*One*

164 6 4
                                    

Hallo guys ini cerita pertama aku loh. Ini cerita dari hasil imajinasi aku sendiri, aku nggak suka plagiatin ceritanya orang. Aku pikir orang juga punya hak dalam cerita, jadi kita nggak boleh plagiat sama cerita orang.

Di pagi hari yang cerah ini, suasana masih terasa dingin dikarenakan hari ini cuaca sedang hujan. Dan di dalam kamar, terdapat sang pemilik kamar yang setia bergelut dengan selimutnya, karena cuaca yang seperti ini mengenakkan orang-orang untuk tidur dan menikmati mimpi indahnya.

Sayang seribu sayang, hari ini adalah hari senin yang mengharuskan murid-murid untuk melaksanakan upacara bendera. Namun, biasanya jika hujan seperti ini mungkin tidak akan dilaksanakan upacara. Yakali muridnya pada upacara gurunya pada neduh, nggak banget.

Kring...kring...kring...

Jam weker milik vania berbunyi nyaring, mengagetkan vania yang sedang tidur nyenyak. Ya! Orang itu adalah Anggelina Stevani, anak dari pasangan suami istri hendra dan rani. Dia sekarang sudah memasuki kelas dua SMA, ia bersekolah di SMA Harapan Nusa

"Eungh...ini jam berapa sih?" Tannya vani pada dirinya sendiri, dengan mata yang masih tertutup. Setelah mematikan alarm, vani mulai bangun dari tidurnya dan mengerjabkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan matanya dengan cahaya yang berada di kamarnya.

Memang vani selalu menyalakan lampu kamarnya. karena ia sangat takut dengan kegelapan, vani memang anak yang penakut. Entah karena apa tapi memang dia anak yang penakut.

Setelah merasa nyawanya mulai terkumpul, vani mulai melihat jam yang berada di atas nakas. Sekarang sudah jam 05.00. Setelah itu, vani berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudu untuk melaksanakan shalat subuh.

Sekitar 17 menit kemudian, ia sudah selesai melaksanakan ibadah shalat subuhnya. Detik selanjutnya, vani mulai melaksanakan ritual mandiya.

25 menit berlalu ia sudah selesai dan mengenakan seragam dengan rapi. Kemudian ia turun untuk membantu ibunya menyiapkan makanan untuk keluarganya.

"Pagi bunda!" Sapa vani pada rani-bunda vani.

"Eh, putri bunda udah bangun. Pagi juga!" Setelah itu vani mulai mendekati ibunya yang baru selesai memasak.

"Biar aku aja bun, yang bawa ke meja makan." Kemudia vani membawa makanan tersebut ke meja makan, dan bersamaan dengan itu ayahnya baru saja sampai di meja makan.

"Pagi ayah!" Sapa vani pada ayahnya seraya menaruh makanannya.

"Pagi juga putri cantiknya ayah." Jawab hendra-ayah vani dengan tersenyum. Setelah itu vani mulai duduk di meja makan seraya menunggu keluarganya yang lain.

"Van, tolong panggilin kakak kamu suruh turun ke bawah." Perintah bunda kepada vani. Vani pun menurut lalu mulai menaiki tangga untuk ke atas.

Tok...tok...tok...

"Bang! Udah bangun belum? Kalau udah bangun, langsung ke bawah!" Teriak vani di depan pintu kamar vano-abangnya tercinta. Pintu pun terbuka menampilkan vano yang sudah rapi menggunakan seragam dan tas yang sudah tersampir di bahu kanannya. Memang, di keluarga mereka pasti di biasakan untuk tertib bangun pagi dan kebiasaan itu tertanan pada jiwa mereka sejak mereka kecil.

"Yuk, turun ke bawah, gue udah siap." Vano merangkul pundak vani lalu mengajaknya untuk turun ke bawah.

Saat mereka telah sampai di lantai bawah, sudah terlihat orang tua mereka menunggu mereka 'vani dan vano' sambil berbincang bincang.

"Pagi bun, yah," sapa vano pada kedua orang tuanya.

"Pagi juga." Jawab mereka serempak. Setelah itu vano dan vani mulai duduk dan menyantap makanan mereka masing-masing.

COOL BOY AND PERFECT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang