Chapter 1

16 4 2
                                    

You ask me, and i'll answer you!!!

****

"sumpah ya Ver, kagak ngerti lagi gue sama si kulkas berjalan! Rese banget sih tuh orang! Maksudnya apaan coba? Dia kira dia doing yang bisa kayak gitu, gue juga bisa Ver. Terus tuh ya..."

Veronica—teman sebangku sekaligus pendengar setianya terus menghadap kearah tembok. Dari sisi pandang Queenta, hanya rambut pirangnya Veronica lah yang menghadapnya. Queenta pikir Veronica sedang bermain hp dan berpura-pura tak mendengar ocehannya. Tetapi Veronica akan berdeham sebagai responnya atau menyuruhnya diam. Namun setelah berbicara panjang dan dengan nada kesal sambil mengumpat kata-kata kasarnya, ia tak mendapat respon apapun dari Veronica.

Queenta berdiri dari tempat duduknya lalu ia dengan penasaran melihat kearah veronica sambil memajukan badan dan berjinjit.

Queenta pun mendengus sebal. "Sialan nih anak! Gue dari tadi ngomong panjang-panjang kagak didengerin."

Pagi ini mood queenta benar-benar hancur. Ia sedang kesal kepada semua orang yang saat ia lewat di koridor kelas 12 sedang membicarakan si kulkas berjalan. Iya, siapa lagi kalau bukan Arkana Regan Zaldito yang mendapat gelar seperti itu.

"Arkana. Arkana dan Arkana." Itulah trending topik yang sedang dibicarakan siswi-siswi. Saat sejak Queenta memasuki gerbang sekolah tadi, semua membicarakan Arkana. Kupingnya saja panas mendengarnya. 

Sejak Arkana menjadi ranking 1 paralel di kelas 11 dan queenta hanyalah ranking 2 paralel, Queenta menjadi sebal kepadanya akan hal itu. Padahal, keadaan itu berbalik disaat kelas 10. Saat itu, queenta lah yang menjadi ranking 1 paralel, sedangkan arkana yang mendapat ranking 2. Queenta awalnya sebal karena ia menjadi ranking 2 disaat pointnya hampir sama dengan si peringkat pertama dan ia tidak membenci arkana sedikitpun saat itu. Perbedaan point mereka berdua sangat tipis. Point Arkana lebih tinggi 3 point dari queenta. Berbeda dengan point queenta kepada si ranking ketiga yang berbeda 50 point. Namun setelah pemberian penghargaan dari kepala sekolah, Arkana menghampiri queenta dengan senyum yang meremehkan.

"Queen! Queen! Queen! Mahkota lo udh jatoh tuh. And see, gue yang jadi perinkat 1 paralel sekarang."

Selama kelas 10 maupun kelas 11 queenta hanya tahu arkana dengan tampangnya saja. Ia tak pernah mengobrol dengannya. Selain karena mereka berbeda kelas, queenta tak pernah mendekati cowok. Tapi cowok sendirilah yang akan menghampirinya. Queenta bingung mengapa tiba-tiba Arkana menghampirinya dan berbicara seperti itu. Belum sempat queenta membalas perkataannya, Arkana telah pergi meninggalkannya dengan rasa jengkel. Dan hal itu mulai membangkitkan rasa benci di hati Queenta bagi Arkana. Memangnya apa yang telah queenta perbuat sehingga arkana berkata seperti itu?

Ahh, mengingat-ingat hal itu lagi membuat moodnya tambah buruk saja. Padahal sudah berlalu selama 3 bulan kebelakang. Queenta pun bangkit dari singgasananya di kelas setelah melepas tas punggungnya lalu berjalan menuju kantin sendirian. Percuma juga queenta di kelas jika ia sedang badmood dan Veronica dengan manisnya tidur ketika queenta bercerita.

Queenta berjalan dengan santai sambil memasangkan earphone ke lubang telinganya. Setelah memasangkan earphone, ia melihat-lihat hp nya dan menjari judul lagu kesukaannya. Ia memasuki kantin lalu membeli susu kotak dan roti coklat. Tadi, disaat masih di istananya ia belum sempat sarapan karena ingin cepat-cepat berangkat ke sekolah. Padahal mamanya terus memaksanya.

Setelah membeli itu Queenta kembali berjalan menuju kelasnya. Sedotan dari belakang kardus susu tersebut queenta cabut dan di tancapkan di atas lubang berwarna silver kardus tersebut. Minuman berasa coklat itu memasuki mulutnya. Ponselnya bergetar menampilkan nontifikasi dari salah satu olshop gelang couple di instagram untuk memintanya endorse produk mereka. Ia membacanya hingga tak sadar ia menabrak bahu seseorang yang berlawanan arah dengannya. Karena kaget, genggaman susu kotak yang ada di tangan kanannya mengerat sehingga memuncrat kearah lengan bagian kiri yang tadi ia tabrak. "upss!"

"shit!!!" orang yang ditabraknya mengumpat kesal karena lengannya terkena cairan lengket dan juga mengenai jam tangan hitamnya.

"lo kalau jalan liat-liat bisa ga sih!" Queenta mendongkatkan kepalanya. Matanya membulat karena kaget namun langsung ia netralkan kembali ekspresinya.

"oh jadi lu yang nambrak gue! Udah salah bukannya minta maaf malah nyalahin orang lain! Cih!" Arkana menatap nyalang kearah Queenta. Queenta sadar ini adalah salahnya karena bermain hp sambil berjalan sehingga menabrak sesorang. Tapi ayolah, siapa yang mau terlihat salah di hadapan rivalnya sendiri. Queenta dengan akalnya cepat-cepat memutar balikan fakta bahwa bukan dirinya lah yang salah, tetapi Arkana.

"kalau lo jalan yang bener juga gue kagak bakalan kali nabrak lo!"

"ohh jadi nyalahin gue sih? Harusnya lo itu gak usah main hp sambil jalan!" tentu saja arkana tak terima disalahkan queenta.

"emang di sekolah ada peraturan yang gak ngebolehin siswa main hp sambil jalan? lo guru juga bukan, punya hak apa lo ngatur-ngatur gue hah?" Tanya queenta menantang menatap lurus kearah sang pemilik mata tajam itu.

Demi apapun kesabaran arkana telah habis menghadapi gadis dihadapannya ini. Mereka berdua hingga tak sadar menjadi bahan tontonan gratis dipagi hari.

"lo!!!" Arkana menunjuk wajah queenta dengan jari telunjuknya dengan mata tajamnya.

"apa?" Queenta pun tak kalah tajam menatap pemilik bola mata berwarna coklat dengan mendongkatkan kepalanya.

"beraninya lo ngejawab gue! "

"kenapa engga? Sama-sama manusia ngapain takut? You ask, and I'll answers you!!!" jawab queenta dengan remeh.

"Pritttttttt!!!!!" Suara nyaring khas periwit guru olahraga terdengar menggema di lorong yang keadaannya tak sepi itu. Tentu saja perdebatan sang ratu sekolah menjadi tontonan gratis dipagi hari. Siswa-siswi yang penasaran dengan perdebatan mereka terpaksa bubar karena mendengar sang mpunya suara khas tersebut.

Meskipun yang lain bubar karena kehadiran pak Gani, mereka berdua tak menghiraukan itu. Mereka terus saja bertatapan dengan tatapan semakin nyalang dan tajam yang bercampur kebencian.

Pak Gani menggelengkan kepalanya. Ia pun meniupkan periwit untuk yang kedua kalinya diantara dua insan yang tengah bertatapan dengan sengit itu. "pritttt!!!!!!!"

Barulah mereka berdua sadar dan memutuskan kontak mata. Dan menoleh kearah pak gani. "kalian mau bapak bawa ke ruang bk apa bubar?"

"tapi pak..." ucap queenta dan arkana berbarengan. Mereka pun saling bertatapan kembali dengan tajam.

"BAPAK TANYA! RUANG BK APA BUBAR!"

Queenta langsung menoleh kearah pak gani. "oke pak, saya ke kelas dulu. cape buang-buang waktu sama si manusia ini. Gak guna!" queenta berpamitan kepada pak gani sambil menyindir dibagian akhirnya.

Arkana pun melakukan hal yang sama kepada pak gani setelah queenta pergi. Namun satu, seharusnya arkana yang berkata seperti itu kepada queenta bukan malah sebaliknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Q&ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang