PAPA
.
McM
.
AUTHOR'S SIDE
.
.
.
"Apa menurutmu dia akan menerimaku?" Hendery mencabuti rumput sekolahan.
"Kalian baru pendekatan selama satu minggu." Jeno membalik lembaran komik di tangannya.
"Hanya memastikan. Aku akan melakukannya besok!" Hendery menoleh, ingin melihat tanggapan Jeno.
"Terlalu terburu-buru." Jeno hanya megomentari singkat.
"Tapi kami merasa sudah cocok, Jung!"
Jeno menutup komiknya, menyimpan di sisi tubuh. "Kau bertindak cepat seakan itu masa depanmu."
"Itu kenyataannya! Aku akan menjadi seorang dokter dan memiliki istri cantik yang cerdas. Indah bukan?"
Jeno menatap jauh pada sahabatnya. Senyum tipis itu terkembang. "Aku iri padamu."
Hendery menunjuk dirinya sendiri. "Aku? Karena aku tampan?"
Jeno mendengus. "Aku jauh lebih tampan darimu."
Hendery merangkul pundak Jeno. "Lalu ada apa? Apa yang kau irikan dariku?"
"Masa depanmu."
"Kau bisa melakukannya bersama Choi Lia. Dan, kau ingin menjadi apa? Dokter juga?" Hendery tak berhenti bertanya.
"Entahlah." Jeno menatap ujung sepatunya.
"Katakan padaku apa yang kau pikirkan. Aku akan mendengarkan, tidak langsung menilai."
Jeno terkekeh. "Tua."
"Aku lebih muda lima bulan!" erang Hendery
"Psikolog." balasan Jeno membuat Hendery diam sesaat.
"Itu bagus! Coba saja bicarakan dengan kedua ayahmu. Aku yakin mereka mendukung." Hendery terlihat lebih antusias daripada Jeno.
"Menurutmu seperti itu?" Jeno menatap tak yakin akan pernyataan Hendery.
"Tergantung pada alasanmu memilih. Jika itu hanya tentang hal konyol, kurasa paman Doyoung benar-benar akan menggantungmu secara terbalik." Lalu si nakal Hendery mempergakan ekspresi konyol.
"Aku tak ingin ada lagi 'aku' di dunia ini."
Hendery tak paham. Dan Jeno tak ingin menjelaskan lebih.
.
.
.
A/n :
Ryry tuh tipikal remaja pada umumnya. Suka sukaan ama cewe, main, jahil jahil gemesin.
Sedangkan Jeno itu overthinking. Ngerasa kalau gak nurutin Doy itu, berasa masa depannya bakalan ancur.
Nah, temenan dah tuh bedua.
#190706
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA
Fanfiction[COMPLETED] [SKY Castle Syndrom] Jeno memanggil salah satu ayahnya dengan panggilan Papa. Hendery pun juga memanggil dengan pangilan yang sama. Jeno dan Hendery tidak mengetahui masa lalu kedua Papanya, hingga hal itu mempengaruhi pertemanan mereka...