Seperti yang sudah dibicarakan oleh Azzam sebelumnya. Dia akan membawa Aira ke rumah miliknya. "Apa dia tidak suka aku tinggal di rumah orang tuanya?. Atau dia punya rencana untukku, agar orang tuanya tidak tahu. Baguslah biar orang tuanya juga tidak tahu kalau hubungan kami tidak baik seperti pengantin baru lainnya" batin Aira.
"Semua barang sudah dimasukkan ke dalam mobil, Zam?" tanya Mamanya melihat Azzam keluar dari kamar tanpa membawa apapun lagi.
"Iya, sudah, Ma. Nanti juga kalau ada yang tertinggal, aku kan bisa ke sini lagi, Ma" jawab Azzam.
Mamanya tersenyum. Benar juga apa yang dikatakan Azzam. Memangnya anaknya itu akan pindah keluar kota apa.
Azzam dan Aira berpamitan kepada Pak Malik dan istrinya. Mereka sengaja tidak mengantar agar anak dan menantunya itu leluasa. Apalagi sikap Aira terlihat sekali, dia begitu merasa asing dengan Azzam.
Azzam melajukan mobilnya menuju ke sebuah kompleks perumahan mewah. Mereka pun tiba di rumah yang cukup besar untuk mereka tempati berdua.
"Ya, Allah, pasti capek banget membereskan rumah sebesar ini sendirian" pikiran Aira menerawang, membayangkan dia harus menyapu dan mengepel rumah sebesar itu.
"Azzam benar-benar keras kepala. Apa dia ingin menjadikan aku pembantu di rumahnya?" sungut Aira di dalam hatinya sambil memandangi rumah itu dari dalam mobil.
"Ayo, turun. Bengong saja" bentak Azzam membuyarkan lamunan Aira.
Aira tersentak kaget karena mendengarkan suara Azzam. Aira melebarkan matanya, menatap Azzam tidak suka.
"Huh, nggak bisa lembut sedikit apa jadi suami. Dasar manusia songong !!" omel Aira di dalam hati. Dia pun keluar dari mobil dengan malas.
"Nanti Bik Sumi akan ke sini untuk membantu pekerjaan di rumah" kata Azzam datar sambil melihat ke arah Aira.
"Alhamdulillah. Berarti aku tidak akan bekerja rodi nanti. Ku pikir dia akan menyiksa ku dengan membersihkan rumah besar ini" gumam hati Aira.
"Koperku mana?" tanya Aira melihat ke arah Azzam.
"Ambil sendiri. Tuh, masih di mobil. Ini kunci mobilnya" jawabnya sambil melempar kunci mobilnya ke arah Aira.
Aira dengan sigap langsung menangkap kunci mobil itu. "Azzam!! Kau benar-benar menyebalkan!!" gerutu Aira dalam hati sambil menatap Azzam geram. Azzam hanya tersenyum kecil melihatnya. Aira langsung membalikkan badan lalu meninggalkan laki-laki itu.
"Baiklah. Aku tidak akan meminta bantuan apapun kepadamu. Jika kau yang memulainya, aku terima" batin Aira kesal. Aira kemudian kembali ke mobil untuk mengambil kopernya.
Aira menyeret kopernya yang lumayan besar itu sampai ke dalam kamar. Koper itu berisi pakaiannya semua. Aira melihat Azzam sudah tidak ada lagi di kamar. Dia kemudian membuka lemari jati di samping tempat tidur, dia lalu menyusun rapi pakaiannya di sana. Tak lama Azzam masuk kembali ke dalam kamar. Aira cuek saja dan tidak menghiraukannya.
"Ini ATM-ku. Kamu bisa menggunakannya untuk kebutuhan kamu" ucap Azzam sambil meletakkan ATM bewarna gold miliknya di atas towalet. Aira hanya diam membisu, tidak menanggapinya.
"Aira!!" panggil Azzam dengan nada tinggi karena merasa dicueki Aira.
"Apa!!" sahut Aira masih kesal dengan perlakuan Azzam tadi. "Tega-teganya dia tidak membawakan koperku" batin Aira.
"Kalau ada perlu dan butuh bantuan, kamu bisa minta tolong Bik Sumi" lanjut Azzam.
"Iya" ketus Aira tanpa menoleh ke arah Azzam. Wajah orang yang paling malas dia lihat saat ini adalah wajah Azzam Aditya Malik.
***
Setelah selesai merapikan pakaiannya. Aira baru menuju ke dapur. Dia melihat Bik Sumi sudah sampai ke rumah mereka rupanya.
"Mba Aira, Bibik mau menyiapkan menu makan malam" katanya melihat Aira menghampirinya di dapur.
"Aku bantu, ya, Bik" kata Aira mendekati Bin Sumi.
"Boleh, Mba. Kalau Mba tidak keberatan" balas Bik Sumi.
"Nggak, kok" ucap Aira. Bik Sumi tersenyum riang karena dia ikut membantunya menyiapkan makan malam.
"Oya, Bik, Azzam ke mana?" tanya Aira.
"Mas Azzam? Tadi Bibik lihat Mas Azzam keluar dengan mobilnya. Nggak tahu juga ke mana, Mba" jawab Bik Sumi.
"Ke mana tuh orang? Pergi kok, nggak bilang-bilang. Iih, terserah, deh. Ngapain juga dia mau laporan dengan ku. Bodo amat" batin Aira.
Selesai membantu Bik Sumi membuat menu makan malam, Aira kembali ke dalam kamar. Dia mau membersihkan diri. Mumpung Azzam tidak ada di rumah jadi dia bisa leluasa untuk berganti pakaian.
Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Aira duduk sambil bersandar di kepala ranjang. Dia teringat dengan sikap Azzam yang tiba-tiba berubah. Kemarin waktu di mall, laki-laki itu begitu perhatian dan peduli dengannya. Tapi hari ini, Aira seperti melihat Azzam ketika kuliah dulu.
"Apa dia punya kepribadian ganda?" pikir Aira.
"Apa dia berubah songong lagi karena aku tidak pernah menanggapi. Ah, Aira ada apa denganmu" Aira memejamkan matanya, tanpa sadar dia pun tertidur.
Azzam sudah kembali dari luar. Dia melihat makan malam sudah tersusun rapi di atas meja makan. "Bik, Aira sudah makan malam?" tanya Azzam.
"Belum, Mas. Tadi selesai membantu Bibik masak, Mba Aira kembali ke kamar" jawab Bik Sumi.
Azzam pun langsung ke kamar untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Tiba di kamar, dia melihat Aira sudah tertidur sambil bersandar di kepala ranjang. Azzam tersenyum melihat Aira masih berpakaian lengkap dengan jilbab langsungnya.
"Kapan aku bisa melihat tubuhmu itu" gumam Azzam. Saat ini dia masih bisa menahan diri untuk tidak bersikap kasar. Kalau mulutnya itu sudah biasa, toh Aira juga selalu ketus dengannya.
Azzam mengeringkan rambutnya setelah keluar dari kamar mandi. Dia harus membangunkan istrinya untuk makan malam. Azzam masih bertelanjang dada. Dia masih mengenakan celana pendeknya. Azzam mencondongkan kepalanya ke arah Aira.
"Hey, bangun!" Azzam menjawil hidung mancung Aira agar bangun.
Aira membuka matanya dan tersentak kaget melihat Azzam dekat sekali dengannya tanpa memakai baju.
"Mau apa kamu?" tanya Aira kaget.
"Membangunkan kamu. Ayo, makan malam dulu. Setelah itu kamu mau tidur lagi, silahkan" jawab Azzam sambil menarik badannya menjauh dari badan Aira.
Aira bernapas lega. Pakaiannya ternyata masih lengkap. Azzam mengambil baju kaosnya kemudian keluar dari kamar meninggalkan Aira.
Mereka makan malam berdua tanpa bersuara. Hanya bunyi garpu dan sendok yang beradu dengan piring. Sesekali Azzam melirik Aira yang makan dengan tenang.
"Apakah akan seperti ini terus hubungan kami?. Apa yang harus aku lakukan untuk menaklukkan hatinya?" batin Azzam. "Apakah tidak ada sedikitpun rasa cinta di hatinya untukku?. Ya, Tuhan. Aku harus bagaimana?."
Azzam selesai lebih dulu. Tanpa kata dia meninggalkan meja makan. Aira menatap kepergian Azzam dengan tatapan heran. Makanannya belum habis, dan dia kini makan sendirian di kursi makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√
RomansaBagaimana rasanya bertemu lagi dengan laki-laki yang sangat kamu benci sewaktu kuliah? Meskipun laki-laki itu tampan dan terkenal di kampusnya. Humaira Salsabila harus mengalaminya. Dia bertemu kembali dengan laki-laki yang sangat dia benci sewaktu...