Part 34

706 56 2
                                    

Lissa, Arin dan Karin saat ini sedang berada di ruang tengah mereka sedang bermain bersama Queenzha dan Queenzhi sembari menunggu pesanan makanan mereka datang

"Rin," panggil Lissa yang otomatis membuat Arin dan Karin menoleh kearahnya

"Apaan?" jawab Arin dan Karin bersamaan

Lissa memandangi ponsel nya yang mati, kemudian menatap Arin dan Karin dengan tatapan sendu, "lo tau nenek gue lagi sakit sekarang," ucap Lissa dengan mata yang siap menurunkan hujan

"Gimana keadaan nenek lo sekarang?" tanya Karin

"Cancer nya udah stadium 4 sekarang," satu tetes air mata tumpah dan terjun langsung melewati pipi Lissa, "dia minta biar gue cepet cepet nikah, gue cucu perempuan terakhir di keluarga gue. Nenek gue pengen ngeliat pernikahan gue sebelum dia pergi katanya," ucap Lissa sudah tidak bisa lagi membendung tangis nya

Arin dan Karin langsung pindah duduk di samping Lissa dan mereka langsung memeluk Lissa

"Yang sabar ya Lis, gue ga tau lagi harus ngomong apaan selain bilang sabar. Gue tau berat banget rasanya kalo ngeliat orang yang lu sayang itu sakit parah," ucap Karin dan mengeratkan pelukannya kepada Lissa

Ditengah acara peluk pelukan mereka bel rumah rumah berbunyi. Mau tidak mau Arin melepaskan pelukannya dan berdiri untuk membukakan pintu, "bentar ya gue mau buka pintu dulu."

Arin membukakan pintu dan yang ia lihat adalah Aldi yang di sampingnya berdiri Rian yang sudah memengang bucket bunga dengan warna warna yang indah

"Rin tolong panggilin Lissa yaa," ucap Rian menyuruh Arin dengan sopan

Arin hanya mengangguk kemudian, berjalann menuju tangga untuk memanggil Lissa

"LISSAAAA!!!" Panggil Arin berteriak dari tangga

"Ga usah teriak teriak juga kali manggil nya," ucap Aldi yang baru saja datang untuk mengambil minum di dapur

"Hehehe," Arin tertawa pelan. Dan tak lama Lissa datang yang dibelakangnya di ikuti oleh Karin.

"Kenapa rin?" tanya Lissa

Arin menarik tangan Lissa, kemudian menutup mata Lissa menggunakan kedua telapak tangannya.

"Mau ngapain sih pake di tutup tutup segala," ucap Lissa yang kebingungan ada apa sebenarnya kenapa Arin harus menutup matanya

"Udah ga usah banyak omong, ikutin gue aja," Arin menuntun Lissa berjalan ke arah dimana Rian berdiri

Arin melepaskan kedua tangannya dari mata Lissa, yang membuat Lissa mengedipkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya

"Kak Rian?" tanya Lisaa terkejut mengapa ada Rian di hadapannya

Rian mengambil kedua telapak tangan Lissa kemudian ia menggengamnya

"Lissa, kamu tau kenapa sekarang aku disini?" tanya Rian

Lissa yang tidak tau sebenernya ini ada apa hanya menggeleng kan kepala nya saja

"Aku disini mau ngomong sama kamu," ucap Rian yang langsung membuat jantung Lissa berdetak tidak normal

"Kamu emang bukan perempuan pertama yang membuat aku jatuh cinta, tapi kamu adalah perempuan pertama yang benar benar membuatku jatuh sedalam mungkin ketika kamu pergi jauh meninggalkan ku. Sekarang aku benar benar ingin menjaga perempuan yang sangat sangat aku sayangi. Aku ingin dia selalu ada di pelukanku. Aku ingin dia selalu berada di sisiku. Aku ingin dia menjadi ibu dari anak anakku nanti. Dan perempuan itu adalah kamu. Lissa. Aku sayang kamu. Aku mencintai mu. So will you marry me?" Rian mengakhiri kalimatnya lalu ia mengeluarkan kotak berwarna merah yang berisi cincin berlian. Yang reflek membuat Lissa menutup mulutnya menggunakan tangannya

"Jadi? Will you marry me?" ucap Rian mengulang pertanyaannya

Lissa sudah kehabisan kata kata, ia seakan akan dibuat bungkam oleh semua kalimat kalimat yang baru saja Rian lontarkan kepada nya. Seketika kaki Lissa terasa lemas, jantung nya berdetak begitu cepat bahkan sampai sampai ia mengalami keringat dingin

Lissa mengeluarkan apapun yang ada di lubuk hatinya saat ini, jawaban dari pertanyaan Rian yang masih ia gantungkan akan ia putuskan saat ini juga, "yes i will. I will be your wife. I will be a mother for your childern,"  Rian memakaikan cincin di jari masih Lissa, sedetik kemudian Lissa memeluk Rian erat dan ia mengangis terharu di pelukan Rian

Arin, dan Karin bertepuk tangan

"Yang satu udah sold out dari jaman baheula, sekarang udah sold out lagi satu. Gue kapan ya?" ucap Karin kepada dirinya sendiri

"Sold out sold out, lo kira baju?" balas Arin

"Rian, mending kita masuk kedalem, di ruang tengah aja. Kayaknya ga enak banget kalo di ruang tamu," ucap Aldi mengajak mereka semua ke ruang tamu

"Kalian semua pasti laper kan, kalo gitu gue bikinin makanan ya," ucap Arin dan semuanya mengangguk setuju

"Kamu mau aku masakin apa?" tanya Arin yang tertuju pada Aldi

"Apa aja terserah kamu. Asalkan kamu yang buat bakalan aku makan, sekalipun makanan itu mengandung racun," balas Aldi kemudian ia merangkul pundak Arin dengan satu tangan nya lagi ia masukan ke kantong celana nya

"Kalo gitu nanti di makanan kamu aku kasih racun aja," ucap Arin dengan nada meledek dan mata yang melirik ke arah Aldi

"Coba aja," Aldi mengacak ngacak puncak kepala Arin dengan lembut

"Ya udah aku mau masak dulu," ucap Arin kemudian Aldi melepaskan rangkulannya

"Gue bantuin rin," ucap Karin lalu ia menyusul Arin yang sudah berjalan ke arah dapur

"Eh gue juga ikut," Lissa menyusul kedua sahabatnya yang sudah berjalan kedapur meninggalkan dia yang masih di ruang tamu bersama Rian






****
Holaaa gaiss. I'm backkkk
Setelah berbulan bulan aku ga megang cerita ini akhirnya cerita ini update jugaa.

I'm so sorry guys. Karena akhir akhir ini aku bener bener ga tau mau nulis apa:'(

I hope you enjoy this part, don't forget to click star in below

14/08/29

Salma Ari❤




Love Story Arin&AldiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang