Embun
"11-A3."
Langkah Embun berhenti saat menemukan papan nama kelas yang akan dia tempati setahun mendatang. Sekolah masih tidak begitu ramai, sengaja datang cukup pagi untuk hari pertamanya kembali sekolah.
Embun berniat mengamati suasana dan penghuni kelas saat ini. Ia ingin mengenal setiap wajah yang akan menjadi teman kelasnya untuk pertama kali, dengan datang lebih pagi dia juga bisa menghindari perhatian saat memasuki kelas.
Beberapa orang ternyata datang lebih dulu, membuatnya harus membalas sapaan ramah saat berjalan ke bangku belakang mencari bangku.
Pilihannya jatuh pada bangku paling belakang yang dekat dengan jendela, dia menyibak tirai yang masih tertutup dan membuka jendela sepenuhnya.
"Nyaman."
Embun tersenyum girang, matanya terpejam saat angin pagi dari luar menyapa wajah dan menerbangkan helai rambutnya ringan. Sepertinya dia akan sangat menyukai bangkunya kali ini.
Pandangannya terlempar keluar jendela, memeriksa koridor yang mulai berisik dengan halu lalang manusia, masih dengan senyumnya yang terlihat seperti orang bodoh.
Namun seseorang mengambil perhatiannya, laki-laki yang berdiri tidak jauh dari jendela itu juga sedang menatapnya sekarang.
Dia tersenyum ringan, dengan gerakan halus Embun segera mengalihkan pandangannya kembali kedalam kelas.
Kejadian itu membuatnya sedikit terkejut, entah sejak kapan laki-laki itu berdiri disana. Embun menggerutu dalam hati, dia mendadak malu saat berpikir laki-laki itu sudah pasti berdiri sedari tadi disana dan melihatnya kegirangan sendirian dengan aneh.
"Ya, dia pasti tersenyum karena itu." Gumamnya.
"Kudengar kelas A3 wali kelasnya Bu Anin." Seorang siswa berjaket denim memasuki kelas, 5 orang siswa lainnnya menyusul masuk.
"Wah beruntung sekali kita, bisa damai tahun ini. Kita bahkan juga sekelas dengan Awan."
"Kalian mulai berlebihan." Laki-laki yang terakhir masuk itu menggerutu dengan wajah malas mendengar ungkapan temannya, mereka tertawa lalu menepuk bahunya dengan santai.
Kelas mulai ramai saat mereka datang, mereka terlalu banyak menarik perhatian.
Embun yang sibuk meruntuk melihat mereka sekilas, tapi kembali menunduk cepat dan segera menutupi wajah dengan buku saat menyadari bahwa laki-laki di jendela tadi berada diantaranya.
Saat melihat sekilas tadi, Embun mengenali sebagian dari mereka adalah atlet sekolah. Tidak heran kelas menjadi lebih berisik sekarang.
Mereka duduk pada bangku bagian belakang sama seperti Embun.
"Apa kelasnya disini juga?" gumamnya sendiri.
Embun harus memastikan laki-laki jendela itu duduk dan menyimpan tasnya, dengan gerakan yang dibuat senatural mungkin, Embun kembali memutar pandangan.
Sialnya mata mereka bertabrakan lagi, untungnya Embun bukan tipe perempuan yang suka salah tingkah. Dia kembali mengabaikan senyum yang lagi lagi laki-laki itu lontarkan untuk menyapanya.
"Permisi, aku akan duduk disini." Seorang gadis bermata coklat tiba-tiba berada di sampingnya, Embun sedikit terkejut. Dia hanya mengiyakan dan membiarkannya menyeret bangku untuk duduk.
Dia merasa lega sekarang, perempuan yang datang ini menyelamatkannya dari suasana tidak menyenangkan. Laki-laki jendela itu sudah tidak melihat kearahnya sekarang, Embun menghembuskan nafas lega.
"Namaku Senja dan 2 orang itu sahabatku, salam kenal." Dia mengulurkan tangan dengan hangat, Embun menyambutnya. Dua perempuan yang duduk di bangku depannya ikut tersenyum memperkenalkan diri.
"Aku Embun." Senja tersenyum, kemudian kembali asik berbicara dengan sahabatnya. Mereka membicarakan banyak hal random dengan semangat, mau tak mau Embun jadi ikut mendengarnya.
Melihat pemandangan yang sempat tak asing itu membuatnya kembali menghela nafas berat. Suasana hatinya berubah ubah dengan cepat hari ini.
Tanpa Embun sadar jam pelajaran sudah dimulai sejak 5 menit lalu, seorang perempuan paruh baya yang akan menjadi wali kelasnya sudah berdiri di depan kelas dengan sorakan senang seisi kelas.
"Terima kasih sambutan hangatnya anak-anak, kalian pasti sudah tau nama ibu dan dalam pelajaran apa ibu mengajar." Beberapa cuitan terdengar, beberapa menggoda dengan berkata baru pertama kali melihat dan belum mengenal Bu Anin.
Hal yang sangat klise hanya untuk membuat guru tidak efektif untuk Bu Anin, guru dengan senyum menyenangkan itu dengan tegas langsung memulai perkenalan kelas.
"Baik, dimulai dari Awan Pradipta. Wahh..kelas kita beruntung di tempati kapten futsal kebanggaan sekolah." Laki-laki jendela itu beranjak dari tempat duduknya.
Dengan perhatian penuh seisi kelas, laki-laki itu berdiri dengan sangat nyaman seakan terbiasa dengan banyaknya perhatian. Tanpa memperkenalkan diri, semua murid yang ada dalam kelas atau bahkan seluruh sekolah sudah kenal dengan jelas siapa laki-laki itu.
Tapi tidak bagi perempuan yang hanya tergagu di bangku sudut kelas. Ucapan Mentari yang memintanya untuk sedikit bergaul Embun rasa ada benarnya saat ini. Karena diantara seluruh isi kelas, hanya dia yang baru mengenal Awan.
Embun mengingat ingat lagi apa yang sudah dilakukannya setahun ini, tapi selain buku, perpustakaan, kantin, dan tempat tempat yang memang harus ia ketahui. Perempuan itu memang benar benar baru keluar dari goa-nya.
"Kelas ini sepertinya memang memiliki banyak keberuntungan ya, sekarang bahkan ada perwakilan olimpiade bahasa sekolah. Embun, silahkan perkenalan." Embun sedikit tergagap mendengar namanya dipanggil, tapi karena terbiasa bersikap tenang, tidak akan ada yang menyadari bahwa perempuan itu baru saja terbangun oleh kenyataan.
Dengan hanya memberi perkenalan singkat, Embun berjalan kembali pada bangkunya.
Entah ada apa dengan dunia. Matanya kembali bertabrakan dengan Awan. laki-laki itu bahkan masih tetap tersenyum padanya kali ini.
Ini sudah ketiga kalinya kejadian saling tatap dan senyum itu terulang, Embun rasa harinya sudah berubah sangat drastis bahkan di hari pertama dia kembali sekolah.
Kali ini Embun membalas senyum itu dengan anggukan ramah.
+++
Lama nggk up, gara gara liburan 4 bulan cuman hibernasi di rumah.
Jadi lupa caranya komonikasi sama manusia.Tinggalkan jejak ya
Salam hangat ♡

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA (bicara tanpa bersuara)
Teen FictionPerasaan yang melibatkan semesta, tentang bagaimana menumbuhkan rasa yang mati sejak dari bibitnya. Embun yang bisu, Awan yang cerah bahkan hampir sempurna, Bintang yang gemilang, Langit yang kelabu dengan ribuan sisi misterius, dan Fajar yang setia...