June 30th, 2016, Seoul
Pagi hari ini ada yang berbeda dari Jaehyun. Biasanya dia tak pernah mengajakku pergi ke butik dan selalu menyiapkan segala kebutuhan sandangku tanpa perlu aku minta. Namun kali ini dia mengajakku pergi ke sebuah butik.
Aku sebenarnya tidak masalah selama hal itu tidak merepotkannya. Maksudku, aku selama ini pasti merepotkannya, 'kan? Mengurus orang yang mempunyai gangguan mental selama 24 jam setiap harinya.
Jaehyun bilang ia akan memperkenalkan seseorang padaku. Entah lah, dia tidak mau mengatakan padaku siapa orangnya. Dia bilang orang itu adalah salah satu orang penting dalam hidupnya.
Huh, ku pikir dia hanya hidup seorang diri selama ini.
Setelah membersihkan diri, Bibi Han menata rambutku. Hari ini rambutku tidak hanya disisir saja, tetapi juga ditata rapi. Polesan riasan tipis semakin membuatku terlihat berbeda seperti biasanya.
Aku rasa, aku lebih cantik dari biasanya dengan paduan warna di wajah dan rambut yang terikat ke atas.
"Yeona, kau sudah–"
Aku bisa menatap pantulan sosok Jaehyun yang sedang berdiri di depan pintu kamarku di cermin. Pria itu terpaku sesaat sebelum kemudian berjalan mendekat ke arahku.
"Cantik," ujarnya setelah Bibi Han pamit undur diri.
Aku hanya bisa tersenyum dan tertunduk. Menyembunyikan rona merah yang hampir mengalahkan merah blush on di pipiku.
Jaehyun menggenggam tanganku lembut, mengajakku berdiri. Rok selututku yang sebelumnya terangkat saat terduduk kini terjatuh menutupi lututku. Gaun ini sangat indah menurutku.
Ya, tentu saja, ini pilihan Jaehyun.
"Kita berangkat sekarang?" tanyaku seraya menatap Jaehyun yang terlihat semakin tampan dengan kemeja hitam dan celana putih.
Kurasa sangat cocok dengan gaunku yang juga berwarna dominan hitam dan beberapa corak putih di pinggang.
Pria itu tersenyum, menampilkan lesung pipinya padaku. Lantas ia menundukkan kepalanya untuk mengecup ujung bibirku kilat. Oh, aku gila.
"Ayo, kita sudah ditunggu."
Perlakuan Jaehyun benar-benar tidak masuk akal. Aku pikir, jika aku tidak mempunyai akal sehat, aku sudah menyerang Jaehyun seperti wanita-wanita jalang.
Uhh, menggelikan.
Setelah beberapa menit membelah jalan ibukota, akhirnya kami tiba di sebuah butik. Sebenarnya jika bukan karena Jaehyun mungkin sampai kapan pun aku tidak pernah tahu jika Seoul seindah ini.
Pria itu menyelamatkanku.
Butik itu berada di pusat keramaian kota Seoul. Dari luar pun aku bisa menilai jika di dalam sana banyak pakaian-pakaian bagus nan mahal yang hanya bisa dibeli oleh kalangan atas seperti Jaehyun. Aku jadi berpikir, mungkin baju yang selama ini Jaehyun sediakan selama ini ia beli di butik ini.
Kami berjalan beriringan memasuki butik yang cukup luas itu. Tentu saja Jaehyun menggenggam tanganku.
Sungguh, kami terlihat sebagai seorang pasangan sungguhan dengan warna pakaian yang serasi. Dan bahkan sampai masuk pun Jaehyun sama sekali tak melepaskan genggamannya.
Aku tak banyak bertanya saat Jaehyun mengajakku berkeliling butik. Beberapa pakaian-pakaian wanita dan pria terpajang rapi di sana. Ah, seandainya aku memiliki uang, mungkin aku sudah kalap dan memborong semua baju di sana.
"Oppa!"
Seruan nyaring seorang wanita membuatku dan Jaehyun menoleh. Seorang wanita tinggi semampai dengan wajah yang sangat rupawan melambaikan tangannya ke arah kami. Dan sontak saja Jaehyun melepaskan genggaman tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION - Jung Jaehyun ✔
Fanfiction[Finished-Bahasa Baku] His affection cures. But sometimes I think, it would be better if I'm never cured. ⚠️ The story may trigger some of the reader. Be mature and read at your own risk⚠️ Genre: angst, short story, romance, sensitive psychology con...