28. Nowhere to be found

2.2K 439 55
                                    


Suara lantunan musik indie bergema memenuhi hampir seluruh sudut ruangan cafe. Sudah genap 30 menit mereka terdiam tanpa suara.

Setelah membuntuti Jinyoung hingga lift dan melihat dimana lift itu terakhir berlabuh, mereka cukup yakin bahwa Jinyoung berhenti di lantai 28. 

Agar tersusun rapih dan tanpa celah, mereka menghentikan aktifitas stalking hari ini cukup sampai disini.

Namun bukan lantai apartemen atau strategi selanjutnya yang membuat mereka terdiam cukup lama dan hanyut tenggelam didalam pikiran mereka masing masing, namun fakta bahwa Jinyoung lah yang mencoba mencelakai Hyunjin bulan lalu.

Memang, bukan hanya ada satu range rover hitam di kota ini. Namun fakta bahwa Jinyoung tersangka utama yg dicurigai menculik Jeongin semakin memperkeruh suasana. Meskipun tragedi mobil belum pasti 100%, namun hal itu cukup menepis rasa ragu Hyunjin tentang Jinyoung mungkin saja tidak bersalah. Ibarat luka menganga diberi garam, fakta bahwa Jinyoung tersangka semakin kuat.

"dude u look like a zombie. Go home and rest. We continue tomorrow."  Usul Seungmin yang kini menatap Hyunjin iba. Bagaimana tidak, kantung mata hitam semakin jelas menghiasi wajah rupawan pemuda tersebut. Guratan kelelahan terpancar jelas dari raut wajahnya

Terlepas dari keinginan kuatnya menemukan Jeongin, Hyunjin nyatanya memang benar benar merasa lelah. Tanpa penyanggahan, Hyunjin mengangguk. Meneguk habis Americano nya lalu beranjak dari duduknya.

"oke. Ayo gue anter."

Setelah membayar ke kasir dan memasuki mobil, melihat keadaan Hyunjin yang benar benar mengenaskan, Seungmin mengambil inisiatif untuk menyetir. Karena tidak memiliki tenaga untuk berdebat dan beradu pendapat, Hyunjin hanya menurut.

Keheningan memenuhi mobil yang kini diisi dengan suara radio. Seungmin fokus berkendara dan sesekali bersenandung pelan mengikuti lantunan lagu yang diputar.

"Lo bisa ceritain tentang Jeongin?" ucap Hyunjin memecah keheningan untuk membuka percakapan.

Seungmin mengernyitkan dahinya. Mendapat respon itu, Hyunjin mengerti. "Maksud gue dulu Jeongin gimana. You know, before all that shit happend."

Seungmin mengangguk mengerti, lalu tersenyum kecil. Matanya terus terfokus pada jalanan yang kini hanya tercahayai mentari yang kini semakin tenggelap di ufuk barat.

"He's a sunshine. A bright bright sunshine." Senyuman Seungmin terpajang jelas, dan menular pada Hyunjin. Dalam hati membenarkan bahwa pemuda mungil itu adalah mataharinya juga disetiap hari harinya.

"Dia dulu ceria banget. Aura positif dia tuh mancar, bikin orang disekitar dia ikut ikutan seneng hanya karena liat dia ketawa atau bercerita. Definisi anak yang dibesarkan dengan penuh cinta."

Hyunjin masih bungkan dan mendengar cerita Seungmin yang kini setidaknya menghangatkan hatinya dan mengobati sedikit relung hatinya yang terluka besar menahan kerinduan.

.
.
.

Sore ini Hyunjin telah bersiap, lengkap dengan mantel tebal karena Seoul hari ini menginjak suhu hingga 10 derajat celcius. Mata tajam itu kembali melirik jam pada nakas yang kini menunjukan pukul 2 siang.

Pemuda itu ada janji dengan Seungmin akan melanjutkan penyelidikan. Hari ini seperti biasa Seungmin yang membawa mobil. Untuk mengurangi rasa curiga Jinyoung.

Setelah mendapat pesan dari pemuda bersurai coklat bahwa dirinya tekah sampai di lobby apartemen, Hyunjin langsung menyambar dompet dan ponselnya diatas nakas lalu melesat menuruni lift.

[1] Save Me • Hyunjeong || COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang