Shalma tidur di kamarnya dengan posisi tengkurap. Punggungnya kini sedang di urut oleh Mbok Nani-tukang urut langganan orang tuanya. Awalnya Shalma tidak mau, tapi karena bundanya sudah menelfon anak Mbok Nani, untuk menyuruh ibunya memijat Shalma, jadi mau tidak mau Shalma harus mau. Karena tidak enak jika di pesananya di cancel.
Tadi, sepulang lomba, Shalma mengeluh jika badanya seperti akan remuk. Bukan, bukan hanya sehabis lomba saja. Sebenarnya, Shalma mengeluh badanya pegal-pegal dan capek sejak memasuki hari pertengahan latihan. Tapi Shalma enggan berbicara kepada ibunya, karena ia takut jika Dina khawatir dan memikirkanya. Jadi, ia hanya minum vitamin saja agar tubuhnya tetap fit.
Bersyukur, saat latihan sedang padat-padatnya, Shalma tidak jatuh sakit. Namun sekarang, ia sudah mulai merasakan jika badanya tidak enak dan hidungnya mulai mengeluarkan cairan berwarna putih. Ingus.
Kembali ke Shalma yang sekarang memekik sangat kencang membuat Mbok Nani yang kini sedang memijat kakinya tersentak dan khawatir, takut ia salah memijat.
"Neng, neng kenapa?"
"Sakit mbokk," Shalma merengek
"Neng tahan sebentar ya, soalnya kalo nggak diginiin kakinya nggak bakal sembuh,"
Shalma mengangguk dan pasrah saja. "Iya deh mbok,"
Beberapa saat berlalu, pijat memijat telah usai. Mbok Nani juga sudah pulang di antar oleh Kenan, tentu bukan atas kemauan Kenan tapi kemauan Dina. Mengingat Pak Wahid juga sedang mengantar Bi Siti membeli kebutuhan bulanan yang sudah habis.
Shalma, gadis dengan rambut hanya sebatas bahu itu kini tengah duduk bersila sambil menonton tv dan tanganya memegang mug yang berisi teh hangat. Shalma kembali menyesap teh hangat yang Dina buatkan untuknya.
Sebenarnya Shalma ingin mandi lagi, karena badanya bau minyak urut yang tadi Mbok Nani gunakan. Tapi, karena udara dingin menyapa kulitnya, Shalma mengurungkan niatnya untuk mandi.
Shalma melirik ke arah samping ketika kursi yang ia duduki sedikit bergoyang. Terlihat Kenan duduk di sampingnya lalu mencomot kue yang ada di atas meja dan memakanya. Shalma meletakan mug yang ia pegang, setelahnya ia membetulkan letak bantal sofa yang ada diatas pangkuanya.
"Bang, bau minyak urut nggak?" Celetuk Shalma.
Kenan yang sedang memainkan game di ponselnya dengan pipi sedikit mengembung karena ada kue di dalam mulutnya seketika menoleh ke arah Shalma dengan kening mengerut. Namun sebelum itu, ia terlebih dahulu mempause game-nya.
"Bau minyak urut?" Tanya Kenan bingung.
"Gue nggak mandi, kali aja bau minyak urut," ujar Shalma.
"Pantes,"
Kini gantian kening Shalma yang mengerut. "Pantes apaan,"
"Kucel, hahaha"
Shalma menatap tajam abangnya yang sedang menertawakan dirinya. Kemudian ia bangkit dari duduknya hendak pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua.
Namun ketika dirinya baru berdiri, tiba-tiba kepalanya terasa pening dan membuatnya tak bisa untuk melangkah. Shalma memegangi pelipisnya yang terasa nyut-nyutan. Detik berikutnya, tubuh Shalma ambruk ke lantai tanpa diminta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shalma
RandomPenyesalan terbesar dalam hidupku adalah salah memilih orang. Dulu dia my euphoria. Namun lambat laun, euphoria berubah menjadi disphoria. Copyright 2019 Dheafebii.