Aifa merenung didalam kamarnya sambil memegang kalender meja yang ada ditangannya. Hari semakin berganti. Ini adalah hari ke 4 setelah Rex berkata bahwa ia akan menikah dengan Aisyah.
Aifa belum memasak apapun hari ini untuk Rex. Aifa masih terdiam dengan perasaan tidak menentu. Rasa ketakutan begitu terasa sampai akhirnya ia terpikir soal daddynya.
Aifa segera keluar kamar. Mendatangi Fandi yang tengah sibuk dan sudah rapi. Aifa mengerutkan dahinya.
"Daddy?"
"Ya?"
"Kapan aku nikah?"
"Hanya Allah Yang Tahu."
"Kalau gitu besok Aifa mau nikah."
"Sudah bisa bedain yang mana beras dan ketan putih yang masih mentah?"
Aifa menggeleng. Astaga. "Aifa gak tahu."
"Yaudah nanti aja nikahnya "
"Dadddyyyyyy."
"Apa?" Fandi menatap Aifa dengan santai. "Sudahlah jangan merengek. Perbaiki diri dulu kalau mau nikah. Bikin teh aja kemarin pakai garam bukan Gula."
Aifa bersedekap. "Yaudah maaf. Tapi Daddy mau kemana?"
Fandi menatap putrinya sejenak. Salah satu tangannya memegang ponselnya. Terlihat sibuk hendak menghubungi seseorang.
"Mommy tidak ada bilang atau memberitahu suatu hal?"
"Memangnya apa?"
"Kami mau liburan."
"Liburan?"
Fandi mengangguk. "Iya. Liburan. Tante Luna akan kesana sama Ronald. Merayakan hari jadi pernikahan mereka. Mommy kamu ikut kesana. Ah.. ada Om Farhan sama Tante Aisyah juga. Febby dan Aulia juga ikut tuh."
"Tante Anna dan Om Farrel? Kedua orang tua Angel ikut juga?"
Fandi menghedikkan bahu. "Mana Daddy tahu. Tanya saja sama mereka!"
"Kenapa sih Daddy masih sensi sama Om Farrel?" Aifa bersedekap. "Sudah lah dad, itu masalalu. Jangan di ingat lagi. Masa iya Om Farrel di cemburin terus? Toh juga Mommy milik Daddy yang sudah tua bau balsem gini ketimbang Om Farrel."
Fandi merasa jengah. Masalalunya di saat muda dulu benar-benar diketahui putrinya dengan mudah. Alhasil pria paruh baya itu mengalihkan pembicaraannya.
"Kamu ikut?"
"Ke Bali?"
"Iya. Mumpung nganggur. Kali aja disana buruh teman baru."
"Aifa butuh teman hidup. Bukan teman baru."
"Kalau gitu pintar-pintar masak. Minyak jelantah jangan dipakai lagi."
"Ish. Daddy ini ya..."
"Apa sih? Gimana. Jadi ikut?"
Sebuah tawaran yang menarik. Apalagi liburan ke Bali disaat dirinya menjadi seorang pengangguran. Seketika Aifa teringat Rex. Waktu sisa 6 hari lagi. Waktu yang sangat berharga untuk Aifa perjuangankan agar Rex berubah pikiran untuk kembali menerimanya. Aifa menggelengkan kepalanya dengan lemah.
"Kalau Aifa pergi Rex gimana?"
"Untuk apa memikirkan dia?" ucap Fandi tidak suka. "Dia aja belum tentu mikirin kamu. Mending kamu mikirin Ray aja. Dia baik loh. Sering kirimin bunga mawar tiap hari kesini. Apalagi dia membelinya langsung dari adiknya sendiri yang baru buka kios di kota ini."
Aifa terkejut. Daddynya benar. Hampir tiap hari Ray mengirimkan bunga untuknya kerumah.
"Kok Daddy tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
RomanceAifa selalu menjunjung tinggi kehormatan yang selalu ia jaga demi calon masa depan yang akan menikah dengannya. Tak hanya itu, paras yang cantik, kekayaan yang di miliki, bahkan di ratukan oleh orang-orang di sekitarnya membuat hidup Aifa terlihat s...