Namanya Mark Tuan seorang dokter psikiater rumah sakit jiwa terbesar di kota ini, dia mampir di butik ibuku ketika cuaca diprediksi akan turun hujan selama bulan oktober, bahkan ketika dia membuka pintu, kilatan putih dari arah barat tiba-tiba bercengkrama bersama angin yang juga ikut masuk kedalam ruangan yang sempit itu, petir terdengar bergemuruh sepanjang hari.
Dia melepas mantelnya dan manggantungnya di atas paku di belakang pintu, air hujan mencoba melepaskan diri dari mantel berwarna abu-abu itu dan menetes-netes di atas lantai menciptakan ritme khas musim hujan.
“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” sapa nyonya Park ramah tak lama setelah melihat pria muda itu memandang ruangan ini dengan seksama.
Pria muda itu membalas senyuman “Ahh……Saya hanya mampir sebentar, sambil melihat-lihat, diluar sedang hujan lebat” ujarnya sambil menunjuk ke luar ruangan yang dindingnya terbuat dari kaca.
Seperti sedang terjadi pertarungan sengit antara Zeus dan Poseidon di luar sana, ahhh cerita yunani klasik. Dan sepertinya pertarungan ini akan menjadi pertarungan yang panjang dibandingkan hari-hari yang telah berlalu di bulan oktober.
Setelah melalui percakapan singkat, nyonya Park dengan ramahnya mempersilahkan pria muda itu melihat-lihat koleksi butiknya. Pria itu berjalan-jalan sambil melihat-lihat apa yang bisa ditangkap oleh matanya, sesekali dia melirik keluar ruangan berharap agar pertarungan diluar sana berakhir dengan cepat.
Music klasik tahun 90-an juga terdengar memenuhi ruangan ini, membuat pria itu sepertinya betah dan ingin berlama-lama.
Suara pintu yang terbuka kembali terdengar, aku datang dengan wajah pucat karena kedinginan berada diluar, hari ini tak ada rencana apa-apa, aku hanya mampir setelah pulang dari kerja, kaget ketika mendapati lantai depan pintu dipenuhi dengan genangan-genangan air yang bingung mau mengalir kemana, ternyata dari jas hujan yang terlihat basah bergantung pasrah dibalik pintu.
Kulipat payungku yang juga dipenuhi dengan tetesan air hujan kemudian kutempatkan tepat disudut ruangan ini, mataku menjelajahi ruangan dan menangkap sosok seseorang yang juga sedang menangkap sosokku, mata kami saling beradu ketika dengan tiba-tiba dia melayangkan pandangannya ke arah deretan baju perempuan yang bergantungan di rak pakaian.
Aku hanya mempercepat langkah ke arah ibuku yang sedang duduk di kasir sambil menulis sesuatu, bisikan yang terdengar di kepalaku adalah “Ohhh… seorang pelanggan”
“Siang Bu…” sapaku memeluk wanita itu dari samping tubuhnya.
Dia mencium keningku tanpa melepaskan pelukanku “Siang juga sayang. Kenapa tidak langsung pulang ke rumah? Ayah-mu pasti sedang menunggu..”
Aku mengambil posisi di depan kasir tepat di depan ibuku “Aku sudah menelpon Ayah, katanya aku akan singgah sebentar kemudian pulang, diluar cuacanya sangat dingin”
Ibuku hanya memberikan senyum yang sedikit dibuat-buat “Baiklah.. tapi hanya sebentar. Oke!”
Sepotong baju perempuan tiba-tiba tergeletak menanti majikan baru di atas meja kasir, ternyata pria tadi berniat membeli gaun berwarna jingga ini “Berapa?” tanyanya kemudian segera mengeluarkan dompet yang berada di belakang saku celananya.
Ibuku pun melayani dan aku hanya menjaga jarak di tengah-tengah transaksi itu.
“Apakah hadiah ini untuk pacarmu? Atau istrimu?” tanya ibuku sedikit menggoda.
Pria muda itu hanya tersenyum malu “Aku mencintainya, tapi hari ini aku bingung mau memberikannya apa, jadi aku akan memberikannya hadiah dari butikmu, karena aku memang sedang berada disini”
“Kuharap dia senang karena kau memberikan ini..” jawab ibuku sambil menyodorkan sebuah kantong baju padanya.
“Terima kasih” jawabnya sambil mengambil kantong baju yang berisi barang belanjaannya “Mungkin aku akan sering mampir kesini” ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(VERSI 2) Short Story✔
Short Storybanyak alasan yang terjadi mengapa aku jatuh padamu, kau seperti takdir yang dibawa Tuhan padaku...... aku bersyukur bertemu denganmu, terimakasih.