***Maaf, yang sudah sempat membaca, file-nya kehapus 😢😢😢 dan ini saya repost ***
Namaku Muhammad Nadhif Abizar. Biasa dipanggil mas Izar, sebab aku adalah Putra pertama dari Abi Lukman dan Umi Aisyah. Beliaulah orang hebat yang menjaga dan menyayangiku sepenuh hati.
Adek pertamaku bernama Nadhifa Syafira dan yang terakhir bernama NAdhifa Syakilla. Kami hidup bahagia dengan fasilitas yang serba ada. Berkat kerja keras Abi sebagai Manager di salah satu Bank Syariah di kota kami.
Saat ini aku sedang menempuh pendidikan di Universitas Nusantara semester 3 jurusan Teknik Informatika. Semua kebutuhanku terpenuhi, apapun yang kupinta, Abi dan Umi selalu memberikan.
Tanpa pertimbangan ataupun perhitungan. Begitupun dengan kedua adekku Safira dan Syakilla. Mereka hidup dengan segala kebutuhan yang selalu terpenuhi.
Bagi Abi dan Umi, anak adalah sumber rejeki. Oleh sebab itu keinginan kami selalu diutamakan, meski begitu mereka selalu berpesan pada kami bahwa kami tidak boleh sombong dan harus tetap rendah hati.
"Mas Izar makan dulu sebelum berangkat," kata Umi sambil mengetuk pintu kamar.
"Iya Umi, Izar nanti nyusul" teriaknya dari dalam kamar.
"Ayo Nak, sudah ditunggu Abi dan adek-adek di meja makan."
"Iya Umiku sayang," kata Izar sambil membuka pintu kamarnya.
Sebuah kecupan mesra mendarat di pipi Umi dari putra kesayangannya.
Mereka bercanda tawa sambil menuruni anak tangga menuju meja makan.
"Umi, mas Izar terus yang dimanja" protes si bungsu Syakilla.
"Enggak sayang. Mas Izar, Mbak Fira sama Dek Killa semua kesayangan Abi dan Umi," jawab Umi sambil mendekati putri bungsu yang kini duduk dibangku sekolah menengah pertama.
"Mi, nanti siang Fira pengen diajarin bikin brownis lagi ya," bujuknya merayu sang ibu.
"Ah nggak enak rasanya," kata Izar meledek.
"Mas Izar nggak boleh begitu, adek masih belajar."
"Iya Abi, Izar cuma bercanda kok," katanya sambil menyendok makanan.
"Mi, Abi berangkat ya. Anak-anak belajar yang serius, Mas Izar kuliahnya yang bener jangan banyak nongkrong sama teman-teman," kata Abi sambil berjalan keluar, tak lupa Abi selalu meninggalkan kecupan mesra dikening Umi sebelum meninggalkan rumah.
"Umi aja yang dicium," protes Fira saat melihat sang ayah sudah membawa mobilnya keluar garasi.
"Syafira sayang sini cium Umi dulu, nanti sore baru minta Abi ya" kata Umi sambil menciumi putrinya sebelum berangkat sekolah.
Begitulah keharmonisan keluarga kami. Penuh dengan cinta dan kasih sayang dari Abi dan Umi.
Namun sayang, itu hanya sepenggal kisah yang terjadi di masa lalu yang kini sudah menjadi kenangan indah namun menyakitkan untuk ku, Umi dan kedua adek perempuan kesayangan kami.
Kenangan pahit yang selalu ingin kulupakan namun tak mampu. Tepatnya setelah kehadiran tetangga baru yang mengontrak rumah tepat di depan rumah kami.
Dialah bu Anes, tetangga baru yang kebetulan menjadi karyawan baru pula di tempat kerja abi. Putri bu Anes sekolah ditempat Syafira, bahkan mereka belajar di kelas yang sama.
Awalnya keluarga kami menyambut baik kehadiran bu Anes, Syafira pun sering berangkat dan pulang bersama dengan Bella, putri satu-satunya bu Anes. Menurut cerita, sang suami sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Entahlah kami tak terlalu paham bagaimana kejadiannya.
Kini akulah Abi untuk Syafira dan Syakilla, Juga untuk wanita kebangganku yang berjuang bangkit dari keterpurukannya. Wanita itu adalah Umi.
Tentang kuliahku? Lupakan saja, bagiku yang terpenting saat ini adalah bagaimana cara kami bisa bertahan hidup. Tetap bisa makan dan membayar biaya sekolah kedua adek cantikku.
Hanya sesederhana itu inginku, membahagiakan ketiga wanita yang hatinya terluka sangat parah.
Tak ada lagi mas Izar yang manja, yang selalu minta dipanggil Umi untuk sarapan pagi. Harus ada jus alpukat saat pulang kuliah dan pinjam mobil Abi untuk nonton bersama teman-teman setiap weekend.
Apa yang terjadi pada Muhammad Nadhif Abizar? Laki-laki yang berjuang sendiri untuk menyambut kembali senyum Umi, Syafira dan Syakilla yang telah lama hilang bersama kebahagiaan di masa lalu.