Freezing Point [1]

65 1 0
                                    

Mata kecil oval dengan pipi sedikit cabi dan hidung kecil yang tak bisa disebut pesek ditambah ukuran badan yang tak begitu tinggi itulah Denia penampilannya menjadi malasah untuk zaman sekarang,penampilan yang menarik menjadi salah satu alasan klasik yang membuat seseorang memperoleh pekerjaan dengan mudah.

Denia gadis kecil yang tak habis pikir dengan kantor yang ia datangi,semua menolaknya dengan mudah seakan semua wawancara yang ia lakukan tak ada gunanya.

Dengan gamblangnya mereka mengatakan kami membutuhkan karyawan yang rapi dan menarik,sungguh hatinya teriris mendengar alasan yang tak masuk akal astaga ia sadar diri mukanya tak secantik artis ibu kota tingginya pun tidak masuk dalam daftar perempuan tinggi tapi apa mereka tidak melihat cara berpakaiannya yang menggunakan kemeja putih yang sudah disetrika dengan rapi ia rela menghabiskan waktunya berjam-jam untuk menyetrika pakaian yang ia kenakan hari ini.

Ia sangat kesal hari ini,semua yang ia lakukan beberapa Minggu lalu bahkan bulan tak ada gunanya semua kerja kerasnya untuk menyiapkan keperluan untuk melamar pekerjaan seakan tak ada harganya,ia sungguh lelah.

Lelah,ia sudah berjalan jauh meninggalkan pekarangan kantor yang membuat kepalanya pusing beberapa waktu lalu,kakinya melangkah menapak pada alas trotoar yang beratap,tubuhnya bersandar pada tiang besi yang sudah mulai berkarat tangganya memengang erat tiang yang menjadi sandaran,helaan napas panjang ia hembuskan dengan lemah,ia tak tau lagi kemana ia harus pergi mencari sedikit uang untuk memenuhi kehidupannya.

Decitan ban mengejutkan Denia pada kenyataan yang tengah menghadang,kaki kecilnya melangkah memasuki pintu kecil yang akan mengantarkan pada tempat yang ia tuju,matanya menatap lurus jendela kaca yang menampakkan jalanan yang sudah mulai lengang.

Badannya berbalik melihat tempat duduk belakang bus yang kosong ia merasa aneh pada bus yang ia tumpangi kali ini.

--------

"Aku tidak bisa menjamin Nia,tempatku bekerja belum membuka lowongan pekerjaan"

"Aku tau Neal tapi setidaknya bantu aku,bicaralah pada manangermu untuk menerimaku.Hanya aku Neal"
Mata Denia merunduk memancarkan harapan dan kecemasan ia menatap lekat pada laki-laki didepannya dengan penuh harap,sudah tiga puluh menit ia berbicara meminta pada laki-laki yang selama ini menjadi temannya meminta,bahkan memaksa laki-laki itu untuk memasukkan ia sebagai pekerja di tempat laki-laki itu mencari nafkah.

"Ayolah Neal bantu aku.Aku sudah mencari pekerjaan kemana-mana tapi mereka menolaknya dengan alasan yang tak masuk akal,aku mohon bantu aku".

Kepala Denia menunduk untuk sesaat menahan semua kepalanya kembali terangkat setelah mendengar helaan napas panjang yang terdengar keras,mata Denia menajam memperhatikan perubahan raut wajah laki-laki jangkung di depannya rahangnya yang tegas serta tatapan matanya yang selalu lembut membuat Denia kesusahan membaca setiap ekspresi yang selalu berubah ketika berbicara dengannya.

"Baiklah! Tapi aku ingatkan sekali lagi aku tidak bisa menjamin kau akan diterima Nia tapi,aku akan membicarakannya agar kau bisa diterima".

"Terimakasih Neal astaga kau teman terbaik yang ku punya.Sekali lagi terimakasih"

"Dan kau harus ingat ucapanku aku tidak bisa menjamin" Denia mengangguk dengan cepat mengiyakan semua perkataan yang meluncur dari mulut Neal memaksa otaknya untuk mengingat hal tersebut,Denia bangkit mengulurkan tangannya kedepan memaksa sang lawan bicara untuk menjabat tangannya.

"Aku ucapkan terimakasih banyak Neal,aku bahagia kau akan melakukan itu untukku" Denia melepas tangannya memberi senyuman yang terbaik yang ia punya,ia mengangkat kedua tangannya meletakkan pada kedua sisi pipi cabi yang ia miliki lalu melipat ketiga jarinya menyisakan jari telunjuk dan jari tengahnya yang mengacung tegak.

Freezing PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang