kebetulan yang lain

268 46 0
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, hidupku yang tenang ini kembali tenang seperti biasanya, aku sudah masuk kerja, ini adalah minggu pertama semenjak aku meninggalkan rumah sakit, hari dimana aktifitas sebelumnya bisa berjalan apa adanya-seperti biasanya. Aku bahagia karena kembali pada kehidupan normalku juga karena sebentar lagi musim hujan akan berganti musim panas.

Aku berjalan menyusuri trotoar jalan ketika baru pulang dari kantor dan ingin kembali ke rumah, aura musim dingin belum juga hilang, masih tetap dingin dan langit juga masih betah memperlihatkan awan gelapnya, kuharap ini yang terakhir sebelum musim panas datang,  karena aku tak ingin demam seperti yang terjadi minggu lalu.

Langkahku terhenti ketika dengan sadar mataku memperhatikan toko buah yang ada di sebereang jalan, aku menghayalkan sesuatu yang segar setelah sampai di rumah, jus buah, sup buah, salad buah atau apapun yang mengandung buah-buahan.

Tanpa pikir panjang kakiku menyeberangi jalan dengan cepat, sesampainya disana tanganku tak hentinya memilah-milah buah-buahan segar yang akan segera menjadi penghuni lemari pendinginku, puas dengan pilihan buah yang ada di keranjangku, langkahku tiba-tiba bergerak menuju arah lain di ruangan ini.

“Maaf” suara ibu-ibu terdengar dari samping kiriku setelah sadar bahwa dia sedang menyenggol keranjang buahku.

Kepalaku berputar memandangnya “Tidak apa-apa” jawabku.

Beberapa detik setelah kejadian itu terjadi, ibu-ibu yang usianya tidak beda jauh dengan usia ibuku itu menarik ponsel-nya dari dalam tas, menghubungi seseorang, dan suaranya tampak terdengar lemah “Kepala ibu pusing, jemput ibu sekarang di toko buah yah!”

Aku yang berada tidak jauh dari ibu-ibu itu memandangnya sedikit khawatir “Anda baik-baik saja?” tanyaku.

Dia memandangku  dengan raut wajah sedikit ketakutan sambil terus memegangi kepalanya yang katanya semakin sakit, aku memandangi kesegala penjuru toko buah mencari apakah ibu ini datang bersama seseorang, tapi nyatanya dia memang seorang diri.

Dengan ekspresi panik aku memegangi pundaknya karena mulai bergetar kuat, dia mungkin akan terjatuh jika aku tidak menyangganya dengan kedua tanganku “apa anda ingin ke rumah sakit?”

“putraku dimana putraku???” gumamnya lagi.

Aku tak tahu dimana putranya, kemudian dengan gelisah dan ketakutan aku menacari bantuan ketika ibu itu menutup mata dan tak sadarkan diri.

Bunyi ambulance terdengar jelas di telingaku ketika dengan baik hatinya aku memutuskan mengantar ibu ini ke rumah sakit, aku tidak mengenalnya, tapi alangkah lebiih baiknya jika aku memang harus berbaik hati untuk membantunya hari ini.

Beberapa perawat menanganinya dengan cepat ketika kami baru saja masuk kedalam rumah sakit, setelah pemeriksaan, aku menungguinya sampai dia bangun dari pingsannya, syukurlah dokter mengatakan bahwa ini tidak terlalu serius, lalu aku kembali melirik ponselnya yang sejak tadi berdering semenjak di toko buah.

Suara seseorang menyahut lebih dulu “ibu…kau dimana? Aku datang ke toko buah tapi kau tidak ada disana…kau baik-baik saja?” ujarnya dengan intonasi cepat.

Dengan gemetar aku menjawab “ibumu ada di rumah sakit…datanglah! Dia pingsan di toko buah dan aku membawanya kesini”

Setelah itu aku hanya mendengar nada orang yang benar-benar hawatir dari balik telpon, suara laki-laki yang katanya putranya itu akan segera datang.

Beberapa menit berlalu, seseorang tiba-tiba saja menyahut dari belakangku, membuatku menoleh dan hampir terjungkir dari atas kursi.

“Rose……”

(VERSI 2) Short Story✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang