[2]

765 118 6
                                    

Hari itu mungkin adalah hari paling sial selama Mark Lee menjabat sebagai ketua dewan siswa. Tiga orang teman kelasnya terkena detensi dan harus berhadapan dengan pembimbing konseling yang menyeramkan. Rapat bersama organisasi sekolah lainnya berlangsung alot, tidak menemukan titik terang bahkan di saat jarum jam sudah mengarah ke angka tujuh.

Ia menarik napas panjang, lelah bercampur lapar membuat konsentrasinya menurun. Setelah menyandarkan tubuh sejenak, ia bangkit dan mengunci pintu ruangan. Ada dua tugas rumah yang harus ia kerjakan, membuat kepalanya bertambah pening.

Bus menuju rumah baru akan tiba lima belas menit lagi, bokongnya berlabuh di atas kursi halte yang dingin, menunggu sembari beristirahat.

Suara kasak-kusuk dari belakang halte membuatnya menghembuskan napas panjang, dengan letih ia berdiri, menghampiri siapapun yang ribut di sana.

"Pssttt, ayo tangkap."

"Apa yang kau lakukan?"

Sebuah kepala bertudung hoodie navy terangkat, Mark mengangkat alis melihat wajah manis dengan beberapa titik keringat itu nyengir padanya.

"Aku menggangumu?"

Bola mata bergulir malas, Mark ikut berjongkok, mengamati anak anjing berwarna putih yang meringkuk di dalam kardus.

"Itu anjingmu?"

"Bukan," dia menggeleng kecil, "Aku menemukannya tadi pagi di sini dan sampai sekarang belum ada yang mengambilnya."

"Lalu?"

Bahu pemuda asing itu mengedik, "Mungkin aku akan membawanya pulang, tapi Lee sialan Jeno alergi bulu."

Mark tidak mengerti siapa Lee Jeno yang diumpati pemuda ini, fokusnya teralih sepenuhnya pada bibir yang merajuk pun ekspresi yang begitu hidup saat anak ini berbicara.

"Siapa namamu?"

"Lee Haechan!"

Tangan Mark ikut terulur, mengelus bulu-bulu halus milik anjing kecil yang malang itu.

"Jadi, kau akan membawanya pulang?"

Haechan menarik napas panjang, "Tidak mungkin. Mama akan marah kalau alergi kakak tiriku itu kambuh lagi." Binar hidup dalam matanya meredup, seiring melemasnya bahu yang tadinya tegak.

Mark tergerak untuk mengangkat anjing kecil itu dalam pelukan, sementara Haechan menatapnya penuh minat.

"Kau mau merawatnya?"

"Entahlah. Tapi, kasihan kalau dia tetap di sini."

Pemuda yang lebih muda mengangguk heboh, "Benar sekali. Jadi kau harus merawatnya dengan baik. oke? Iyaps! Oke! Terima kasih ... siapa namamu?"

Tangannya terulur, Mark menatapnya sejenak. Wajah manis dengan senyum ceria sukses menawan hatinya hanya dalam satu menit.

"Mark. Namaku Mark Lee."

***

ini alurnya emang maju mundur ya. italic itu pas mereka flashback.

btw, makasih supportnya di chapter lalu :)

Let's  RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang