The Minecraft [End]

04

    Perjalanan panjang dilalui oleh Vania. ia bahkan telah melalui Jungle yang sangat panjang. Tanpa ia tahu, ternyata ia telah menemukan Junggle tample yang dicari-carinya.

"Akhirnya....... Ada juga keberuntungan hinggap. Jumpa juga gua Junggle Tample yang gua cari-cari." Syukur Vania pelan. perlahan ia memasuki Junggle Tample itu.

   Diantara kesunyian di Junggle Tample. Telinga Vania masih berfungsi dengan baik. Suara derap kaki yang perlahan-lahan mulai terdengar. Vania mulai mencari sumber suara itu. Perlahan ia mundur... mundur... dan mundur.... hingga ia terbentur sesuatu.

"KYAAAAA......." Teriak Vania hingga terjatuh terperosok.

"Elu? lu ngikutin gua?"

"Enggak, enggak. Suer dah, gua gak ngikutin lu. Lo aja yang kebaperan."

"Terus lo ngapain disini? pergi sono!"

"Nggak mao. Gua butuh peralatan lebih!"

"udah gua ambil semua! Puas lo?"

   Vania melirik pelan ke arah mata Teguh. Ia sedikit merutuki dirinya. Kenapa dia harus bertemu dengan orang ini lagi? Ya apa boleh buat?

   Sebuah tangan kekar terjulur tepat di hadapan Vania.

"Gak perlu, gua bisa sendiri." Tolak Vania.

"Sapa juga yang mau bantuin elu, orang gua mau minta ambilin Axe gua. " Ucap Teguh dengan wajah mengejek.

"Ba-Bantuin Napa? Lu kan laki." Pinta Vania gugup.

"Lu tadi bilang bisa naik sendiri. Napa minta ditolongin lagi?" Tanya Teguh dengan wajah datar.

   Perlahan Vania berusaha naik dengan tenaganya sendiri. Ia terjatuh ke lubang setinggi 2 block. Tentu saja ia tak bisa naik sendiri.

   Vania membuka Chest yang ada di ruangan itu. Tapi hasilnya nihil. Tidak ada barang apapun disana.

"Lo ambil semua ya? Dasar tamak lu ye." Ejek Vania yang menunjuk Teguh dengan wajah marah.

"Biar aja tamak. Gua gak peduli sama sekali." Jawab Teguh, tiba-tiba ia berlari sambil menoleh kebelakang beberapa kali.

"Dasar! Bilang aja penakut!" Teriak Vania dari kejauhan.

"Biar aja penakut. Yang penting tetap ganteng." Jawab Teguh sambil berlari

"Ih, najis amat." Ucap Vania geli.