7

11 2 0
                                    

Viona's POV
Kenapa semua seperti ini? Kenapa hari ini begitu buruk bagiku? Kenapa aku harus punya boss seperti dia? Mr. Alexandro benar - benar keterlaluan. Dia terlalu lancang untuk itu. Aku menjadi sekretaris dia bukan karena keinginanku. Aku menggantikan posisi Mrs. Faurine. Sebentar, Mrs. Faurine? Apa Mr. Alexandro dulu juga memperlakukan hal yang sama dengan Mrs. Faurine sehingga dia mencariku untuk menggantikan posisinya karna tidak tahan dengan perlakuan iblis itu? Aku akan menemui Mrs. Faurine. Tapi di mana ponselku ya. Oh, ternyata di sini benda kesayanganku.

Tut...tutt...tutt....

"Halo"
"Halo Mrs. Faurine?"
"Iya Viona. Ada apa?"
"Bisakah kita bertemu setelah aku pulang kerja? Ada hal yang mau aku bicarakan padamu"
"Baiklah"

Aku harus bicarakan hal ini padanya. Harus. Aku tidak mau terus - terusan diperlakukan tidak senonoh oleh iblis itu.

Author's POV
Akhirnya seluruh tugas Viona selesai. Ia langsung keluar kantor dan menuju lobby. Saat dia menuju VW nya, boss nya yang dikenal tajam dan dingin layaknya iblis itu sedang pelukan dengan wanita lain.
"Idih, geli banget. Ternyata gitu ya tipe iblis di kantor"

Viona jalan dengan perlahan menuju VW nya. Pemandangan yang dilihat tadi masih berlangsung. Haha apa peduli seorang Viona coba. Tapi entah kenapa ada rasa sakit di sana. Viona mencoba mengabaikan pemandangan tadi dan fokus berkendara. Untuk merileks kan dirinya, Viona memutar radio kesukaannya.

Setelah perjalanan beberapa menit, Viona sampai di cafe.
"Akhirnya sampai juga"

Viona langsung keluar dari mobilnya menuju ke cafe. Sementara itu, Mrs. Faurine menunggu kehadirannya.
"Hai Mrs. Faurine"
"Hai Viona"
"Sudah menunggu lama?"
"Belum, aku baru sampai beberapa menit yang lalu"
"Owhh iya"

Viona dan Mrs. Faurine sangat akrab sekali. Mereka suka membicarakan hal - hal mengenai keseharian mereka sampai kejadian yang pernah dialami mereka. Viona suka membuat candaan lucu dan alhasil mereka sakit perut mendengarnya.
"Ohiya Viona, bukankah tadi kamu bilang ada hal yang mau dibicarakan?"
"Iya. Aku ingin menanyakan hal ini padamu?"
"Katakanlah"
"Kenapa Mrs. Faurine sangat ingin menggantikan posisimu yang sangat baik di kantor dengan diriku yang belum pernah punya pengalaman apa - apa?"
"Memangnya kenapa? Aku melihat dirimu memiliki bakat sebagai seorang sekretaris dan aku melihat kinerjamu yang sangat baik dalam hal memahami. Bayangkan saja dalam waktu 2 hari kamu mampu menguasai pekerjaanmu"
"Apa ada alasan lain?"
"Aku sebenarnya juga berhutang padamu karna hampir saja nyawamu melayang karena aku. Sebagai gantinya, aku ingin posisiku diisi dengan dirimu. Melihat aku yang sudah tua dan akan segera resign dari pekerjaanku, aku mengabari Mr. Alexandro untuk menggantikan posisiku dengan dirimu"

Viona diam seribu bahasa saat itu.
"Apa kamu tidak suka dengan pekerjaanmu? Atau ada masalah lain menyangkut pekerjaan? Katakanlah. Aku akan membantumu"

Viona masih mengingat kejadian yang dialaminya. Ia ingin sekali membicarakan hal ini tapi ia sangat malu mengatakannya.
"Aku tahu kamu punya masalah di kantor tapi kukuh tidak ingin membicarakannya. Aku tahu privasimu anak muda"
"Sebenarnya aku kesal dengan dia. Kenapa tatapannya begitu tajam dan dingin kepadaku pagi ini?"
"Alexandro? Benarkah? Mungkin dia punya masalah lain. Positive thinking saja. Alexandro adalah laki - laki yang baik dan hangat. Dia memperlakukan semua orang dengan baik. Kamu mau tahu satu hal?"
"Apa itu?"
"Alexandro punya masa lalu yang sangat kelam. Aku sangat kasihan padanya. Alexandro sudah kuanggap sebagai anakku sendiri. Dia adalah pemuda yang baik. Aku menyukai kepribadinnya. Karena masa lalunya itu, Alexandro berubah jadi dingin dan tajam pada perempuan lain terkecuali aku dan ibunya. Terkadang Alexandro suka curhat padaku mengenai perasaannya. Dia sangat tertekan"
"Masa lalu seperti apa itu?"
"Dia pernah mencintai seorang wanita. Tetapi wanita itu telah pergi meninggalkannya dan tidak akan pernah kembali. Dia sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa wanita itu. Mereka sudah dijodohkan sejak kecil tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Wanita itu bersama ibunya telah meninggal dalam kecelakaan. Itu kenapa Alexandro sangat tajam dan dingin pada setiap wanita. Kalau memang itu terjadi padamu, maklumilah dia karena masa lalunya itu"
"Baiklah Mrs. Faurine"

~"~

Viona telah sampai di rumah. Sepi. Ke mana semua mereka? Tidak biasanya rumah sepi. Viona melihat ada notes di kulkas.

"Vio, aku akan pergi menemui ibuku di Texas. Jaga dirimu baik - baik ya. Aku akan segera pulang. Tenang aku tidak lama - lama.
Bye ratu coklat"

Viona tersenyum melihat notes sahabatnya. Dia langsung menuju kamarnya. Tiba - tiba ponselnya berbunyi.

"Luna, ayah ada urusan mendadak ke Chicago. Tapi ayah janji akan pulang lebih cepat. Jaga dirimu baik - baik sayang. Ayah merindukanmu"

Love u Luna"

Viona merasa sendiri lagi. Baru saja dia ingin menghabiskan waktu dengan ayahnya lagi tapi apa daya kalau ada pekerjaan lain. Apalagi si Via. Bocah tengil itu menemui ibunya. Viona yakin dia sangat merindukan ibunya. Bagi Viona sendiri itu bukan hal yang buruk.

Alex's POV
Aku akan menemui daddy dan mommy. Ada acara penting apa sih sampai mereka menghubungiku. Palingan.... tidak jauh dari kata pesta supaya aku bisa memilih wanita yang aku sukai malam itu. Aku benci sekali harus dekat - dekat dengan wanita lain. Tadi juga entah kenapa wanita penggoda itu datang lagi. Aku akui Dorothy itu seksi dan menggairahkan. Tapi aku sama sekali tidak tertarik padanya. Aku bukan laki - laki brengsek yang sembarangan menidurkan wanita di ranjang panas. Aku hanya mencintai satu wanita dan itu adalah Viona Luciana Ardha. Dad dan Mom sangat salah jika aku harus berdampingan dengan wanita jalang seperti Dorothy. Aku tidak butuh wanita seksi, menggairahkan, lekuk tubuh yang perfect (keknya munak banget ya reader, ok abaikan). Aku hanya membutuhkan Viona di sampingku. Hanya dia yang boleh tidur di sampingku. Hanya dia wanita yang boleh seranjang denganku. Aku tidak akan membiarkan wanita manapun merasuki diriku. Tidak akan.

Aku harus pergi menemui mereka. Tiba - tiba bel pintu apartemenku berbunyi. Shit. Siapa lagi yang datang ke sini. Astaga. Dorothy. Mau apa dia. Menggodaku lagi? Itu tidak akan terjadi. Ponselku berbunyi.

"Alex, daddy menyuruh Dorothy mengunjungi apartemenmu supaya kalian berangkat bareng. Bersenanglah dengan dia"

Shit! Bersenang apanya. Mereka tidak mengerti perasaanku. Biarkan saja wanita jalang itu di depan kamarku. Siapa peduli?

Aku memakai polo shirt dan celana panjang. Terlihat casual. It's okay. Hanya bertemu keluarga. Malas rasanya bertemu dengan wanita jalang itu. Tapi apa boleh buat, aku harus keluar dari sana.
"Hai honey, kamu sudah siap rupanya"

Cih, siapa juga yang ingin bersamanya.
"Tidak perlu panggil honey"
"Honey, jutek banget sih"

Wanita ini ingin sekali aku musnahkan. Tapi sudahlah, aku tidak peduli padanya. Aku hanya mencintai Viona.

Kediaman Keluarga Artama
Kenapa aku harus bersama dengan wanita jalang ini lagi, ha?
"Mom, dad, Alex datang"
"Hai Alex akhirnya kamu datang juga", sambut daddy
"Alexxxx, mommy senang kamu datang bersama dengan Dorothy"
"Hai tante"
"Ayo kita duduk dan berbincang. Aku ingin tahu kedekatan kalian"

Lagi - lagi seperti ini. Benci sekali. Tapi aku harus menghargai mereka. Andai saja Viona di sampingku. Pasti rasanya lebih menyenangkan.
"Alex, minggu depan akan ada acara ulang tahun perusahaan. Daddy mau kamu pergi bersama Dorothy"
"Kenapa harus dia? Membosankan"
"Alex!!!"
"Daddy dan Mommy tidak pernah mengerti perasaan Alex selama ini. Alex tidak pernah menyukai bahkan mencintai Dorothy. Alex hanya mencintai satu wanita dan itu hanya Viona. Tidak ada yang lain"
"Tapi Alex, dia sudah meninggal dan kita bisa berduaan ya", kata Dorothy dengan wajah memelas
"Diam! Aku tidak pernah sudi berbagi hidup denganmu. Alex akan pergi sendiri tanpa pasangan sekalipun ke acara itu. Kalau perlu Alex tidak usah datang ke acara itu supaya kalian tidak malu karna Alex tidak memiliki pasangan"

Aku pergi meninggalkan mereka. Aku tidak peduli dengan mereka semua. Ini hidupku. Aku yang menjalani bukan mereka. Aku juga tidak ingin berbagi hidup dengan wanita jalang pilihan orang tuaku. Mereka tidak mengerti perasaanku.

Hatiku berkecamuk saat ini. Aku ingin sekali menumpahkan uneg - uneg ini tapi sama siapa. Oh aku ingat, Mrs. Faurine. Dia adalah wanita yang sudah kuanggap seperti ibuku sendiri. Dia sangat mengerti bagaimana perasaanku. Aku harus menemuinya.

Next Chapter 🔜


My PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang