Parastudio, February 2019
Aku meremas kedua tanganku saat tak sengaja memergoki beberapa kru menangis mendengar akhir ceritaku. Tidak, aku tidak lagi selemah dulu. Aku bukan lagi orang yang lemah.
Ku hela napasku panjang sebelum kemudian berujar, "Itu adalah pertemuan terakhirku dengan Jung Jaehyun. Kalian pasti berharap ceritaku akan indah pada akhirnya, aku pun awalnya juga begitu. Berakhir bahagia bersama Jaehyun, menikah, memiliki anak bersamanya."
Kedua mataku terangkat untuk menatap pria tegap dan luar biasa tampan yang kini juga tengah menatapku seraya menyakukan kedua tangannya di saku celananya. Aku tersenyum padanya.
"Tetapi, aku bahagia menjalani hidupku yang sekarang. Walaupun sempat terjatuh dalam kesedihan, ada penyelamat yang membuatku bangkit lagi. Dia adalah suamiku, belahan jiwaku, Seo Johnny."
Ketika aku melafalkan namanya, pria itu tersenyum lebar. Kedua matanya membentuk lengkungan indah, bukti bahwa ia begitu senang saat aku menyebutkan namanya.
"Kalian mungkin boleh mempercayai orang lain. Tetapi, kalian juga harus tetap realistis dan selalu percaya pada dirimu sendiri terlebih dulu. Ah, ku harap kalian juga tidak lupa untuk mencintai diri kalian sendiri."
"Oke, cut!"
Lengkingan nyaring produser acara ini membuat kru-kru di sana menjadi ribut. Entah apa yang mereka ributkan, tetapi aku sempat mendengar namaku dan Jaehyun disebut.
Aku tak peduli.
Setelah turun dari kursi tinggi yang aku duduki, aku segera menghampiri Johnny yang tengah merentangkan kedua tangannya ke arahku. Sesegera mungkin, aku menghambur ke pelukan hangatnya. Menerima dengan senang hati kecupan-kecupan ringan di puncak kepalaku.
"Sudah lega?" tanyanya tanpa melepaskan pelukan eratnya.
Aku tersenyum sangat lebar dan mengangguk kencang. Hatiku memang sudah sangat lega pasca menceritakan semuanya di depan kamera.
"Terima kasih, Oppa," ujarku.
Dia lah yang selama ini memaksaku untuk datang kemari dan menceritakan semuanya di depan orang. Bukan hanya untuk melegakan saja, tetapi juga untuk menyebarkan pesan positif pada orang lain.
Ketika aku dan Johnny masih berpelukan erat, wanita ber-earphone itu menghampiri. Menunduk sebentar dan menunggu acara berpelukan kami selesai.
"Terima kasih banyak, Nona Han karena telah menyempatkan untuk membagi kisah Anda pada kami. Jika tidak keberatan, apakah Nona Han bersedia agar rekaman ini kami unggah di acara kami?"
Aku tersenyum seraya melingkarkan tanganku ke lengan kokoh Johnny. "Tentu saja."
Lagipula untuk apa aku membagi kisahku jika aku sendiri tidak percaya diri untuk disebarkan ke orang lain?
"Untuk namanya–"
"Tidak perlu disensor, biarkan apa adanya," sahutku kemudian disambut anggukan setuju oleh Johnny. Dia benar-benar pria yang mendukungku di segala situasi.
"Baik lah. Terima kasih banyak, Nona Han."
Wanita itu berbalik meninggalkan kami. Mulai sibuk dengan kru-kru yang bersiap untuk sesi berikutnya seperti meninggikan kursi yang tadi kududuki.
Apakah orang selanjutnya begitu tinggi dariku hingga kursinya harus dinaikkan?
Dapat kurasakan Johnny membawaku untuk menatapnya. Wajahnya terlihat jenaka tapi juga serius. Ia menyisir lembut anak rambutku ke samping kemudian mengerucutkan bibirnya. "Tapi kau sudah menikah, Baby. Kenapa dia memanggilmu nona?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION - Jung Jaehyun ✔
Fanfiction[Finished-Bahasa Baku] His affection cures. But sometimes I think, it would be better if I'm never cured. ⚠️ The story may trigger some of the reader. Be mature and read at your own risk⚠️ Genre: angst, short story, romance, sensitive psychology con...