Chapter 4

9 2 0
                                    

Author POV

   Rumah saderhana dengan model klasik membuat siapa saja takjub melihatnya.

     Terlihat Ujang yang sudah datang dari sekolahnya Nadine.

   Ujang keluar dari mobil dan melangkah menuju rumah.

   Ia hanya melihat lihat sekelilingnya.melihat sangat teliti sepertinya bukan melihat tapi memeriksa.

  Drtt dtrrrr...

  Handphone Ujang bergetar,cepat cepat ia mengangkat nya dan menjawabnya.

   "Gimana"tanya orang di sebrang sana

     "Baik buk,nggak usah khawatir.Nadine akan saya jaga"

    "Hmm...begitu,baiklah Ujang.saya akan ada rapat dengan pimpinan Mage"

    "Baik"jawab Ujang singkat lalu menutup panggilannya dan memasukkan kembali handphone nya.

      "Semoga dunia zeo cepat musnah"
Batin Ujang sambil terus melangkah memeriksa halaman belakang.

                                ----
    Disaat yang sama
Bel masuk berbunyi,terlihat wajah kecewa dari semua murid tak terkecuali Nadine.
  
    Dengan sigap ia membereskan buku-buku yang berantakan di sampingnya.

    Kemudian menghabiskan jus jeruk nya.banyak siswa yang berdesakan untuk cepat keluar.

     Dan tak sedikit yang masih diam dikantin,duduk manis bersama teman temannya sambil sesekali memakan gorengan di hadapannya.

    Mungkin itu sebagian anggota dari gank terkenal di sekolah ini,mereka sedang membolos.

    Nadine yang melihat sekerumunan anak nggak guna itu langsung memutar bola matanya malas.

   Dan bergegas menerobos keluar dari kantin.ia tidak mau membuat masalah dengan Gita.

    Dengan sedikit berlari menuju kelasnya,ia mendapati Gita yang sedang duduk manis,mungkin sedang menunggu Nadine.

   "Nih"ucap Nadine sambil menyodorkan bukunya ke Gita.

   Gita yang melihat itu tersenyum tipis dan mengambil buku itu.

   "Bagus tapi,nanti kita liat ada yang salah pa enggak"bisik Gita dan menepuk pundak Nadine dengan buku itu.

   Ia langsung balik badan dan masuk ke dalam kelas meninggalkan Nadine yang masih berdiri.

    "Sabarrrrr"batin Nadine sambil melangkah ke dalam kelas.

   Tak lama setelah Nadine duduk di bangkunya, p.guru datang.

   "Pagi anak anak"sapa p.Irfan ramah.

   "Pagi pak"jawab hampir semua siswa.

   "Ya elah,udah mau siang di bilang masih pagi.harusnya gini pak:pagi kesiang siangan anak anak"celetuk seseorang sembarang.

     Suara itu dari arah bangku Nadine,bangku paling belakang.

   Semua orang yang ada di kelas langsung menatap ke arah orang berani pada guru salah satu killer di sekolah ini.

    Nadine yang melihat itu juga menatap orang yang ada di sebelahnya.

   Yang ditatap hanya diam,menunduk dan asik  memainkan rubik.

   Sepertinya p.Irfan sudah tak memiliki kasabaran.ia melangkah mendekati orang itu.

    "Nicholas!!!!!!"teriak p.Irfan pada Nicholas. Tapi sepertinya Nicholas tidak mendengarkan nya.

   Semua orang menatap Nicholas dengan tatapan yang seakan akan mengasihani seseorang.

   "Nicholas!!!!!"teriak p.Irfan sekali lagi.tapi tetap saja yang di panggil diam menunduk.

   P.irfan geram dan langsung menggebrak meja di depannya.

   "Santai aja bang"ucap Nicholas sambil melepaskan headset yang sedari tadi ia pasang di telinganya.

   "Abang Abang,emangnya bapak Abang kamu ah!"bentak p Irfan .

   "Di bilang Abang salah nanti aku panggil om gimana,boleh?"Nicholas terkekeh kecil.

   Terlihat wajah p Irfan yang mulai Memerah."sekarang kamu keluar dari mata pelajaran saya!"perintah p Irfan pada Nicholas.

   Nicholas yang mendengar itu hanya menatap sebentar ke arah p Irfan kemudian beranjak pergi dari kelas dengan membawa rubiknya.

   P Irfan kembali ke mejanya dan menyuruh semua murid untuk mengumpulkan PR.

  Setelah mengumpulkan PRnya, Nadine melihat sebentar ke arah tempat duduk Nicholas.

    Wajah lesu seperti tidak ada kehidupan didalam diri Nicholas membuat Nadine mulai memikirkan dia.

   Memikirkan mungkin cobaan yang dialami Nicholas lebih berat darinya.
Ia mulai melamun memikirkan Nicholas.

    "Sebenarnya ada apa sih dengan elo Cho ?"batin Nadine sambil terus memperhatikan ocehan p Irfan tentang cairan.
 

                  
                                 ----

      Suasana sepi di koridor sekolah mungkin karna saat ini sedang masuk.

   Nicholas menatap benci kearah p Irfan kemudian berlalu pergi dari kelas.memilih berjalan ke halaman belakang sekolah.

     Berhenti dan menghembuskan nafas kesal. Tangannya mengambil sesuatu dari dalam saku celananya.

   "Pak"tangan Nadine terangkat tinggi menghentikan pelajaran sebentar.

    "Ada apa Nadine?"tanya p Irfan saat menoleh kearah Nadine.

    "Saya izin ke toilet sebentar"

   "Ya,silakan"

    Buru buru Nadine keluar dari kelas,bukan untuk pergi ke toilet tapi untuk mencari Nicholas.

    Ia berjalan melewati koridor yang sepi.sesekali ia mengangguk sopan ke depan guru yang tak sengaja berpapasan.

    Nadine mulai mempercepat langkahnya dan berfikir mungkin Nicholas ada di kantin.
Bukan menebak asal tapi murid yang kena hukuman ataupun malas masuk ke kelas ia pasti memelih pergi ke kantin.

    Nadine mulai mengecek satu persatu sudut sudut kantin tempat dimana cowok cowok kurang kerjaan nongkrong.

    Sial!ia tidak menemukan nicholas disana malah dia bertemu dengan salah satu gank Dhani.dan itu membuat ia memutar bola matanya malas.

     "Mau kamana neng"goda lucky cowok agak tampan dengan senyuman manis.

   Nadine berhenti dan membalikkan badan menatap ke arah lucky.
"Bukan urusan lo!"

"Santai aja nggak usah nggas"jawab cowok disamping lucky.dia Peter.
Cowok blasteran yang kagak ada tampan tampannya.

    "Ini udah santai kali"

      "Jangan galak galak ngapah,sini nongkrong bareng"ucap lucky sambil menepuk tempat duduk disampingnya.

    Nadine hanya mengerdikan bahunya berlalu meninggalkan para komplotan nggak guna itu.

    "Sini aja udah mau istirahat nanggung,Lo boloskan?"teriak Peter dia tidak tau bahwa Nadine sedang mencari Nicholas.

     Terikakan Peter berhasil membuat dia berhenti dan melihat jam kecil yang melingkar indah di tangannya.

   "Mampus dah gue"ucap Nadine ketika melihat angka di arlojinya.

   

The world of all powerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang