16.Menjemput Humaira

22.5K 1.2K 6
                                    

Setelah sholat subuh, Azzam memang tiduran lagi. Ketika dia bangun dia sudah tidak melihat sosok Aira lagi di dalam kamar.

"Hmm. Mungkin dia sudah di bawah membantu Bik Sumi menyiapkan sarapan pagi" pikir Azzam. Sebenarnya jika sudah sholat susah untuk memejamkan mata lagi. Azzam sebenarnya hanya tiduran saja, masih terbayang kisah cintanya semalam bersama Aira.

Azzam tersenyum sendiri. Cintanya kepada Aira makin lama semakin besar. Pulang dari Yogyakarta semalam, dia telah meminta haknya sebagai suami tanpa meminta persetujuan dulu dari Aira. Yang jelas Azzam tidak bisa menahan nafsunya lagi ketika melihat keindahan tubuh istrinya semalam.

Rasanya malas sekali dia kembali ke kantor, tapi Aira sudah tidak ada di dekatnya lagi. Azzam lalu keluar dari kamar dan langsung menuju ke meja makan. Sarapan pagi sudah tersedia di sana. Dia menanyakan keberadaan istrinya kepada Bik Sumi. Ternyata Aira sudah berangkat kerja.

Azzam merasa heran. Kenapa istrinya itu pergi ke sekolah pagi-pagi sekali. Apa dia piket juga seperti para siswanya sehingga dia harus datang pagi. Azzam sudah menelpon istrinya itu. Dia akan menjemput Aira pulang dari sekolah.

Sambil berjalan ke kamar untuk bersiap-siap pergi ke kantor, Azzam tersenyum geli karena teringat dengan pembicaraannya di telpon tadi dengan Aira. Pasti wajah istrinya itu sudah merah seperti tomat.

"Kamu lucu sekali, Sayang" gumamnya. Aira pasti masih malu untuk bertatap muka dengannya setelah tidur dalam satu selimut semalam. Azzam pun ingin mengulangi kembali kehangatan cinta bersama istrinya itu.

"Its crazy. Kenapa kamu bisa membuatku seperti ini?. Selalu membayangkan kamu" ucap Azzam tersenyum sambil menatap cermin, merapikan dasi yang sedang dia kenakan.

Azzam menjadi tidak sabar menunggu waktu siang berlalu. Dia harus menyibukkan diri dulu di kantor. Baru dia bisa menjemput kekasih halalnya itu.

Di kantor

Azzam melirik jam di tangannya. Biasanya jam 10 begini jam istirahat sekolah. Dia pun meraih ponselnya kembali. Jari jemarinya mengetik di layar ponselnya dan mengirim pesan kepada istrinya itu.

"Sayang, kamu lagi ngapain?"

Cukup lama Azzam menanti balasan dari istrinya itu. Tak sampai 5 menit diapun langsung menelpon Aira.

Ternyata Aira di ruang guru sedang berbincang-bincang dengan rekan mengajarnya. Sementara ponselnya ada di tas.

"Aira!. Ponsel kamu berbunyi terus, tuh" panggil Bu Susi yang mejanya tepat di belakang meja Aira.

"Pasti suaminya itu" ledek yang lainnya.

Hanan yang berada di ruangan itu tersenyum kecil melihat rekan kerjanya menggoda Aira terus. Bisa dibayangkan jika dia jadi menikah dengan Aira. Pasti lebih parah lagi ibu-ibu itu akan menggoda mereka. Untungnya itu tidak terjadi. Hanan pun bertekad untuk mencari istri di luar lingkungan kerjanya agar tidak menjadi guyonan rekan kerjanya yang lebih senior itu.

Aira berjalan menghampiri meja kerjanya. Dia meraih ponselnya.

"Mas Azzam" batin Aira melihat nama suaminya di layar ponsel.

"Ada apa?" tanya Aira setelah mengucapkan salam kepada suaminya.

"Baru berapa jam aku nggak dengar suara kamu, sudah kangen lagi"  jawab Azzam. Aira tersenyum geli mendengar ucapan suaminya.

Karena takut menjadi pusat perhatian, Aira menyingkirkan diri ke luar dari ruang guru.

"Nggak usah menggombal!!"

"Kamu lagi ngapain?. SMS-ku kok nggak dibalas" tanya Azzam.

"Oh, aku nggak tahu kalau ada SMS. Soalnya tadi aku sedang mengobrol dengan teman-teman sambil menunggu bel istirahat selesai" jelas Aira agar Azzam tidak salah paham dengannya.

"Kamu nggak kangen denganku?" tanya Azzam lembut.

Jantung Aira sudah berdetak kencang ketika ditanya Azzam begitu. Aira malu untuk menjawabnya.

"Aira, Sayang" panggil Azzam karena istrinya hanya diam saja.

"Nggak usah tanya begitu. Aku sedang di kantor. Malu tahu nggak" tolak Aira. Pipinya menghangat ketika mendengarkan Azzam memanggilnya selembut itu.

"Bilang saja iya atau tidak. Kan nggak ada yang tahu juga" Azzam tersenyum geli di seberang sana. Dia suka sekali menggoda istrinya.

"Iya, aku juga. Udah bel masuk. Aku mau mengajar lagi. Assalamualaikum"

Aira memutus sambungan telpon dari Azzam. Aira memegang dadanya yang masih berdetak kencang. Apa orang lain seperti ini juga kalau sedang jatuh cinta?. Apalagi jatuh cintanya dengan suami sendiri.

***

Jam 12 Azzam sudah menunggu Aira di depan pintu gerbang sekolahnya. Kerumunan anak-anak SMP berlalu lalang keluar dari pintu gerbang sekolah. Azzam masih menunggu di dalam fortuner putihnya. Setelah sepi, barulah dia keluar mobil dan menunggu di luar sambil bersandar di mobil. Dari jauh Azzam sudah melihat Aira berjalan ke luar kantor.

“Eh, lihat ada cowok ganteng tuh. Dia menunggu siapa, ya?” tunjuk salah satu guru yang ada di dekat Aira.

Aira melihat ke arah pintu gerbang. Dia melihat ada seorang laki-laki bertubuh jangkung memakai kaca mata hitam dengan kemeja navy yang dilipat sebatas sikunya, membuatnya tampak terlihat keren. Dia berdiri di samping mobil fortuner putih sambil melihat ke arah sekolah.

“Iya, keren banget tuh gayanya. Apa sedang menunggu Airin, ya?” tebak guru lain.

“Hush, sembarangan ibu-ibu ini. Itu suami orang ibu-ibu” ujar Airin sewot.

“Permisi, saya duluan ibu-ibu. Itu suami saya yang menjemput” kata Aira tersenyum sambil melewati ibu-ibu yang berkomentar tentang suaminya.

Ibu-ibu tadi melongo tidak percaya kalau laki-laki keren itu adalah suami Aira. Karena dia memakai kacamata hitam, jadi tidak dikenal oleh teman-teman Aira. Lagi pula Azzam juga baru kali ini menjemput Aira ke sekolah. Aira lalu menghampiri Azzam yang telah menunggunya dengan setia.

”Ayo, Mas. Kita pulang” ajak Aira ingin cepat-cepat masuk ke dalam mobil.

“Apa kamu bilang?” goda Azzam ketika mendengar lagi Aira memanggilnya dengan sebutan 'Mas'.

“Ihh, aku tadi bilang pulang” ulang Aira tersipu. Dia mengabaikan pertanyaan suaminya barusan.

“Bukan itu, yang satunya lagi sebelum itu” kata Azzam.

“Mas!!” teriak Aira malu.

Azzam melihat pipi Aira sudah kemerah-merahan. Aira pun sudah duduk di sebelah Azzam.

“Aku suka kamu panggil 'Mas'” toleh Azzam. Aira hanya tersenyum malu tetap fokus memandang ke depan.

“Aku bisa pulang sendiri, Mas” ujar Aira mengalihkan pembicaraan.

“Nggak boleh. Aku nggak tahu kalau selama kita menikah, kamu bekerja selalu naik bis. Kan, ada Pak Agus yang bisa mengantar jemput kamu” tolak Azzam tidak menerima protes istrinya.

“Aku udah biasa” ujar Aira bersihkeras.

“Kalau aku lagi nggak bisa, Pak Agus nanti yang akan mengantar jemput kamu” tegas Azzam.

“Iya, tapi nggak usah keluar dari mobil kayak tadi” kata Aira pelan.

“Lho, kenapa memangnya?” tanya Azzam heran.

“Mas nggak lihat apa tadi ibu-ibu heboh melihat Mas. Padahal udah punya suami, matanya masih melotot melihat suami orang” gerutu Aira tidak suka.

Azzam hanya terkekeh mendengarkan omelan Aira. “Kamu cemburu, ya?” tebak Azzam.

“Nggak banget” tepis Aira.

Azzam hanya senyam-senyum melihat tingkah istrinya yang malu mengakui kalau hatinya dilanda cemburu jika dia menjadi pusat perhatian wanita lain.

Laki-laki berparas tampan itu melajukan mobilnya menuju ke rumah mereka. Rencananya Azzam tidak akan kembali lagi ke kantor.

Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang