20

255K 4.8K 128
                                    

"Ibu.. Ayo sarapan bersama. Makanannya sudah siap." teriak Claerisa dari ruang makan.

Ia sudah siap untuk sarapan bersama. Ini memang kebiasaan mereka setiap pagi. Selagi keduanya sedang ada di rumah mereka pasti akan sarapan bersama bahkan makan malam juga bersama jika sempat. Tetapi mengingat ke sibukkan Clarisa yang terkadang juga harus keluar malam entah itu untuk urusan kantor, di culik Saddam atau hanya jalan-jalan semata layaknya anak muda zaman sekarang membuat mereka tidak bisa makan malam bersama. Walau begitu Clarisa selalu meluangkan waktu untuk sarapan bersama meskipun boss-nya telah menunggu. Clarisa tidak perduli, ibunya lebih penting daripada apapun.

Clarisa mengerutkan keningnya. Tak ada jawaban. Apa ibunya masih tidur? Tapi tidak mungkin, ibunya selalu bangun pagi. Bahkan terkadang tak segan-segan ia membantu memasak di dapur padahal sudah ada chef di sana. Ya chef. Saddam baru saja memperkerjakan chef itu dari dua hari yang lalu. Ia berkata bahwa Clarisa dan ibunya harus tetap sehat, pembantu biasa mungkin saja tidak mengolah makanan dengan baik apalagi makanan yang memerlukan keahlian khusus. Saddam tidak ingin calon istri dan calon mertunya keracunan makanan. Berlebihan memang, namun siapa yang bisa menghalangi Saddam.

Tak tanggung-tanggung tukang kebun yang dulunya laki-laki yang cukup muda dan Clarisa akui jika ia cukup tampan. Anak perempuan tetangga-tetanggapun terkadang sengaja lewat depan rumahnya entah itu dengan berjalan, jongging, atau bersepeda untuk melihat pria itu merawat halaman depan rumah di pagi hari. Jika di lihat dari wajahnya, seharusnya pria itu masih anak kuliahan sekarang. Mungkin ia masih mengumpulkan dana untuk melanjutkan pendidikkan yang lebih tinggi. Berserta supir pribadi Clarisa yang awalnya juga pria muda dan tampan namun bedanya supir pribadi Clarisa ini lebih matang mungkin umurnya sama dengan Saddam. Padahal Clarisa sudah sangat akrab dengan supirnya itu. Supirnya ini lebih tampan daripada tukang kebunnya, malah ingin menyaingi ketampanan Saddam. Belum lagi otot-ototnya yang terpampang nyata, walau selalu tertutup kemeja putih panjang yang di lapisi oleh jas hitam tebal nan kaku tetapi entah bagaimana otot itu selalu terlihat. Apalagi di saat supir itu membantu Clarisa mengangkat koper ke dalam bagasi mobil, jika saja jas itu terbuat dari kain abal-abal sudah di pastikan jas itu akan sobek karena otot bicepnya yang mengencang. Namun sangat di sayangkan nasib kedua pria tampan itu tidak berjalan mulus. Mereka juga  di berhentikan oleh Saddam secara tiba-tiba di saat yang sama dengan pemberhentian pembantu yang memasak.

Saat itu Saddam sedang berkunjung ke masion Clarisa karena hari libur ia berniat mengajak Clarisa menghabiskan waktu bersama, namun sang Putri tak ada jadilah sang Ratu menyambut Saddam dengan hangat. Mereka berbicara banyak, mulai dari pembicaraan ringan sampai pembicaraan berat, namun Clarisa tak kunjung datang. Hingga kurang lebih tiga jam berada di sana, Saddam dan Ibu Clarisa sudah kehabisan topik pembicaraan. Ibu Clarisa juga terlihat sudah lelah, Saddampun pamit pulang dan meminta agar calon mertunya untuk beristirahat. Ibu Clarisa mengiyakan perkataan Saddam, tersenyum hangat sembari mengantarkan pria itu ke depan pintu. Tepat saat Saddam baru selangkah melewati pintu Clarisa sampai di rumah dengan mobil pemberian Saddam. Supir pribadinya keluar membukakan pintu untuk Clarisa, lalu keduanya menuju bagasi mobil mengambil barang belanjaan. Melihat supirnya memengang belanjaannya yang sangat banyak itu, mungkin ia baru saja membeli habis isi toko pikir Saddam saat itu. Clarisa mengambil sebagian kecil dari tangan supir itu, padahal supir itu sudah berkata jika ia bisa membawa semua barang itu baik sekali bawa ataupun harus bolak-balik juga tak apa. Namun Clarisa tetap memaksa, supirnya pun mengalah dan mereka berjalan menuju rumah dengan canda-tawa tanpa menyadari tatapan tajam yang sedang mengintai mereka saat itu.

Tepat beberapa meter dari pintu barulah Clarisa sadar. Seketika terdiam, membeku seperti ketahuan selingkuh di depan kekasihnya sendiri. Tidak bukan itu yang ada di pikiran Clarisa, ia hanya bingung kenapa ada makhluk aneh itu di sini dan apa maksud tatapan tajam itu? Clarisa sangat paham arti dari tatapan itu. Tatapan tajam yang hanya Saddam tampilkan jika Clarisa membuat kesalahan. Pertanyaannya di sini adalah apakah Clarisa membuat kesalahan saat ini? Kesalahan apa? Menurutnya ia tidak berbuat macam-macam. Ia tidak- ahh Clarisa lupa jika Saddam sempat menelpon jika ia akan berkunjung ke rumahnya sebentar lalu mengajaknya jalan-jalan. Tapi dengan mudahnya Clarisa melupakan bagian itu, ia malah mengiyakan ajakkan berbelanja bersama dengan teman SMA-nya yang sudah lama tak bertemu. Tamatlah riwayatmu Clarisa.

My Boss is Overhormone #MILER1 (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang