Bulan Yang Resah

10.4K 1.5K 131
                                    

Ini pukul 12 malam. Dimana 2 jarum jam saling bertemu. Waktu dimana langit telah menggelap. Bulan bintang kembali bersua. Suara-suara binatang malam mengalun. Dunia seolah terlelap. Orang-orang mulai menyelami mimpinya. Namun tidak dengan Soobin. Ia masih membuka matanya. Terduduk di lantai sembari tenggelam dalam pikirannya. Ia terlihat begitu resah. Hingga malam ini ia belum mengetahui siapa dirinya.

Malam semakin larut. Soobin membaringkan tubuhnya di kasur yang begitu berantakan. Mata hitam pekatnya menatap jarum jam yang terus bergerak. Bagi Soobin kehidupan seperti dua jarum jam. Jarum jam terus berdetak, bertemu dengan si jarum pendek, melaluinya dan bertemu kembali, lalu akan berhenti ketika batrai mulai habis. Layaknya manusia, ia menjalani hidup, bertemu seseorang lalu bepisah, fenomena seperti itu terus berjalan hingga menunggu tutup usia. Soobin tidak suka hal seperti itu. Untuk apa bersua dengan seseorang jika pada akhirnya akan kembali berpisah. Bukahkah sangat menyakitkan?

Tiba-tiba saja di kepalanya muncul bayangan seorang wajah dokter manis. Dokter yang menemuinya kemarin siang. Dokter mungil dengan perlakuan lembut dan memiliki senyum menenangkan seperti ibunya. Dokter yang sudah ia lukai dan ia usir dari hadapannya. Semenjak dokter manis itu keluar dari kamarnya, Soobin tak lagi melihatnya kembali. Soobin menautkan alisnya. Apa benar dokter itu mengundurkan diri? Jika benar, itu diluar dugaannya. Dokter sebelumnya akan mengundurkan diri setelah dua atau tiga hari. Ini terlalu cepat.

Soobin menyandarkan punggungnya di headboard. Entah kenapa, membayangkan dokter mungil itu mengundurkan diri membuatnya gelisah. Hati Soobin terasa tak terima dengan kepergiannya. Rasanya seperti ada sesuatu yang kosong. Soobin menggerakkan tangan mengusap pipinya. Pipi ini yang diusap si dokter manis kemarin siang. Rasanya masih hangat. Ia menghirup dalam-dalam udara dikamarnya. Bau pengap terganti dengan aroma parfum lembut si dokter manis.

Ia tak paham dengan dokter mungil itu. Ia berbeda, benar-benar berbeda. Soobin tak pernah betemu dengan orang sepeti itu sebelumnya. Seseorang dengan hati lembut dan perlakuan yang halus. Sejenak Soobin tersadar, ia benar-benar keterlaluan. Ia sudah melukai seseorang yang tidak bersalah. Bagaimana jika dokter itu benar-benar mengundurkan diri?

Soobin mengacak rambutnya yang mulai panjang dan tak terawat. Ia gusar juga kebingungan. Untuk apa memikirkannya? Untuk apa Soobin khawatir atas pengunduran diri si dokter? Bukankah itu hal yang bagus? Hidupnya tidak akan terganggu.

Merasa matanya mulai berat, Soobin pun membaringkan tubuhnya dan mulai memejam.

------

Pukul enam pagi, Yeonjun sudah sibuk dengan pakaian di almari. Dimasukkannya sebagian pakaian yang akan ia butuhkan ke dalam koper. Jam tujuh nanti Han Seokya akan menjemputnya. Buru-buru Yeonjun menyiakan keperluanya. Tak banyak, haya beberapa pasang pakaian kerja, pakaian dalam dan piyama.

Selesai dengan urusan pakaian, Yeonjun melangkahkan kaki ke kamar mandi. Dibukanya semua pakaiannya setelah menutup pintu. Sejenak matanya memandang luka memar di lengannya. Pikiran Yeonjun menerawang ke memori semalam. Apa ini keputusan yang tepat?

Semalam Tuan Choi mengajaknya berdiskusi di kantornya. Malam itu Yeonjun benar-benar dilema. Tuan Choi memberinya dua pilihan. Tetap bertahan namun dengan syarat tinggal di kediaman Tuan Choi dan berhenti bekerja di klinik atau mengundurkan diri lalu kembali bekerja di kliniknya. Yeonjun tidak bisa memilih. Hatinya begitu bimbang. Ia enggan meninggalkan kliniknya. Ia masih ingin bekerja disana. Tak masalah dengan penghasilan. Yeonjun tetap senang berada di klinik kesayangannya.  Namun disisi lain, ia juga memikirkan pasiennya. Ia sudah diberi kepercayaan, ia tidak ingin mudah mengundurkan diri begitu saja. Ia ingin menyembuhkan seseorang yang menderita dan kesepian dibalik sebuah bilik pintu. Sangat tidak profesional jika ia menyerah begitu saja. Meskipun bisa saja nyawa yang menjadi taruhannya.

OBSESSION; Soobin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang