Prolog

72 2 0
                                    

◽🔸◽

"Aishjinjja!" gerutu seorang gadis yang tengah berlari pelan. Dari raut wajahnya menggambarkan, jika gadis itu tengah kesusahan.

Ya tentu saja! Ia membawa tiga paper bag besar yang berada di kanan kirinya. Sudah dengan beban itu, ia berlari memakai stiletto 5cm nya.

"Yoora-ya!"

Gadis pemilik nama barusan menghentikan langkahnya kemudian menatap orang yang memanggilnya.

"Ada apa Nara?"

"Malam nanti kau akan mengadakan pesta kan?"

Yoora mengenyit. "Aku tidak bilang apapun tentang pesta"

"Aigoo~ ingatlah perkataanmu! Jangan mengurusi bos mu terus!"

"Maaf Nara, aku tidak punya banyak waktu. Kita bicara nanti!" ucap Yoora langsung berlari pergi masuk ke dalam sebuah ruangan.

"Ya! Kau akan mati kan?!?!" kesal Nara yang masih bisa di dengar oleh Yoora.

Gadis itu mengetuk pintu dengan label nama 'President' pelan, kemudian masuk ke dalamnya.

"Choesonghamnida..." gumam Yoora sembari membuka jas milik bos nya dan membuka paper bag tadi.

"Kau terlambat satu menit" ucap bosnya. "Dan itu karena Nara!" lanjut Yoora di dalam hati.

"Maaf"

Yoora membuka simpulan dasi laki laki di depannya, lalu menggantinya dengan yang baru saja dibelinya tadi.

"Berkas"

Yoora mengangguk pelan setelah menyelesaikan simpulan dasi. Kemudian dirinya berlari keluar ruangan, menyiapkan beberapa berkas yang akan dibawa oleh bos nya untuk meeting.

Dalam sekejap, Yoora kembali lalu menyerahkan berkas tadi. Tak berhenti sampai disana, Yoora langsung membereskan paper bag tadi. Menggantung jas bos nya di hanger dan menaruhnya pada gantungan yang terletak di ujung ruangan.

Yoora menunduk kecil pada bos nya kemudian keluar dari ruangan. Meninggalkan seorang laki laki yang tengah sibuk membaca beberapa berkas.

Setelah duduk di kursinya, Yoora menatap sekali lagi bos nya dari kaca. Bukan, bukan menatap wajah laki laki itu, melainkan menatap gerakan tangan itu yang sedang membulak balikkan kertas.

Saat itu juga Yoora langsung de javu. Dirinya ingat betul bagaimana hari dimana yang tidak akan pernah dilupakannya itu.

Pada hari selasa siang yang sedikit cerah. Pagi pagi sekali Yoora sudah datang ke kantor ini. Menunggu sesi wawancaranya yang ternyata dijadwalkan pada sore hari.

Akhirnya Yoora memilih keluar dari kantor, mencari tempat untuk menghabiskan waktunya seharian ini.

Karena tak cukup memiliki banyak uang untuk naik bis, Yoora hanya bisa berjalan kaki. Dirinya menyebrang jalan, dan menemukan sebuah perpustakaan.

Disanalah Yoora menghabiskan waktunya hingga sesi wawancaranya dimulai.

Yoora sedikit terlambat lima menit karena menunggu lift yang lama. Ya, ingatlah jika ruangan presiden direktur berada di lantai yang tinggi. Jadi butuh waktu lama untuk sampai.

Dirinya memulai wawancara dengan kepala yang sedikit menunduk. Pandangannya mengarah pada sebuah papan bening yang didalamnya bertuliskan sebuah huruf berwarna hitam.

P r e s i d e n t  D i r e c t o r
사 장

M i n  Y o o n g i
민 윤 기

Yoora berusaha mati matian saat itu untuk tidak menatap kedua mata yang memancarkan aura intimidasi dari awal ia melihatnya.

"Apa kau akan terus menunduk seperti itu?" gumam Yoongi membuat Yoora refleks mendongak, menatap laki laki itu yang sedang menunduk.

"Maaf" balas Yoora pelan seraya melihat tangan Yoongi yang tengah membalik balikkan CV nya. Ia menggigit bibir bawahnya gugup.

Saat kepala Yoongi mendongak menatap lawannya, refleks Yoora juga mengikuti gerak laki laki itu.

Kedua mata mereka bertubrukan.

Yang satu dengan pandangan dinginnya, dan yang satu dengan pandangan gugupnya.

Baru kaliini Yoora melihat sepasang mata yang begitu menyeramkan seperti itu.

"Selanjutnya" gumam Yoongi tanpa melepas kuncian matanya.

Yoora tersadar begitu saja dengan suara berat Yoongi, kemudian menunduk kecil. "Komapseumnida" ucapnya sebelum pamit keluar dari ruangan.

Saat mengingat itu semua, yang paling sering diingatnya adalah mata laki kaki itu yang seakan dapat membunun hati Yoora perlahan.

Terlalu tajam dan dingin.

"Lee Yoora!!"

Yoora tersadar dari Lamunannya kemudian bergegas berdiri dan masuk ke dalam ruangan Yoongi.

Ia merutuki dirinya sendiri. Bisa bisanya melamun disaat saat sibuk seperti ini.

↔↔↔

Yoora mengangkat gelas keduanya kemudian menubrukkannya pelan pada gelas gelas yang lain.

"Bersulang!"

Yoora meminum soju itu sekali teguk seraya mengernyit. Mau sejago apapun dirinya dalam urusan minum, tetap saja Yoora tidak biasa saat alkohol itu membakar tenggorokannya.

"Ah, Yoora! Bagaimana perasaanmu setelah bekerja selama setahun dengan bos mu?" tanya Nara yang sudah hampir mabuk.

Yoora memejamkan matanya sebentar. "Entahlah" balasnya sembari meneguk segelas soju lagi.

"Kau benar benar sekertaris setia" sahut Daera.

Saat ini Yoora dan kedua temannya tadi sedang berada di salah satu rumah makan dekat kantor. Sehabis pulang bekerja, waktu luang Yoora di rebut oleh dua manusia ini.

Katanya, untuk merayakan satu tahunnya Yoora bekerja dengan Yoongi.

Yahh... Mereka berdua memang kadang berlebihan.

Barusaja memikirkan Yoongi, ponsel Yoora berdering menandakan ada panggilan khusus. Ya, memang suara dering telfon Yoongi dan lainnya dibedakan, jadi Yoora tahu siapa yang menelfonnya.

"Yeoboseo?"

"Lee Yoora~" gumam orang disebrang sana dengan nada yang 'lirih?'.

"Wae? Ada apa pak?"

"Munhee~"

Yoora berdiri tegak. "Tunggu, anda dimana?"

'Tut tut tut tut'

Yoora mengambil tasnya dan berlari begitu saja keluar dari rumah makan tanpa sepatah kata apapun, meninggalkan Daera yang berbengong bengong bersama Nara yang sudah mabuk.

"YA!! Kau kebiasaan Lee Yoora!!" teriak Daera.

◽🔸◽

The Secret Life of My Boss | Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang