9.TERIMAKASIH

10 2 0
                                    

HAPPY READING!!!
JANGAN LUPA KOMEN DI TIAP PARAGRAF GUYS!!!😍

***

Shalma sudah sembuh. Wajahnya sudah tak sepucat kemarin. Suhu badanya pun sudah kembali normal, tidak dingin atau panas. Atas kesembuhanya, Dina memberikan izin Shalma untuk kembali berangkat ke sekolah. Kalau pun Shalma tidak diperbolehkan untuk berangkat, ia akan terus memaksa ibunya untuk mengizinkannya berangkat.

Gadis cantik berambut sebatas bahu itu berjalan dengan langkah gontai nya. Koridor sudah ramai karena hari ini gadis itu berangkat agak siang dari biasanya. Saat sampai di kelas, kursi-kursi yang tertata rapi juga sudah banyak diisi oleh pemiliknya masing-masing. Hanya ada beberapa kursi yang kosong saja, termasuk kursinya sendiri.

Shalma berjalan dengan cara mengendap-endap agar Pingkan yang kini tengah sibuk memainkan ponselnya tak menyadari jika hari ini Shalma sudah kembali masuk.

Sampai di tempat duduknya, Shalma berdehem beberapa kali. Entah budek atau apa, Pingkan tetap bergeming. Ia tak merasa terganggu atau menoleh sedikit pun ke arahnya.

Kemudian tangan Shalma bergerak ke bahu Pingkan dan menepuknya. Beberapa kali di tepuk namun Pingkan tetap tak terganggu, akhirnya Shalma menepuk lebih keras bahu Pingkan sampai sang pemilik bahu itu menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam.

Menyadari jika seseorang yang diberi tatapan tajam olehnya adalah Shalma, Pingkan yang siap menyemprot orang yang tadi menepuk bahunya tiba-tiba kicep dan mengubahnya dengan cengiran bodohnya.

"Hape terossss," cibir Shalma.

Pingkan masih menyengir kemudian ia bangkit dari duduknya, memberi akses Shalma untuk masuk ke tempat duduknya.

"Kok lo nggak kaget sih, kalo hari ini gue bakal masuk," ujar Shalma ketika dirinya sudah duduk.

Pingkan menoleh ke arah Shalma.

"Kaget, emangnya lo setan,"

Shalma mendengus malas. Tak mau melanjutkan percakapanya dengan Pingkan. Shalma menatap jam berwarna pastel yang melingkar pada pergelangan putihnya. Jam menunjukan pukul 06.54.

Shalma membuka resleting tas nya, mengeluarkan buku di mata pelajaran pertama serta kotak pensil miliknya. Meletakan semua barangnya di atas meja.

Benar dugaan Shalma, detik berikutnya bel berdering nyaring. Sang guru mapel masuk sambil membawa setumpuk buku miliknya.

"Emang udah bel," bisil Pingkan kepada Shalma.

"Udah. Makanya, jangan hape terus," cibir Shalma membuat Pingkan memonyongkan bibirnya.

***

Devan dan ketiga temanya kini tengah dihukum oleh Bu Yuli karena terlambat masuk pada pelajaranya. Jika terlambat lima atau sepuluh menit Bu Yuli bisa memaklumi, tapi Devan dan kedua temanya terlambat hampir setengah jam.

Guru yang dikenal akan kedisiplinanya itu menyuruh Devan dan teman-temanya untuk tidak mengikuti pelajaranya sampai selesai. Devan dan kedua temanya sangat senang tentunya. Saking senangnya, mereka tak sengaja berseru kesenangan membut Bu Yuli geram.

Awalnya, beliau hanya menyuruh Devan dan kedua temanya untuk keluar dan jangan mengikuti pelajaranya saja. Tapi karena sikapnya yang keterluan itu, Bu Yuli akhirnya memberi hukuman kepada mereka bertiga supaya membersihkan halaman di seluruh sekolah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ShalmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang