(07) Remember Who You Are

265 57 22
                                    

"Kau mengenal Harry?" setelah setengah jam berada disampingku akhirnya teman perempuan Harry ini berbicara padaku. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Aku sedang menunggu pacarku. Ralat, maksudnya pacar palsuku melakukan pemotretan. Ya tentu saja Zayn. Aku bukan hanya bersama Zayn tetapi juga bersama Harry. Kenapa manusia menjengkelkan itu membawa teman perempuannya ke tempat ini. Aku jadi curiga kalau perempuan ini bukan teman Harry. Kenapa dia jadi sering menemani Harry akhir-akhir ini. "Kapan kau pulang? M-maksudku, kau ada urusan disini."

Kenapa aku sangat bodoh. Kurasa ucapanku barusan terlalu kasar. Tapi sungguh, maksudku bukan seperti itu. "Kenapa. Kau tidak nyaman aku disini."

"B-bukan. Maksudku bukannya kau datang hanya untuk berlibur. Harry mengatakan itu padaku."

"Aku punya urusan pekerjaan. Jadi kemungkinan aku akan cukup lama di Paris. Aku berencana tinggal bersama Harry selama aku ada disini."

"Hah?" Aku menjatuhkan rahangku saat dia mengatakan itu, namum tak lama kemudian sebisa mungkin aku menjaga ekspresiku. Dia pikir apartemen Harry itu tempat untuk menampung temannya. Kata Harry perempuan ini seorang model dan bukan model biasa. Kalau bukan model biasa kenapa aku tidak mengenalnya. Dia yang tidak terkenal atau aku yang sudah terlalu sering melihat model sehingga aku sudah tidak mengenalnya. Hey, kenapa aku jadi memikirkan dia yang terkenal atau tidak dan hubungannya dengan Harry. Mereka satu kamar juga itu urusan mereka. "Oh ya, kau sahabat Harry, sepupu, atau-"

"Aku bukan keduanya. Aku mengenal Harry dari ibunya."

"Oh." ruangan ini tidaklah panas, kenapa aku jadi keringat mengobrol dengan teman Harry ini. Kurasa Zayn yang terlalu panas. Tapi, Zayn itu dingin atau panas ya.

"Kau dekat dengan Harry?"

Aku mengatupkan bibirku memikirkan harus menjawab apa. Kalau aku mengatakan dekat, ya aku memang dekat dengan Harry. "Y-ya. Bisa dikatakan seperti itu. Tapi kami tidak mempunyai hubungan spesial."

"Sungguh. Tapi Harry terlihat sangat memperhatikanmu."

Aku tertawa hambar saat dia mengatakan hal barusan. "Memang dasar dia saja yang kurang kerjaan. Oh ya, kenalkan namaku Mauve. Aku pacar dari pria yang sedang Harry potret."

Perempuan ini menaikkan kedua alisnya melihat aku tampak heran. Mungkin dia kaget karena aku mengaku kalau aku adalah pacar Zayn. Sebenarnya ada untungnya juga kalau aku jadi pacar palsu dari Zayn. Aku jadi bisa sombong. Aku merasa setiap kali aku mengatakan kalau aku adalah pacar Zayn derajatku terus meningkat. "Kenapa Harry mengatakan kalau namamu Chamomile?"

Manusia itu. Aku sudah bosan memperingatinya untuk tidak memanggil aku Chamomile lagi. "Hey. Kau kenapa? Kenapa kau tampak kesal. Kalau kau tidak menjawabnya juga tidak apa-apa. Namaku Lacey. Kalau pacar Zayn. Lalu kenapa kau terlihat lebih dekat dengan Harry."

"Dia saja yang suka dekat dekat denganku."

"Hi Mauve. Kalian sudah saling mengenal 'kan." Harry mengambil air mineral yang ada ditanganku dan langsung menenggak air mineralnya. Aku mau memberikan air itu untuk Zayn bukan untuk dia. Aku mendelik sebal karena kelakuannya. "Sudahlah Mauve, kau tidak perlu memikirkan Zayn haus atau tidak. Informasi untukmu, yang lebih kelelahan itu aku bukan Zayn."

"Sama-sama," ucapku lalu selagi aku berdiri dari dudukku.

Aku baru menghampiri Zayn tapi Harry menahan tanganku. "Kau mau ikut makan siang dengan kami."

"Tidak. Aku lebih memilih makan siang romantis dengan pacarku."

"Yang romantis itu makan malam, Mauve."

ChamomileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang