Chapter 1 : Terima Kasih

33 3 3
                                    

Sebut saja namanya Noah, dia baru saja pindah ke sekolah baru karena orang tuanya harus bekerja di luar kota, mau tak mau Noah dan keluarganya juga harus ikutan pindah. Noah sudah menginjak kelas 2 SMA, pretasinya tak terlalu bagus, jika disebut pintar dia tidak pintar, tapi jika disebut bodoh dia juga tidak bodoh, dia benar-benar hanya anak normal, tidak punya bakat apa-apa, tidak populer, tidak berprestasi, benar-benar sangat normal, dia berkacamata dan berambut pendek.

Singkat kata mereka sampai di rumah baru mereka, terlihat Noah dan ibunya turun dari dalam mobil, dan dibelakang mobil mereka ada sebuah mobil pick up yang mengikuti sebagai pengangkut barang-barang.

“Ibu, apa benar ini rumah baru kita?” Noah bertanya ke ibunya

“iya nak, mulai hari ini kita tinggal di rumah ini, ya meski tidak sebagus rumah kita yang sebelumnya tapi setidaknya masih layak untuk dihuni” ucap ibunya Noah

“oh iya, ayah kemana? Kenapa dia tidak ikut dengan kita?” ucap Noah

“ayahmu langsung pergi bekerja ke kantor barunya, tapi tenang saja, nanti ibu akan berikan lokasi rumah kita ini ke ayah”

“bukan itu masalahnya bu, seharusnya kan ayah lebih mementingkan keluarganya daripada pekerjaannya”

“sudah sudah, ayahmu bekerja untuk kita juga, sudah ayo masuk, kita beres-beres” ucap ibunya Noah.

Mereka pun mulai berberes memindahkan barang-barang yang ada di mobil pick-up ke dalam rumah, tentunya dengan bantuan jasa petugas pindahan. Karena memakan waktu cukup lama, setelah beres-beres Noah dan ibunya langsung tidur terlelap sangking lelahnya.

Keesokan harinya, Noah dan Ibunya bangun kesiangan, karena waktunya mepet, jadi Noah hanya cuci muka dan gosok gigi, setelah itu dia buru-buru memakai baju seragam sekolahnya.

“Noah, jangan berangkat dulu, biar ibu buatkan roti selai untukmu”

“tidak usah bu, sudah telat ini, biar aku sarapan di sekolah saja nanti”

Noah langsung bergegas pergi ke sekolahnya menaiki sepeda dengan baju yang masih agak berantakan.

Sesampainya di sekolah, dia langsung memarkirkan sepedanya dan terdengar suara lonceng masuk kelas.

“beruntung aku tepat waktu” ucap Noah sambil menarik nafas lega.

Setelah masuk kelas dan pelajaran akan di mulai, guru kelas mempersilahkan Noah memperkenalkan dirinya di depan kelas.

“perkenalkan teman-teman, saya Noah, saya pindahan dari SMA Alfa, salam kenal, semoga kita bisa berteman baik” ucap Noah memperkenalkan dirinya

Setelah memperkenalkan diri, Noah langsung duduk kembali ke bangku nya dan pelajaran pun di mulai.

Singkat kata, jam sekolah berakhir, Noah pun memasukkan buku-bukunya ke dalam tas bersiap untuk pulang, tapi ternyata di luar hujan, untungnya dia membawa payung, Noah berjalan ke tempat parkiran sepeda, mengambil sepedanya dan mengendarai nya pulang dengan satu tangan memegang payung.

Di tengah perjalanan, Noah melihat seorang perempuan yang seumuran dengannya berjalan tanpa mengenakan payung di tengah hujan sehingga pakaiannya basah kuyup. Melihat hal itu, Noah menghampiri perempuan tersebut.

“hey, kenapa kau tidak memakai payung? Nanti sakit loh” ucap Noah ke perempuan itu

Tapi perempuan itu tidak merespon sama sekali, perempuan itu tiba-tiba malah pingsan. Noah reflek langsung turun dari sepedanya dan menjatuhkan payungnya.

“hei hei bangun” Noah berusaha membangunkannya sambil menepuk nepuk pipinya.

Noah bingung harus berbuat apa, tidak ada siapapun yang lewat di jalanan itu, terpaksa Noah menggendong perempuan itu sambil hujan hujanan dan meninggalkan sepeda beserta payungnya, Noah membawa perempuan itu ke rumah nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The World That We Never WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang