23.Mencoba berdamai

21.8K 1.1K 6
                                    

Aira sebenarnya sudah sadar. Ketika dia ingin membuka kelopak matanya, samar-samar dia mendengarkan suara Azzam yang berada di sampingnya. Aira pun mengurungkan niatnya untuk membukakan mata. Ya, Aira baru tahu kalau sekarang dia sedang terbaring di rumah sakit. Aira pingsan setelah pandangannya kabur dan menjadi begitu gelap serta kepalanya terasa berat sewaktu di dalam kamarnya. Aira bisa merasakan kehangatan tangan suaminya yang sedang menggenggam erat tangannya.

“Aira, Sayang. Aku kangen. Bangunlah, Sayang” Aira mendengar suara Azzam memanggil namanya.

Aira pura-pura masih memejamkan matanya. Dia merasakan sentuhan jemari Azzam yang sedang merapikan rambutnya yang mengintip dari balik jilbab. Ah, hati Aira begitu tersentuh dengan perhatian suaminya.

“Aira, percayalah denganku. Aku mencintaimu tidak ada yang lain. Tidakkah terpikir olehmu. Aku selalu ada di dekatmu. Bagaimana mungkin berniat untuk selingkuh. Sementara dirimu selalu ada di sampingku. Aku mencintaimu, Humaira ku” ucap Azzam dengan wajah sendu.

Hati Aira sungguh bergetar ketika mendengarkan ucapan Azzam. Ucapan yang keluar langsung dari hati laki-laki tampan itu.

“Kalau saja aku tidak meminjamkan ponselku ke Hendra kesalahpahaman ini tidak akan terjadi. Kesalahpahaman yang telah membuatmu menjadi seperti ini” sambung Azzam.

Aira menahan airmatanya agar tidak mengalir saat mendengarkan pengakuan suaminya.

"Ya, Allah. Benarkah aku telah salah paham. Jadi bukan suamiku yang mengirim SMS itu?. Ternyata bukan suamiku yang berselingkuh" batin Aira tidak percaya atas apa yang telah didengarkannya langsung.

"Siapa Hendra?. Apa laki-laki itu yang telah berselingkuh?" tanya Aira di dalam hatinya.

Ada perasaan lega di hati Aira. Dia pun menjadi merasa sangat bersalah karena telah memperlakukan suaminya begitu. Dia bahkan tidak mau bertemu Azzam ketika suaminya itu datang ke rumah orang tuanya. Aira kemudian membuka pelan matanya. Dia melihat Azzam yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Aira hendak menggerakkan tangannya yang tertindih oleh kepala suaminya. Sontak Azzam pun terbangun lalu melihat wajah Aira.

“Aira, kamu sudah sadar” kata Azzam sambil tersenyum bahagia melihat istrinya sudah membuka mata.

Aira hanya diam saja menatap suaminya tanpa senyuman. Dia melihat wajah suaminya begitu berantakan. Walaupun begitu, Azzam masih terlihat tampan. Tidak terasa airmatanya menetes melihat keadaan suaminya seperti itu. Ada gurat lelah di wajah Azzam, tapi suaminya itu masih bisa tersenyum untuknya.

“Aira, maafkan aku” kata Azzam sambil mencium tangan Aira. Aira menggelengkan kepalanya.

“Hukum saja aku, jika membuat kamu bahagia. Tapi jangan menyiksa dirimu seperti ini” tatapan Azzam membuat Aira menjadi semakin merasa bersalah.

“Maafkan Aira, Mas”  Aira lalu menangis sesegukkan.

Azzam meninggikan pembaringan agar Aira bisa duduk. Kemudian Azzam duduk di sisi tangannya.  Tangan Azzam lalu menghapus airmata istrinya yang mengalir di pipi.

“Aira, jangan tinggalkan aku lagi, ya” bisik Azzam.

“Lalu kenapa Mas tidak menjemput aku?” rengek Aira sambil memalingkan wajah, tak mau menatapnya.

“Setiap aku ke sana, kamu nggak mau keluar” jelas Azzam.

“Bohong! Mas hanya datang sekali. Hanya malam itu saja, kan?” sengit Aira tidak percaya.

“Aira, aku datang setiap hari ke rumah ayah. Tapi ibu bilang kamu sudah mengunci diri di kamar. Ya, aku pulang saja daripada kamu ngamuk. Aku juga ke sekolah mencarimu, tapi kamu nggak ada” jelas Azzam lagi.

"Ya, Tuhan. Jadi Mas Azzam ke rumah terus, kenapa ayah dan ibu tidak memberitahuku. Aku pikir dia telah mengabaikan aku. Sampai aku kepikiran terus" batin Aira menggigit bibir bawahnya, dia merasa tidak enak hati.

Aira menatap wajah tampan suaminya. Dia memegang rahang Azzam. Dua pasang mata itu pun saling menatap. Azzam pun mendekatkan wajahnya ke arah Aira. Deru napasnya terasa menampar wajah Aira.

“Mas, Aira kangen” ucap Aira pelan menatap mata suaminya yang tajam.

“Aku juga” bisik Azzam lalu mencium hangat bibir Aira, melepas rindu karena tidak bertemu. Kedua mata yang sama-sama saling terpejam, sejenak menikmati keintiman itu.

Tok. Tok. Tok

Kedua pasang mata itu tampak terkejut dan membuka mata. Mereka berdua baru sadar bahwa mereka bukan sedang berada di dalam kamar pribadi. Azzam lantas melepaskan ciumannya ketika mendengar pintu kamar diketuk. Dia menarik diri sambil tersenyum malu.

“Assalamualaikum”

"Seperti suara mama Mas Azzam" batin Aira melihat suaminya tampak salah tingkah.

“Waalaikumsalam” jawab mereka serempak.

Azzam berjalan mendekati pintu kamar. Ketika membukakan pintu, mama dan papanya berdiri di muka pintu.

"Benar saja mama dan papa Mas Azzam datang menjengukku" batin Aira.

“Aira, apa yang terjadi sampai kamu begini?. Azzam!!” panggil mama melotot ke arah Azzam.

“Ma, nanti Azzam jelaskan” kata Azzam salah tingkah.

“Selamat, ya, Sayang. Nggak lama lagi kamu akan menjadi ibu” kata mama Azzam sambil mengelus perut rata Aira. Aira tampak bengong, Azzam memang belum memberi tahu Aira kalau dia sedang hamil.

“Mas!” panggil Aira sambil menatap Azzam menuntut jawaban. “Aku ...”

“Iya, Sayang. Kamu hamil. Kata dokter baru dua minggu” jelas Azzam sambil tersenyum karena melihat raut wajah istrinya yang tampak kebingungan.

Aira kemudian mengelus perutnya yang masih rata. "Ya, Tuhan. Ternyata ada janin di dalam rahimku" batin Aira tidak percaya.

"Alhamdulillah" ucap Aira ikut tersenyum. Aira bahagia sekali mendengarkan kabar tentang kehamilannya.

"Kamu harus makan makanan yang bergizi. Pikiran juga harus dijaga, jangan sampai stres. Azzam harus menjelaskan ini semua" ujar Mama Azzam sambil melirik ke arah anak laki-lakinya itu.

"Kalau Pak Rahman tidak mengabari kami, mungkin kami berdua tidak tahu kalau di antara kalian berdua sedang ada masalah" timpal Pak Malik.

"Hanya salah paham saja, Pa. Biasalah wanita mudah emosi kalau sedang cemburu" jelas Azzam sambil melirik Aira.

Aira memanyunkan bibirnya lalu mencubit gemas pinggang Azzam. Istri mana yang tidak cemburu dan berpikiran negatif ketika membaca SMS dari wanita lain di ponsel suaminya.

"Syukurlah kalau sudah teratasi. Suami istri itu harus saling terbuka. Masalah sekecil apapun harus dibicarakan berdua. Tidak ada yang perlu disembunyikan. Kalau ada yang disembunyikan salah satu bisa curiga dan ujungnya bertengkar karena tidak saling percaya" nasihat Pak Malik kepada anak dan menantunya.

Aira hanya menundukkan kepalanya. Dia merasa tersindir dengan ucapan Papa mertuanya itu. Apa yang papa mertuanya katakan itu benar. Aira tidak berpikir jernih lagi karena rasa cemburu yang telah menutupi akal sehatnya.

"Iya, Pa" sahut Azzam sambil mengelus punggung tangan Aira.

"Jaga kesehatan kamu, ya" pesan mama mertua Aira. Tangisan seorang cucu sudah lama mereka nantikan. Mama Azzam begitu menyayangi menantunya itu. Wanita yang sangat dicintai oleh anak laki-lakinya.

Aira hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis. Kedua mertuanya kemudian berpamitan pulang. Azzam mengantar mama dan papanya hingga keluar pintu.

Laki-laki tampan itu duduk kembali di sisi istrinya. Aira mengelus perutnya sambil tersenyum. Ada buah cintanya bersama Azzam di sana.

"Aku tidak tahu kalau aku sedang mengandung anak kamu, Mas. Aku hampir saja mencelakakannya" ucap Aira dengan wajah sedih.

"Ssst, jangan bicara begitu. Sekarang tugas kita bersama untuk menjaganya" Azzam tersenyum sembari membelai pipi Aira.

Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang