wish you were gay

347 51 22
                                    

Namaku Kang Mina dan di umurku yang baru saja menginjak sembilan belas belas tahun ini, aku akhirnya menyukai seseorang.

Selama ini, teman-temanku mengejek aku adalah lesbian sebab tak pernah sekalipun menyukai lelaki dan hanya menempel pada Sohye. Tapi tak masalah juga, awalnya. Aku rasa aku memang tidak perlu repot-repot mencari lelaki selama ada Yoojung, Sohye, dan yang lainnya.

Tetapi, semuanya berubah saat menginjak kelas akhir. Yewon—Arin melambai heboh padaku dan memekik 'kita sekelas lagi!' dan mengajakku duduk sebangku dengannya. Didepannya, ada lelaki yang sepertinya menahan kantuk menunduk. Rambut pirang keritingnya mencolok, mungkin idol juga, pikirku.

Saat Arin berteriak, lelaki itu agaknya kaget dan mengangkat wajahnya—dan aku sadar aku telah tertarik sejak pertama. aku pernah melihatnya beberapakali berkegiatan di televisi, tetapi aku tak pernah menatapnya benar-benar memerhatikan.

Menarik juga.

Namanya Mark Lee, itu yang kutangkap dari name tag-nya. Nama itu kemudian kucari di Naver, menghabiskan berjam-jam larut malam yang seharusnya kugunakan beristirahat untuk mencari apapun yang berhubungan dengannya.

Ia terlihat amatlah menarik dengan wajah mengantuk dan kikuknya saat berbaur. Lebih menarik lagi saat ia tersenyum lebar dan cerewet memarahi adik-adiknya—dari hasil pencarianku, kutemukan nama-namanya; Jeno, Jaemin, dan Haechan—sebab menghampiri sang kakak dan mengajak kakaknya heboh-heboh untuk makan bersama di kantin.

Setiap detiknya aku merasa aku selalu jatuh lebih dalam padanya, tetapi aku hanya bisa diam. Setengah tahun diam dan memerhatikannya dari belakang. Yewon disebelahku jelas gemas melihatku yang tak pernah melakukan apapun untuk mendekati lelaki kanada itu—akupun gemas pada diriku sendiri. Tetapi aku tak punya daya untuk mendekati, sebab ia pun akhir-akhir ini jarang datang ke sekolah. Yang kubaca dari berita—ia segera comeback dengan dua unit sekaligus.

Bilamana ia sedang masuk sekolah pun, setiap aku ingin mendekatinya di jam istirahat, sebelum sempat bibirku mengucapkan sepatah kata, ia sudah diteriaki oleh adik-adiknya untuk makan bersama.

Hingga tawaran itu tiba, di bulan September dengan hawa ekstrim sebab peralihan musim panas menjadi gugur. Kakao-ku berdering, pesan dari manager. Ia bilang aku ditawari menjadi MC di sebuah program musik, bersama Ong Seongwoo—salah satu artis jebolan survival yang sama denganku, dan Mark.

Aku, kalut sebab Yewon masih saja mengejekku karena aku tak melakukan langkah apapun untuk mendekati Mark—langsung mengiyakan.

Setelah perkenalan kita secara formal, aku mulai mendekatinya—memberikan afeksi ringan seperti bertanya apakah sudah makan, atau sedang apa. Meski aku harus menutupinya dengan motif aku bertanya secara universal di grup MC bersama Ong Seongwoo.

Mark memang membalasnya, tapi jelas sudah lama sekali sejak aku menanyakannya di grup. Kupikir memang karena ia sibuk.

Tetapi saat aku mulai mendekatinya melalui pesan pribadi maupun disela-sela latihan untuk persembahan kami sebagai MC, aku mulai merasa aneh.

Ia memang meresponku, tetapi terlihat acuh tak acuh. Meski berlatih, matanya tak bisa lepas dari ponselnya yang tergeletak diatas lantai dipojok ruangan. Bahkan dengan Ong Seongwoo pun begitu—terlihat acuh tak acuh. Tetapi sikapnya lebih hangat.

Aku tahu Mark mulai memberikan peringatan bahwa ia tak mau didekati secara lebih, tetapi aku tak bisa. Semua bagai candu. Aku perlahan mulai tak bisa lepas dari kebiasaan memperhatikannya dan bermanja—meski aku menegaskan imageku sebagai gadis senang skinship dengan melakukan skinship dengan yang lain.

Bagaimana ya, aku tahu aku salah. Tetapi tidakkah kalian sadar bahwa jikalau kalian berada pada posisiku, kalian juga akan merasa serba salah begini?

wish you were gay [ MARK, MINA, HAECHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang