Kamar yang di tempati Erick terlihat kacau ketika Bu Ratih berniat menengok cucunya. Dia baru tahu jika Mentari sudah pergi dari rumahnya. Itu juga di beri tahu oleh orang-orang yang ada di rumah saat dirinya datang. Dan menurut penuturan Bik Sumi, anak laki-lakinya ini sangat terpukul dan sudah hampir dua minggu tidak masuk kerja. Apa yang membuat anaknya itu menyesal, bukankah dia yang paling menggebu untuk bisa lepas dari menantu kesayangannya? Bahkan nasehat orang tua tidak di dengarnya.
Kamar yang sangat gelap dan berantakan. Abu rokok berceceran di lantai. Bu Ratih segera menyalakan saklar lampu, dan tampak anaknya sedang bergelung di atas kasur dengan lingkaran mata hitam, rambut acak-acakan dan sangat kacau. Seperti orang yang baru patah hati ditinggalkan kekasih. Nggak biasanya, anak laki-lakinya sekacau ini. Apa dia sangat menyesali kepergian Mentari dan anaknya, atau bermasalah dengan Adelia?
Bu Ratih langsung mendekati anaknya, memperhatikan anaknya yang tampak menyedihkan. Ada bekas leleran air mata di wajahnya.
"Mas….bangun, ini Ibu…." ujarnya dengan lembut. Sebenarnya dia ingin memaki anaknya yang sudah membuat menantu yang masih di sayanginya pergi. Tapi melihat anaknya ini sedang terluka, rasanya sangat tak tega.
Erick terbangun, dan bangkit dari duduknya.
"Bu…Mentari dan…Gara…pergi, ini semua karena salahku…." ujarnya dengan terbata-bata.
"Bagus itu, sehingga kamu bisa segera menikah dengan Adel secepatnya," kata Bu Ratih berpura-pura untuk tidak peduli.
"Mentari pergi tanpa membawa apapun yang aku berikan untuknya, bahkan tabungan, perhiasan tidak ada yang dibawanya. Bagaimana nanti mereka hidup, Bu? Aku tak mau mereka terlunta-lunta karena kekurangan uang," jelasnya dengan sorot penuh kesedihan.
"Mungkin Mentari ingin membuktikan bahwa dia mampu hidup tanpa uangmu. Perempuan jika sudah terluka dia akan membuktikan bahwa dia bisa survive. Jangan lupa, Mentari tanpa uangmu, dia bisa hidup, dia punya gelar juga skill. Yang di butuhkan di rumah ini, hanya cinta juga dukungan. Dan ketika suaminya tidak pernah move on dari masa lalunya, jadi untuk apa bertahan. Yang menyedihkan itu bukan Mentari, tapi kamu Mas."
Erick mengangguk membenarkan kata-kata ibunya. Sebenarnya dia yang menyedihkan. Padahal baru di tinggal dua minggu saja oleh Mentari dan Gara, tapi sudah selemah ini.
"Jadi aku harus gimana, Bu?" tanyanya seperti anak-anak kehilangan mainan.
"Ya nggak harus gimana-gimana. Kalian kan sudah bercerai, kenapa harus ribet? Malahan kamu harus bersyukur dengan kepergian mantan istrimu itu. Kamu bisa bersatu dengan Adelia, terus beban kamu dalam menafkahi juga berkurang. Sudah nikmati saja hidupmu yang sekarang," jelas Bu Ratih ketus. Padahal jujur dia jengkel dengan kebodohan anaknya.
"Kok Ibu jadi kayak begini, Ibu bukannya sayang sama Mentari?" tanya Erick merasa heran dengan sikap Ibunya.
"Ibu malah merasa bersyukur jika Mentari lepas dari laki-laki seperti kamu. Kasihan dia, jika sudah bercerai, tapi masih harus bertemu dengan mantannya yang tak punya perasaan!" sindir Bu Ratih menjadi-jadi.
"Jadi Ibu sebenarnya sayang sama siapa?" Erick terlihat kesal.
"Jelas sangat sayang sama cucu Ibu, dan Ibu ikhlas kalau Gara punya Ayah baru yang kemana-kemana bikin cucu Ibu bahagia. Oh iya, kamu tau kan dengan Ilham? Nah, dia kan duda cerai karena istrinya meninggal. Ibu suka banget sama dia, anaknya baik banget dan sopan. Ibu rencannya kalau ketemu Mentari, mau jodohin sama dia aja, sayang kalau cowok sebaik itu dianggurin. Kayanya Ilham itu cocok kalau sama Mentari, anaknya dewasa dan kebapakan. Pasti dia juga bakal sayang sama Gara. Kamu punya nomer Ilham kan' ibu mau ngajak dia ketemuan."
Ckk…ini Ibunya atau bukan sih? Kok semangat banget mau jodohin mantan istrinya sama temannya sendiri, padahal anaknya lagi menderita begini.
"Ibu…kok gitu sih?"
"Kenapa, kamu nggak suka? Pokoknya Ibu nggak mau tahu. Ibu pingin melihat Mentari dan cucu Ibu bahagia. Bukan seperti kamu yang nggak bisa membahagiakannya. Kamu kan sudah ada Adelia yang pasti siap morotin duit kamu," cibir ibunya.
"Pokoknya aku nggak mau Gara punya ayah tiri!"
"Lebih baik punya ayah tiri baik, daripada punya ayah yang tidak berguna. Sudah kamu terima nasib saja. Siniin hapenya…ibu mau cari nomer kontak Ilham…"Bu Ratih langsung sigap mengambil hape anaknya yang ada di nakas.
Erick memberengut kesal. Kenapa Ibunya jadi semenyebalkan ini? Padahal jelas-jelas dulu orang yang paling mendukungnya.
Ibunya berbinar senang menemukan nomer kontak yang dicarinya.
"Pokoknya aku nggak setuju dengan niat Ibu!"
"Huh…kamu nggak punya hak buat ngatur-ngatur Ibu, apalagi ngelarang Mentari punya suami dan Gara punya Ayah baru. Jangan suka egois memikirkan kebahagianmu sendiri. Urusin si Adel yang mata duitan itu!" sinis Bu Ratih.
"Langkahi dulu mayatku…!" teriak Erick kesel.
Bu Ratih membelalakan matanya kesel, lalu menjitak kepala anaknya.
"Dramamu nggak bakal bikin Ibu nyerah! Sebelum kamu membuktikan bisa jadi laki-laki baik. Tapi kayaknya…sudah ah…Ibu pergi dulu mau ketemu Ilham." Bu Ratih semakin asyik manas-manasin anaknya yang menurutnya bodoh.
"Ibuu…hu…hu…" Erick berteriak sambil diiringi dengan tangisan.
"Kenapa lagi dengan kamu?" Bu Ratih sebenarnya ingin tertawa melihat anak bodohnya mengeluarkan air mata. Tapi sungguh tak tega, jadi bersikap jutek lebih baik.
"Please…Ibu jangan jodohin Ilham sama Mentari!"
"Kenapa nggak boleh? Mereka sudah sama-sama bebas. Ibu juga mau minta bantuin Ilham biar mencari Mentari sama Gara. Ilham pasti bisa cepat menemukan mereka, di banding kamu yang cuma meringkuk di tempat tidur," cibir Bu Ratih.
"Aku janji akan mencari mereka sampai ketemu, Bu. Aku janji akan berubah jadi laki-laki yang baik. Dan aku janji akan mengajak mentari balikan, menjadi suami dan ayah yang baik."
"Terus ibu percaya gitu sama janji kamu? Sayangnya Ibu sudah nggak percaya sama kata-kata yang kamu ucapkan. Jadi sudah jangan coba-coba rayu ibu dengan drama dan air mata buayamu."
"Ibu harus percaya sama aku."
"Percaya sama kamu itu musyrik, Mas."
"Ibu…!" Erick benar-benar frustasi dengan sikap ibunya yang susah diyakinkan juga mendadak menjadi ibu yang menyebalkan.
Bu Ratih mengangkat bahu acuh dengan wajah dipasang sedatar mungkin, setelah itu berlalu dari kamar anaknya. Tentu saja hal ini bikin Erick tambah frustasi dan segera menyusul ibunya. Nggak boleh di biarin Ibunya menyuruh Ilham mencari Mentari. []

KAMU SEDANG MEMBACA
LARA MENTARI (Belum Direvisi)
Ficción GeneralSudah tamat di KBM Ketika perselingkuhan menjadi sebuah permasalahan dalam rumah tangga, maka untuk apa bertahan dalam sebuah hubungan yang berpenyakit. Mentari sangat terluka dengan hancurnya pernikahan mereka, namun dia harus tegar demi Gara buah...