Chapter 8

91 36 5
                                    


“Kamu seperti batu karang. Jika diterjang akan hancur. Jika diangkat tidak kuat.” Aisy.

***

“Kak Sandi, cewek tadi siapa?” Aisy menelan ludah dengan susah payah. Sandi diam. Dia menghela napas. Sesekali menatap Aisy.

“Vanya…”

“Kak Sandi suka Vanya?” Aisy menelan ludahnya untuk ke sekian kalinya.

“Lo ngomong apa, sih.”

“Kak Sandi jawab.”

“Gue capek. Gue mau pulang,” Sandi hendak menyalakan mesin motornya. Aisy memegang pergelangan tangan Sandi.

“Kalau Kak Sandi nggak mau jawab nggak pa-pa. Aisy akan cari tahu jawabannya sendiri,” Aisy melepas cengkramannya.

Sandi melajukan motornya membelah jalanan perumahan Pondok Nagasaki V. Di perempatan jalan, motor yang dikendarai Sandi berbelok ke kiri tepatnya di jalan Supriyadi. Ini jelas bukan jalan menuju rumahnya. Dia berhenti di depan bangunan tua yang sering dijadikan sebagai markas geng motor berkumpul. Sandi mendaratkan motornya di samping motor-motor lainnya. Lalu, dia masuk. Sandi menatap sekelilingnya. Dia mencari seseorang yang sudah beberapa hari ini tidak ditemuinya. Sampailah Sandi di ruang tengah markas itu. Di sana anak-anak geng motor sedang kumpul dengan ketua gengnya.

“Lo mau cari mati dengan datang ke kandang serigala,” Kata seorang cowok yang duduk di pojok ruangan.

“Kalau lo masih mau hidup lo tinggalin tempat ini dan suruh anak buah lo buat tinggalin tempat ini juga. Mereka sudah kalah tanding dan sebagai gantinya tempat ini buat kita-kita. Hahaha…” seru yang lain.

Sandi diam. Kedua tangannya mengepal. Dia ingin memukul orang-orang itu. Tapi, mencoba ditahannya. Ketua geng itu yang tidak lain Daniel berdiri dari tempatnya dan menghampiri Sandi. Dia menepuk pundak Sandi seperti layaknya teman. Tapi, tidak bagi Sandi.

“Gue bisa saja lepasin Aisy. Tapi, gue butuh jaminan,” Amarahnya mulai memuncak. Daniel menatap Sandi dan mencoba membuatnya tenang, “Gue mau lo bunuh Vino.”

Sandi mendaratkan pukulan keras di pipi Daniel. Teman-teman Daniel yang ada di situ berniat menyerang Sandi, tapi dihentikan oleh Daniel. Sandi mendekatkan tubuhnya ke tubuh Daniel yang tersungkur di tanah.

“Kenapa lo nggak bisa bebasin dia? Dia punya salah apa sama lo? Gue nggak nyangka lo sepengecut itu, Dan,” Sandi keluar dari markas itu. Daniel berdiri.

“Sampai kapan pun gue nggak akan pernah bebasin dia. Dia pion gue buat hancurin lo. Haha….” Daniel tertawa dan diikuti tawa teman-temannya yang lain.

***

“Aisy, lo cantik banget,” Kata Hesty setelah sampai di hadapan Aisy bersama Aldo di belakangnya.

“Lo juga cantik,” Aisy melihat sekelilingnya, “Di mana Metha?”

“Gue nggak tahu.”

“Lo ikut kita aja. Daripada sendirian. Masa' cewek cantik datang ke pesta sendirian,” Ajak Aldo.

“Yakin, nih. Gue nggak ganggu,” Aisy memicingkan mata.

RENDEZVOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang