- Fourty Eight -

984 128 3
                                    

PAPA

.

McM

.

AUTHOR'S SIDE

.

.

.

Ini pertama kali bagi Hendery bertemu, berada sedekat ini, dan berbicara dengan wanita yang melahirkannya. Hendery memanggilnya Mama dengan ragu.

Irene pun sama bingungnya dengan Hendery. Johnny dan Ten berada cukup jauh dari mereka, meski dalam satu restoran yang sama. Irene melihat Hendery yang hanya menggulung pastanya malas. Wanita itu membuka tas tangannya, mengeluarkan susu kotak.

Hendery yang memperhatikan dari sudut mata langsung menoleh.

"Kau mau?" Irene mendorong susu kotak itu pada Hendery.

"Mama juga menyukai susu kotak ini?"

Irine menelengkan kepalanya, lalu kembali bergerak merogoh tas. Mengeluarkan sebungkus yupi.

"MAMA JUGA MENYUKAI YUPI BERUANG?"

Irene tak dapat menahan tawanya mendengar jeritan antusias Hendery. "Setidakanya kesamaan ini membuat kita terlihat seperti ibu dan anak."

Gerakan Hendery yang ingin mengambil yupi terhenti karena kalimat itu. "Mama sudah menikah lagi?"

Irene membuka bungkus yupi, mengambil satu dan menyuapkan pada Hendery. "Entah Papamu pernah bercerita atau tidak. Mama dan Papa tidak pernah menikah meskipun memilikimu. Itu hanya kebutuhan yang saling menguntungkan. Setelahnya kita berpisah, Mama menikah hanya untuk merasakan status sebagai wanita yang sudah pernah menikah."

Hendery tak habis pikir dengan ibu kandungnya. "Aku anak diluar nikah?"

Irene panik mendapat pertanyaan seperti itu. "Ya. Secara teknis seperti itu. Tapi jika Ryry menyamakan diri dengan anak di luar nikah yang bernasib buruk, tidak! Papa dan Daddy sangat menyayangi Ryry. Mama-"

"Mama tak menyayangiku? Itu sebabnya kita tak pernah bertemu selama ini? Aku hanya melihat Mama dari foto, itupun hanya satu kali seumur hidupku ketika aku berumur lima. Aku mendapatkan alamat Mama, karena tak sengaja melihat di ruang kerja Papa."

Irene mengusap pipi putih putranya. "Mama tentu menyayangimu, tapi Papa dan Daddy lebih besar menyayangimu. Itu sebabnya mereka lebih pantas menjagamu."

Hendery menggeleng. "Tapi aku hanya dipandang sebagai sampah masyarakat karena mereka. Aku ingin tinggal bersama Mama." Mata itu menatap Irene memohon.

"Ryry bayangkan. Jika Ryry tinggal bersama Mama, sebagai orang tua tunggal tanpa suami. Kondisinya tetap akan sama sayang. Ryry tidak boleh menyimpulkan apapun sendiri, tanyakan apa yang seharusnya Ryry ingin tahu dari Papa, Daddy, bahkan Mama."

Hendery tak dapat lagi membendung keinginanya untuk memeluk Irene. Merasakan dekapan seorang perempuan yang merupakan keluarganya. "Boleh Ryry bertemu Mama lagi?"

Irene menepuk punggung Hendery, tak sadar jika meneteskan air mata. Jemarinya merambat mengelus surai tebal putranya. "Tentu! Mama akan merindukan Ryry."

.

.

.

A/n :

Udah, mba irin udah beres jadi cameo nya. Gak bisa aku kpntrak dia lama lama, bayarnya mahal.

#190709

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang