kebiasaan

614 55 28
                                    

Tokk... tokk... tokkk...

Bunyi pintu kamar kostan gue diketuk dari luar, tapi karna udah biasa sama bunyi ketukan itu, jadi gue biarin aja. Gue lanjutin lagi bobok cantik gue. Eh, maksud gue bobok ganteng gue.

"Wooy Chimmy, buka pintunya."

Suara teriakan seseorang diluar sukses bikin mata gue yang tadinya lengket gak mau kebuka, jadi melek lebar seketika. Ya meskipun gak selebar mata sapi, karna gue sadar mata gue emang sipit.

"Chimmy, cepet buka."

Hancur sudah ketenangan pagi gue karna teriakan yang hampir tiap hari gue denger. Gue kasih tau lo semuanya, si empunya teriakan maut itu gak lain dua sahabat gue, Nanon sama si Ohm.

Ini dua biang onar kalo gak segera dibukain pintu bisa-bisa gedor-gedor sambil teriak kayak preman malah.

"Iya bentar." Gue jalan kearah pintu "bisa nggak sih kalian nggak teriak-teriak pagi-pagi gini, hah?" Gue ngomong sambil buka pintu.

"Ya maap, Chim." Itu si Ohm

Sementara Nanon cuma cengengesan gajelas.

"Lihat nih udah jam berapa?" Lanjut ohm sambil menunjukkan jam tangannya.

Kaget gue lihat kearah jam tangan hitam yang bertengger di pergelangan tangan Ohm.

"ALAMAKKK!!!"

Tereak gue karna tuh jarum jam yang pendek udah bertengger di angka sembilan.

"Kenapa lo berdua gak bangunin gue dari tadi?"

"Kita udah gedor-gedor pintu lo dari jam delapan tadi. Cuma lo aja kalo tidur kayak mayat." Sahut si Nanon.

Bergegas gue ganti baju sementara Nanon sama Ohm ngomel gak karuan.tanpa mandi plus tanpa cuci muka pula. Biarin nanti gue lap muka gue pakek tisu basah di perjalanan ke cafe.

Oi iya, lupa gue gak ngenalin diri gue ke kalean. Oke, gue Chimmy. Nama asli gue sih wachirawit, cuma karna gue imut orang tua gue ngasih julukan Chimmy ke gue. Dan yup, karna gue udah nyebut nama cafe, gue kasih tau ke lo semuanya dengan bangga profesi gue. Yup, gue pelayan cafe. Bukan pemiliknya ya, jadi jangan gagal paham kalean.

Oke, gue udah siap. Saatnya ngajak dua orang brengsek ini ke tempat kerja gue.

"Ayo!"

"Lo gak cuci muka?" Nanon nanya.

"Bacot lu, non." Jawab gue santai. "Kalo lo gak mau bareng gue karna gue gak cuci muka, ya udah sana berangkat aja sendiri."

"Jan marah dong, Chim. Nanon cuma bercanda kok." Ohm mendinginkan suasana. "Maafin Nanon na.. na.."

"Oke, gue maafin tapi nanti di jalan beliin gue roti sama kopi buat sarapan gue."

"Lo meras kita?" Tanya Nanon lagi.

"Deal. Gue beliin buat lo." Ohm setuju.

"Nah, begotoh dong." Jawab gue santai sambil melenggang pergi didepan dua sahabat gue yang jalan mengikuti gue.

Oke, gue ceritain kenapa Ohm baik banget sama gue. Hari ini hari pertama Ohm sama Nanon kerja setelah sekian lama sejak lulus kuliah mereka jadi pengangguran, orang tua mereka nyetop. eh, bukan nyetop sih. Lebih tepatnya motong uang kiriman karna orang tua mereka mau mereka mandiri. dan akhirnya satu-satunya jalan, ya mereka ikut gue jadi pelayan cafe.

Kalo si Nanon sih, sebenernya dia gak mau ikut gue. Dia pikir rugi kuliah capek-capek kalo ujung-ujungnya jadi pelayan Cafe. Kalo Ohm yang penting dia cepet menghasilkan uang, dia mau aja. Ngelihat si Ohm mau kerja ikut gue, akhirnya si Nanon dengan terpaksa ikut juga. Begitulah ceritanya Krub.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hate or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang