8.Mengalah

20.1K 1.2K 4
                                    


Karena merasa suntuk di rumah mertuanya. Aira pun meminta izin kepada mertuanya untuk keluar sebentar.

Dia pergi ke swalayan untuk membeli keperluannya di rumah Azzam nanti. Entah di mana rumah laki-laki itu. Baru kakinya melangkah ke dalam mall, ponselnya sudah berdering. "Azzam Songong" calling.

"Ck, mau apalagi dia nelpon" decak Aira kesal. Pasti Mama mertuanya yang sudah memberitahunya.

"Assalamualaikum" sapa Aira menerima panggilan telpon dari Azzam.

"Waalaikumsalam. Kamu di mana?"

"Mama kamu sudah memberitahu kan, jadi untuk apa bertanya lagi" ketus Aira langsung to the point. Azzam tahu dia pergi keluar pastilah dari mama mertuanya.

"Aira, aku suami kamu dan aku harus tahu kemanapun kamu pergi. Ada di mana sekarang?"

"Di mall. Mau cuci mata" jawab Aira asal.

"Mall mana?. Banyak mall di kota ini, Aira"

"Mall paling besar dan lengkap"

"Tadi diantar atau pergi sendiri?"

"Banyak tanya sekali laki-laki ini" batin Aira kesal dibuatnya.

"Pergi sendiri. Sudah, aku mau belanja. Assalamualaikum"

Aira langsung mematikan ponselnya. Dia kemudian melanjutkan langkahnya ke dalam mall. Aira tahu kalau dia seharusnya izin kepada Azzam jika ingin pergi keluar rumah karena statusnya Azzam adalah suaminya. Aira kan terpaksa menerimanya sebagai suami. Itu yang membuat Aira menjadi bersikap cuek saja dengan Azzam.

Di kantor

Azzam merasa diabaikan oleh istrinya itu. Dia kemudian meraih kunci mobilnya dan pergi meninggalkan kantor sebentar. Harusnya dia masih libur karena menikah. Tapi untuk apa juga di rumah kalau dia dan Aira masih seperti musuh saja.

"Pak Azzam, mau ke mana?" tanya Arga, sekretarisnya.

"Ga, aku mau keluar sebentar. Kalau ada yang mencari bilang saja sedang meeting di luar" jawab Azzam sambil mengancingkan jasnya. Arga mengangguk. Laki-laki tampan itu kemudian pergi meninggalkan ruangannya.

Azzam melajukan mobilnya menuju ke mall yang dimaksud Aira tadi. Istrinya itu tidak mungkin berbohong meskipun dia belum menerima Azzam.

"Ya, Allah. Belanjaanku ternyata banyak juga" gumam Aira sambil memegang perutnya. Ya, perutnya sudah lapar sementara ketika dia mengecek isi dompetnya ternyata sudah menipis, mana cukup untuk makan di food court yang ada di dalam mall.

"Ah, sudahlah. Makan di rumah saja" batin Aira sambil menahan haus dan lapar.

Azzam sudah tiba di mall. Dia berjalan menyusuri mall. Penampilannya menjadi pusat perhatian kaum hawa. Azzam melepaskan kacamata hitam yang bertengger di batang hidungnya. Wajah yang tampan dan penampilan yang keren membuat mata para wanita tak berkedip menatapnya yang sedang berjalan sambil mencari sosok Aira. Azzam pun menelpon Aira kembali. Dia yakin kalau istrinya itu belum pulang. Tahu sendirilah kalau wanita belanja di mall bisa sampai berjam-jam.

"Apalagi?" tanya Aira kesal menjawab panggilan telpon dari Azzam.

"Kamu ada di lantai berapa?" tanya Azzam.

"Huh, untuk apa juga dia menanyakan itu. Nggak mungkin sekali kalau dia mau menyusulku ke sini. Impossible!!" gerutu Aira di dalam hatinya.

"Di lantai empat. Aku duduk di kursi, pakai jilbab biru" jawab Aira.

Sambil menelpon Aira, Azzam berjalan naik eskalator hingga sampai ke lantai empat. Dia kemudian mematikan sambungan telponnya ketika melihat sosok wanita berjilbab biru sedang duduk di teras mall sambil menundukkan kepalanya.

"Ihh, langsung dimatikan saja. Untuk apa juga dia tahu secara detil di mana aku berada. Memangnya dia mau datang ke sini apa" sungut Aira di dalam hatinya.

Dia beristirahat sebentar. Kakinya sudah terasa pegal-pegal karena sudah berkeliling mall. Aira masih menundukkan kepalanya sambil melihat layar ponselnya. Matanya kemudian beralih melihat ada sosok yang sedang berdiri di hadapannya. Dia pun langsung mendongakkan kepalanya melihat siapa sosok tersebut.

"Azzam!!" jerit hatinya begitu kaget. "Ya, Tuhan. Benaran itu dia, atau aku hanya bermimpi?"

Aira masih tidak percaya melihat sosok Azzam sedang berdiri di hadapannya sedang menatapnya.

"Banyak juga belanjaan kamu. Mau aku bantu" tawar Azzam sambil melihat beberapa plastik yang dibawa oleh istrinya itu. Kenapa Aira tidak memberitahunya jika dia mau belanja untuk keperluan pribadinya. Dia kan bisa meluangkan waktu untuk mengantarnya ke mall.

"Nggak perlu" tolak Aira. Dia gengsi untuk meminta bantuan suaminya itu.

"Tidak usah malu. Ayo, kita cari tempat makan. Sepertinya kamu tidak punya tenaga untuk keluar dari mall ini" sindir Azzam melihat wajah Aira tampak lesu.

"Nggak perlu. Aku masih ku ..." Aira mencoba berdiri tapi tubuhnya limbung dan Azzam langsung menangkap Aira agar tidak jatuh.

"Lepaskan!" teriak Aira pelan karena malu menjadi pusat perhatian pengunjung mall lainnya.

"Masih mau mengelak. Sudah mau jatuh begini masih mau bilang kuat" cibir Azzam. "Apa mau ku gendong sampai ke food court."

Azzam melepaskan Aira dan menyuruhnya duduk sejenak. "Tunggu di sini. Jangan kemana-mana" perintah Azzam. Dia kemudian berjalan meninggalkan Aira.

"Dia mau ke mana?" gumam Aira melihat punggung Azzam menghilang dari pandangannya.

Tidak sampai sepuluh menit kemudian Azzam kembali sambil membawa minuman dan burger untuk Aira.

"Makanlah dulu. Nanti kita cari tempat makan" ujar Azzam menyerahkan makanan dan minuman di tangannya kemudian dia duduk di samping Aira.

Mau tak mau Aira terpaksa menerima nya daripada dia menahan lapar. Kepalanya sudah terasa pusing. Azzam hanya menatap Aira yang sedang menikmati makanannya.

"Kamo ko nggok mokon?" tanya Aira dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Nanti, kan yang lebih membutuhkan kamu" jawab Azzam.

"Bilang saja kalau malu makan dipinggiran begini" sindir Aira.

Tanpa banyak bicara Azzam mengambil burger yang masih ada di tangan Aira dan langsung memakannya.

"Siapa yang malu?. Sekarang makanannya sudah habis kan kalau aku ikut makan" balas Azzam sambil melihat wajah Aira yang bengong.

Aira kemudian menyesap minuman yang dibelikan oleh Azzam tadi. Azzam kemudian membawa belanjaan Aira tanpa malu. Mereka kemudian mampir ke salah satu food court di mall.

"Kita pulang saja" tolak Aira. Dia tidak mau makan berdua dengan Azzam meskipun hatinya menginginkan hal itu karena masih lapar.

"Tidak usah menolak" ujar Azzam tidak mau menerima penolakan istrinya itu. Aira mengekor dari belakang. Mereka duduk di kursi yang tidak jauh dari pintu masuk.

Seorang waiters datang menghampiri mereka berdua. Azzam memesan menu pilihannya. Kemudian memberikan daftar menu kepada Aira.

"Ya, Allah. Menunya enak-enak sekali. Apa boleh aku pilih lebih dari satu macam, ya" batin Aira sambil matanya menyusuri daftar menu.

"Kamu boleh makan sesukamu. Asalkan muat di perut" ujar Azzam seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Aira.

Namun karena gengsi, Aira hanya memilih satu macam menu makan siang dan minumannya juga. Azzam hanya tersenyum tipis. Wanita di depannya itu masih belum luluh juga hatinya.

"Sabar, Azzam. Mengalah lebih baik daripada kamu memancing emosinya dan semakin membuatnya jauh" batin Azzam.

"Apapun yang kamu lakukan tidak akan membuat hatiku goyah. Aku masih membencimu, Azzam" batin Aira.

Mereka berdua menikmati makan siang dengan pikiran masing-masing yang bergelayut di kepala mereka. Tidak ada obrolan santai layaknya pasangan suami-istri yang baru menikah.

Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang