10 Oktober

207 5 0
                                    

21.32
JUNGKOOK keluar dari dapur dengan langkah lambat.
Bahu kirinya mendorong kuat salah satu pintu kembar kayu jati dengan jendela persegi dimasing-masing pintu. Beruntung, ketebalan pintu dan peredam yang dipasang membuat semua keributan didalam dapur tidak pernah terdengar keluar.

Jika tidak, mungkin banyak tamu yang pergi sebelum memesan. Asisten koki yang membantunya sore tadi mengacau. Jungkook terpaksa harus mengusirnya keluar karna dia bersikeras menangani obor meringue dan justru membuat kondisi semakin buruk.

Jemari kanannya membuka satu per satu kancing jaket kokinya dan melonggarkan bagian lehernya.

Ia mendorong pintu lain menuju ruang ganti. Tangan kirinya kemudian menarik lepas dan melemparkan jaket putih yang penuh cipratan minyak dan saus itu kedalam keranjang cuci yang setengah penuh didekat pintu masuk. Jaketnya tersampir berantakan ditepian keranjang dengan salah satu lengan tergeletak dilantai.

Ia mendengus.

Biasanya, Jungkook akan berjalan mendekat dan merapikannya. Namun, suasana hatinya sekarang sedang tak sebaik biasanya.

Jungkook mengabaikannya dan berjalan mendekati lokernya. Ia melepaskan kaus crew neck putihnya yang dibasahi keringat dan melemparnya kedalam loker. Ia menarik handuk dari dalam tasnya dan kakinya otomatis bergerak cepat menuju kamar mandi.

Detik berikutnya ia merasa kembali hidup adalah saat air dingin dari pancuran menyiram kepalanya.

Jungkook memiliki waktu sangat singkat untuk sendirian sebelum kembali ke dapur.

Ia koki utama sif nanti malam dan menu sarapan besok pagi belum siap. Beberapa tamu hotel juga memesan sarapan pukul tiga pagi sebelum penerbangan pertama.

Jungkook masih dalam usaha segera mengeringkan rambut carly berwarna dark brown nya saat seseorang memanggilnya

"Bad day?"

Jungkook menutup pintu loker dan mendapati Starla, salah satu koki pastri senior, baru saja datang dengan rambut kucir kuda dan kacamata bulatnya. Gadis itu membuka loker dan menarik celana panjang kokinya.

"Hmm," balas Jungkook singkat.

Starla menutup lokernya dan menatap Jungkook sejenak.

"Keluarlah," katanya kemudian seraya menunjuk rambut acak-acakan Jungkook. "Ku beri kau dua jam."

"Apa?" balas Jungkook spontan. Ia baru akan menolak saat mengamati ulang wajah Starla dan mendapati gadis itu terlihat bersungguh-sungguh. "Hmm. Thanks." Jungkook mengangguk sebelum Starla berlalu cepat ke kamar mandi.

Jungkook pun berhenti mengeringkan rambutnya.

Ia melemparkan handuk basah itu kembali kedalam loker. Tangannya memakai cepat kaus henley abu-abu menutupi crew neck putih bersih ketiganya hari ini.

Ia berhenti sebelum keluar dari ruang ganti dan mengatur rambutnya didepan pantulan kaca setinggi dua meter itu. Manajer baru mereka meminta para koki tetap berpenampilan seperti manusia saat keluar dari dapur meski setelah janggut mereka terbakar.

Dan bersyukurlah Jungkook tak pernah minat untuk memelihara janggut seperti patner kokinya yang lain.

Jungkook menuju balik meja bar saat melihat Jimin yang bertugas malam ini. Ia sedang meramu sesuatu dengan shaker alumuniumnya saat menertawakan penampakan Jungkook.

"Kau terlihat lebih kacau dariku, Jung."

"Shut up." Jungkook membuka kulkas kecil di bar. "Tawarkan aku sesuatu."

171 HOURS(REMAKE) : BTS Jungkook [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang