dipaksakan melotot.

"Oh, aku tidak tahu,"

"Kau ini sedang menghinaku?! Karena aku tidak membawa motor ha?!,"

"Aish! Bisa tidak bicaranya tidak memakai urat? Semalam kau sangat manis dan ketika matahari terbit sifat iblismu keluar," Ujar ku

Dia hanya diam, oh? Dia membisu?
Ku lihat Jaemin tampak kedinginan, ia memasukkan tangannya kedalam saku hoddie tebalnya dan sedikit gemetar.

"Hey? Apa kau baik baik saja?," Tanyaku ketika melihat ekspresi Jaemin yang tampak pucat.

"Aniyo, aku tidak apa apa, kajja! Kita harus cepat pergi kesekolah!," Ucapnya begitu semangat sehingga ia menarik erat tangan ku.

Ah tentu saja, Jaemin itu orang yang baik, aku tahu betul ia pasti tidak mood hari ini, aku juga tidak tahu mengapa.

Soal kemarin, ia mengantarkan ku pulang kerumah, ia juga memastikan ku untuk masuk kedalam rumah dan setelah itu baru ia pulang, sangat manis bukan?

Ya tentu saja, bahkan kepada semua orang Jaemin bersifat ramah, kalau ia sudah berani membentak berarti mereka sudah sangat dekat dengan Jaemin. Menurutku.

"Jaera-ya! Tolong aku sebentar boleh?," Tanyanya ketika kami sedang berjalan, Jaemin tiba tiba berhenti melangkah dan menatapku.

"Boleh saja, ada apa?," Tanya ku.

Ia membuka ransel nya dan mengeluarkan sebuah kotak makanan dan air mineral yang masih di segel, untuk siapa?

"Tolong berikan ini pada Jeno, apa kau bisa melakukannya? Aku tiba tiba ingin buang air besar," Ucaonya, memberikan kotak nasi itu kepadaku kemudian pergi dengan tergesa gesa.

Belum ku jawab 'iya' Jaemin sudah menghilang.

Jeno? Jeno mana? Aku sama sekali tidak mengenalnya. Aish! Aku harus bagaimana ini?

Ah atau si Jeno yang sombong dan pelit itu? Yang bernama Jeno itu kan tidak sedikit, bagaimana aku harus mengantarnya?





tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Fact!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang