#6

2.5K 127 0
                                    

"Udah lama pulangnya?"
Tanya Bela

"Nggak, baru aja kok"
Jawab Reyna tanpa melihat ke arah Bela

"Apa suara ku saat nelpon tadi kedengeran sampe sini? Dia denger atau nggak ya. Ah sudahlah bodo amat, dia mau denger atau nggak"
( Batin Bela. )

"Jadi dia merasa kurang nyaman bareng aku? apa dia nggak suka sekamar denganku? Apa karena penampilanku yang kayak cowok ini?
Kalau begitu aku harus bagaimana?"
Batin Reyna.

Ia benar benar sedih mengetahui bahwa Bela ternyata kurang nyaman sekamar dengannya. Bela mungkin menginginkan teman sekamar yang bisa di aja bicara tentang fashion, dan sebagainya yang berhubungan dengan kepeluan wanita.

Sedangkan Reyna sendiri sama sekali tidak mengerti tentang hal hal seperti itu. Ia mulai pesimis, apakah ia dan Bela benar benar bisa berteman.

"Kau membeli lampu tidur, untuk apa?"
Tanya Bela.

"Oh iya, in supaya kamu bisa tidur dengan mematikan lampunya. Lalu aku akan menyalakan lampu tidur ini di dekatku, supaya aku masih bisa melihat sedikit cahaya."

"Kalau kamu memang sangat takut gelap, nggak usah di paksain. Kamu tidur saja disini dengan menyalakan lampunya, aku bisa tidur di kamar temanku."

Bela mulai mengambil bantal dan selimutnya lagi, lalu bersiap pergi. Tapi belum sempat Bela melangkah, Reyna telah menahannya.

"Berhenti..."

Reyna menggenggam erat pergelangan tangan Bela, seakan tidak mengijinkan Bela untuk pergi.

"Tolong jangan pergi, tetaplah disini. Aku takut dengan gelap, tapi aku lebih takut sendirian. Lebih baik lampunya di matikan, tapi kamu tetap disini. Dari pada lampunya tetap menyala tapi aku sendirian."

Bela melihati wajah polos Reyna yang terus menatapnya. Sepertinya anak ini selalu berkata jujur saat dari awal mereka bertemu. Bela akhirnya mengikuti kemauan Reyna untuk tetap tidur di kamar mereka. Ia kembali meletakan bantal dan selimutnya ke tempat awal.

"Makasih ya"
Kata Reyna.

"Begini saja. Sekarang kamu tidur aja duluan, nanti kalau kamu sudah tertidur aku akan mematikan lampunya."

"Baikalah, terima kasih ya sudah mau mengerti."

"Hmm..."

Baru saja Reyna akan naik ke tempat tidurnya, tiba tiba saja listrik padam dan semua lampu yang ada di asrama maupun di kampus mati.
Reynapun langsung berteriak ketakutan dan berlari ke arah Bela.
Belapun ikut terkejut, seseorang memeluknya dari samping sambil berteriak teriak di dekat telinganya.

"Aku takut, aku takut, aku benar benar takut. Kenapa lampunya mati, aku sangat takut."

Pelukan Reyna ke pinggang Bela semakin erat, sehingga Bela susah bergerak.

"Hey hey tenang, jangan berteriak. Mungkin ada sedikit masalah dengan listriknya, kamu nggak perlu takut."

"Bagaimana aku nggak takut, aku nggak bisa lihat apa apa, aku bahkan nggak bisa melihatmu."

Tingkah Reyna yang sangat takut gelap ini, membuatnya terlihat sangat lucu. Saat Reyna mungkin akan mati karena banar baner ketakutan, Bela malah terus tertawa lepas.

Vote vote vote👌

My GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang