Kwon Joo sesekali memperhatikan langkah kakinya sendiri, menyusuri perlahan tepi jalan yang sepi. Angin musim dingin menyentuh rambut sebahunya, dan ia tak peduli.
Siang itu, lalu lintas berjalan normal. Kendaraan berhenti di persimpangan karena lampu merah menyala, dan perempuan dengan blouse lengan panjang dipadu celana biru tua itu menghentikan kakinya yang ditutupi heels rendah.
Kwon Joo menatap sebuah mobil yang dikemudi oleh orang yang dikenalinya. Dari balik kaca mobil, Kwon Joo bisa melihat Jin Seo Yool bersama Park Eun Soo yang duduk di depan kemudi sambil serius membicarakan sesuatu lengkap dengan bahasa tubuh yang khas.
Kwon Joo hanya menebak. Eun Soo merasa kesal karena harus menyetir sementara Seo Yool sibuk memamerkan bekas luka di jari-jari tangan kanannya dan menggunakannya sebagai alasan.
Andai kemampuan mendengar Kwon Joo masih sama seperti dulu, ia akan puas menguping perdebatan mantan rekan kerjanya itu dan menertawainya.
Sekarang keduanya bukan rekan kerja Kwon Joo lagi. Setelah kasus Kaneki selesai dua tahun lalu, Kwon Joo langsung mengundurkan diri dan fokus menyembuhkan telinganya. Ia hampir menjadi tuli jika memaksakan pendengarannya beraktivitas dengan keras. Syukurnya ia sudah pulih meski kabar buruknya, ia kehilangan kemampuan mendengar yang dulu dianggapnya sebagai kutukan.
Kwon Joo mengulas senyum tipis dan mengalihkan wajahnya, meneruskan langkahnya. Melihat hal tersebut, mengingatkannya pada seseorang yang dulu begitu malas menyetir dan menyebalkan baginya.
"Jika kau melakukan ini karena tertarik padaku, jangan basa-basi dan katakan saja. Jangan buang waktu."
Kwon Joo tertawa kecil mengingatnya.
Tapi mendadak, perasaan menyesakkan itu kembali menimpa hatinya. Dua tahun berlalu dan perasaan yang sama tak pernah terurai atau hilang dengan cara apapun. Kwon Joo merasa sedih dan kosong sekaligus. Lelaki menyebalkan itu tiba-tiba "menghilang" entah kemana, seperti ditelan sesuatu tanpa meninggalkan kabar sekecil pun.
Tembakan di kepalanya waktu itu, tangisan Kwon Joo di dadanya, dan ribuan penyesalan yang sulit dijelaskan saat itu, dibawanya pergi.
Tak ada yang menemukannya, entah masih hidup atau tidak, ada yang merawatnya atau tidak, atau ada yang mendengar kalimat terakhirnya atau tidak, tak ada yang tahu.
"Dia benar-benar menghilang tanpa meninggalkan jejak. Rasanya kami sudah menyusuri segala petunjuk tapi nihil. Kemungkinannya hanya dua, dia melarikan diri ke luar negeri atau mati. Semoga bukan kemungkinan kedua yang terjadi." Jelas Park Joong Ki waktu itu.
Segalanya telah lama berlalu, lama sekali. Tapi Kwon Joo merasa dunianya tetap berputar di tempat yang sama.
Kwon Joo berjalan dengan banyak hal dalam kepalanya, tanpa sadar, ujung sepatunya sudah menyentuh dasar pintu ruangan yang menjadi tujuannya. Lorong asrama kepolisian Poongsan selalu nampak sepi seperti biasanya, seperti ketika ia selalu datang setiap minggunya.
Tak ada yang pernah mengubah kuncinya sehingga Kwon Joo bisa masuk dengan mudah. Tak ada pemilik baru meski sudah ditinggalkan pemilik lamanya selama dua tahun. Kwon Joo juga tak akan membiarkan orang lain menempatinya kecuali pemilik lamanya. Berharap laki-laki itu akan datang kembali meski dengan kemungkinan terkecil sekalipun.
Tak ada yang berubah, seperti minggu sebelumnya. Ruangan itu tetap hening, tanpa sentuhan siapapun kecuali dirinya selama dua tahun terakhir.
Kwon Joo tak mengubah apapun. Letak tempat tidur, meja lampu, rak sepatu, lemari pendingin, dapur yang hanya diisi peralatan makan, cermin yang retak, kamar mandi yang lantainya selalu kering dan noda darah di dinding. Tak ada yang berubah sedikitpun. Kwon Joo merasa tak punya hak untuk mengubah apa-apa dalam ruangan itu, meski hanya mengelap debu di jendela sekalipun.
Entah hitungan keberapa, setiap datang, Kwon Joo selalu mengamati setiap sudut ruangan dengan teliti. Sambil mengingat kembali kenangan lama, ia ingin memastikan barangkali ada petunjuk kedatangan laki-laki itu. Tapi sayangnya, tak ada tanda apapun.
"Dimanapun kau berada sekarang, aku berharap yang terbaik untuk keadaanmu." Ucap Kwon Joo lirih sambil duduk di atas tempat tidur dan mengusap satu-satunya bantal di sana.
Ponsel dalam sakunya bergetar tanda pesan masuk.
Dari Moo Jin Hyuk
"Aku tau kau ada di sana sekarang dan melewatkan makan siangmu. Tunggulah, aku akan jemput Dong Woo dulu lalu menjemputmu."Kwon Joo mengulas senyum kecilnya. Ia baru akan membalas pesan ketika suara pintu diketuk mengagetkannya. Kwon Joo mematung, membulatkan matanya menatap pintu yang masih tertutup.
Suara ketukan terdengar kembali dan Kwon Joo masih bergeming di posisinya. Ia ragu untuk bergerak sambil sibuk menebak siapa yang datang, meski isi hatinya penuh dengan harapan laki-laki itu yang kini berdiri dibalik pintu.
"Kang Woo..." ucapnya lirih sekali.
Tapi Kwon Joo mestinya sadar, laki-laki itu harusnya tak perlu mengetuk pintu. Sayangnya, Kwon Joo sudah telanjur bersemangat dan bergegas membuka pintu tanpa memikirkan hal buruk yang bisa saja terjadi.
"Hai Kang Center, lama tidak bertemu."
Kwon Joo membulatkan matanya dan mundur satu langkah melihat Bang Je Soo tersenyum di hadapannya.
ㅡTo Be Continueㅡ