BAB 8

65 11 8
                                    

Andi yang menyadari ada aura besar di belakangnya, menoleh untuk memastikan Thara baik-baik saja. Tetapi, yang ia dapati Thara berdiri mematung dengan mata melotot. Andi panik bukan main, karena yang memasuki tubuh Thara adalah sebuah entitas berbadan dan berenergi besar.

"Kenapa melihat saya seperti itu?"

Andi mendorong masuk tubuh Thara, walau sudah ada beberapa anggota OSIS yang ikut melihatnya dan malah ikut masuk ke dalam UKS.

"Tutup pintunya, Ga!" perintah Andi.

"Ini bocah kenapa sih?" tanya Rega yang bingung melihat adik kelasnya itu berdiri tegap dan mata melotot. 

"Anjir, Ndi. Itu mata apa manik-manik jaitan? Sumpah melototnya serem banget!" seru Kiara, anggota OSIS yang ikut masuk ke dalam UKS bersama Dery, Rega, dan Leo.

"Diem, udah diem!" balas Andi yang sibuk menyadarkan Thara di atas lantai.

"Tolong deh, salah satu panggilin abangnya ke sini sekalian bawa tas nih anak. Namanya Ferdi di ruang Gastritis. Buru!" pinta Andi.

"Hahaha," racau Thara bersuara berat.

"Kamu ngapain lagi sih?" tanya Andi, "seneng banget gangguin anak baru ih!"

Rega berlari dengan terburu-buru ke ruang Gastritis dan kembali hanya dalam waktu tiga menit saja. Napas Ferdi dan Rega sangat terdengar terengah-engah di telinga mereka yang mendengar.

"Duduk dulu, Ga," perintah Kiara menyodorkan minum yang ia beli dari kantin pada Rega.

"Itu anak kemasukan yang mana lagi sih, Ndi?" Leo bersuara. Ia sudah hapal betul, tiap adanya MPLS atau penerimaan peserta didik baru, pasti akan selalu terjadi kesurupan masal selama dua bulan. Para OSIS menyebutnya 'bulan bahaya' bagi para seluruh murid di SMK Kesehatan Faryas Indonesia 2.

Ferdi yang memperhatikan dari sudut pintu akhirnya berjalan menuju tubuh adiknya yang tergeletak kaku di lantai UKS.

"Thara, Thara denger abang?" Ferdi nyaris menitikkan air matanya jikalau ia tidak ingat ada empat anggota OSIS di dalam ruangan ini bersamanya, "Thara lawan dong, jangan lemah!"

"Ini yang besar itu, Le. Biasa, anak baru kan jadi inceran," ujar Andi.

Sementara itu, Rega dan Kiera terdiam duduk di atas sofa UKS sambil berpegangan.

"Eh anjir, Ra, jangan-merem-merem gitu ih, gua kan malah jadi parno! Heh, krikil Kota Tua, yeh malah diem aja." Rega memukul pelan wajah Kiara yang terus-menerus diam dan menutup matanya.

"Duh, makanya kalau ada kayak ginian tuh jangan pada ikut-ikutan apa yang ceweknya! Dikira ngga repot apa ngurusinnya. Satu aja udah cape, ini nambah lagi 'kan kerjaan gue." emosi Andi meninggi, fokusnya menjadi terpecah karena banyaknya entitas yang mencoba memasuki semua tubuh yang ada di dalam UKS.

"Et deh, Ayang Andi galak bener, ya maap. Namanya juga kepo," ucap Leo mewakili kedua temannya.

"Ga, bacain surat-surat pendek di kupingnya si Kiara, itu ada yang coba masuk tapi Kiara nahan," perintah Andi pada Rega yang berada tepat di samping Kiara.

"Mau keluar sendiri atau dikeluarin?" tanya Andi pada entitas dalam tubuh Thara.

"Ndi, kok gue malah inget kedai minuman yang ngasih tagline 'kocok sendiri atau dikocokin?' itu persis anjir," kata Leo memecah suasana serius di dalam ruangan.

"Ah anjir, bacod. Lagi serius juga!"

Leo menundukkan kepalanya.

"Panas ih, lepasss!" teriak Thara. Tubuhnya meronta kuat hingga pegangan Andi dan Ferdi terlepas.

"Aduh, susah nih keluarinnya. Kalo Tharanya masih di sini pasti masuk terus. Mana ini dedemit nyerep energi orang gede banget pula," keluh Andi.

"Terus kita harus gimana, Kak?" tanya Ferdi.

"Gue masih bisa sadarin dia kali ini, tapi abis itu harus langsung di bawa ke luar. Lebih baik sekalian kalian ke rumah gue, biar bokap gue yang netralin sekaligus ngebersihin." dahi Andi penuh keringat, pertanda ia benar-benar kehilangan banyak energi. "Le, siapin mobil gue di luar ya? Sekalian suruh anak lain siapin mobil lu. Bawa si Kiara juga ke rumah gue. Nih kuncinya!" ujarnya melemparkan kunci mobil pada Leo.

"Ra, sadar, Ra!" ucap rega terus-menerus di telinga Kiara.

Telapak tangan kanan Andi menempel pada bagian bawah tengkuk Thara, sementara jari tengah tangan kiri Andi menekan bagian ulu hati Thara, "Fer, sorry ya gue pegang," izin Andi yang merasa tak enak.

"Iya, Kak, ngga apa-apa. Saya udah paham kok," balas Ferdi mengijinkan.

Andi merapalkan doa-doa untuk mengusir entitas yang berada di dalam tubuh Thara. Perlahan ia menggerakan tangan dan jarinya ke arah atas kepala Thara. Bress! Suara seragam dan tangan ANdi beradu. Andi menepuk pipi Thara pelan.

"Dek, bangun!" ujar Ferdi mendekap Thara.

Andi bangkit dan berjalan mengarah ke Kiara. Ia mengusap pelan punggung Kiara dan menghempaskan tangannya ke bawah.

"Ra?" panggil Rega.

"Iya, iya," jawab Kiara lemah.

"Bawa keluar si Kiara, suruh masuk mobilnya si Leo. Lo ikut ya, Ga. Jagain si Kiara juga. Nanti gue bilang Fasta buat izin rapat pulsek," pinta Andi.

"Fer, lo kuat gendong Thara sendirian?" Andi bertanya, Ferdi menganggukan kepalanya.

"Gendong dia ke mobil gue, udah siap kayaknya di depan gerbang. Biar tas lo sama Thara gue yang bawa." Andi mengangkat tas milik Thara dan Ferdi melangkah membukakan pintu untuk Rega dan Ferdi.

* * *

"Ndi, mobil gue bannya kemps. Gue di belakang aja deh ngga apa-apa, gimana?"

"Hmm, ya udah lah. Le, lu yang nyetir ya. Rega sama Kiara di belakang. Gue, Ferdi sama Thara di tengah," ujar Andi.

"Anjir, dikira gua supir?" keluh Leo kesal.

"Mau nebeng ngga? Banyak protes lu!" seru Andi sembari duduk menaiki mobilnya di bagian tengah.

* * *

Jika kalian suka dengan karyaku jangan lupa divote dan dikomen, kenapa kalian suka dengan ceritaku. Dan komen juga kalau kalian ngga suka sama ceritaku, sertai asalannya. Agar penulis bisa memperbaiki diri baik dari karakter tokoh, alur cerita, sampai penggunaan EBI. Penulis akan dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca.

CylerisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang