Semakin hari hubungan Keyzia dan Melvan semakin dekat, mereka sudah saling terbuka dan tidak ada lagi kecanggungan seperti dulu, saat pergi berdua pun mereka bisa membuat suasana yang nyaman dan menyenangkan walau dilanda macet yang super parah dalam perjalanan. Nemun berbeda dengan perjalanan mereka kali ini, entah mengapa ada rasa segan untuk saling bicara, hanya saling diam karena tidak ada yang berniat membuka obrolan. Di kursi penumpang bagian belakang pun Melanie, suster, dan asistennya hanya diam menikmati jalanan, hening tidak ada yang membuka suara. Hingga akhirnya Melvan memutuskan memecah keheningan karena kebingungan dan takut salah arah, "Key, ini jalannya bener ke sini kan?" tanya Melvan yang bingung karena sudah cukup lama menempuh perjalanan namun belum juga sampai di kediaman keluarga Adiputra. Rumah kediaman keluarga adiputra berada di pinggiran kota, di sebuah kawasan perumahan mewah yang jauh dari keramaian. Mereka sudah memasuki komplek perumahan di mana rumah keluarga Adiputra berada, namun ternyata masih harus masuk lebih dalam lagi. "Iya bener Van, lurus aja terus, nanti di depan belok kanan, kita lewat belakang aja, biar ga terlalu jauh jalannya." jawab Keyzia memetakan jalan dan meminta Melvan untuk masuk rumah Adiputra lewat jalan belakang. Cukup aneh memang, biasanya pemilik rumah, tamu, ataupun orang penting lainnya pasti masuk melalui pintu utama di bagian depan rumah, sedangkan pintu belakang biasanya dikhususkan untuk para pelayan, pegawai, ataupun kurir pengantar pesanan. Untuk kalangan atas seperti keluarga Adiputra maupun Prawira masih mengutamakan dan menilai segala sesuatu berdasarkan kasta atau level dalam kelas sosial. Tidak mau membahas lebih jauh mengenai jalan masuk, Melvan hanya menjawab "Ok" kepada Keyzia, biarlah semua rasa penasarannya ia pendam dulu hingga menemukan waktu yang tepat untuk bertanya kepada Keyzia ataupun mencari tahu sendiri.
Setelah cukup dalam masuk kawasan perumahan, tibalah mereka digerbang belakang rumah kediaman keluarga Adiputra. Ternyata rumah kediaman keluarga Adiputra terletak dibagian paling ujung perumahan, bagian belakangnya menghadap ke area kebun yang sudah seperti hutan, banyak pohon-pohon menjulang tinggi yang tumbuh di sana. Bagian gerbang belakang terlihat cukup ramai dibanding bagian gerbang depan yang sangat sepi ketika mereka lewati tadi. Saat ini dibagian gerbang belakang cukup banyak karyawan yang hilir mudik mengangkat box peti kemas, sepertinya logistik bahan makanan untuk keluarga Adiputra baru saja datang, banyak pelayan dan staff pegawai keluarga Adiputra yang tampak hilir mudik. Bahkan saat mobil Melvan memasuki area parkir pun dari mereka seperti tidak ada yang perduli, tidak ada sambutan, apalagi salam hormat dari pelayan dan pegawai, mereka hanya sibuk dengan pekerjaan mereka saja, seakan tidak kenal dan tidak perduli dengan siapa yang datang. Suatu hal yang cukup mengherankan bagi Melvan, nyonya rumah datang tapi para tidak ada yang perduli sama sekali. Tidak mau ambil pusing, Melvan dan Keyzia segera turun untuk membantu Melanie keluar dari mobil hingga dapat duduk dengan nyaman di kursi rodanya. "Halo nyonya, nona" sapa seorang staff ketika melihat Melanie dan Keyzia "Hai Vivi" ucap Keyzia membalas sapaan staff yang terlihat sudah berumur tersebut.
"Hmm... aneh banget, ini nyonya sama nonanya datang koq dicuekin. Mana Keyzia ga negur sama sekali lagi. Apa ga ada rasa hormat dari pelayan ke nyonyanya?" tanya dan gerutu Melvan dalam hati, ada rasa kesal dan aneh ketika melihat keadaan keluarga Adiputra, di depannya ada Melanie yang sudah duduk di kursi roda, di sampingnya Keyzia sudah berdiri dan hendak berjalan, namun dari sekian banyak pelayan di sana tidak ada yang menyapanya selain wanita tua yang bernama Vivi tadi. Melvan hanya menggelengkan kepalanya, tidak mau bertindak lebih, takut membuat Melanie dan Keyzia tidak nyaman, lagian ini baru pertama kalinya Melvan datang ke kediaman keluarga Adiputra, ia belum melihat keseluruhan dari keadaan hidup keluarga Adiputra. Biarlah semua rasa penasarannya ia pendam dulu, Melvan memilih diam dan mengikuti langkah Keyzia dari belakang sambil mendorong kursi roda Melanie, di belakang Melvan, suster dan asisten Melanie mengikuti.
Keyzia membuka sebuah pintu besi yang cukup kecil, hanya bisa dilewati untuk satu orang saja. Ketika melihat pintu tersebut dan setelah dibuka Keyzia tampaklah lorong kecil dengan dinding yang sudah lembab dan terlihat kusam, terbesit dalam pikiran Melvan "Seperti apa tempat tinggal Mamah Melanie? Apakah layak untuk ditinggali oleh seorang Nyonya Melanie Adiputra? Jangan-jangan ini pintu masuk mess pelayan dan ia tinggal bersama di tempat para pelayan...", miris melihat jalan yang akan mereka lalui menuju tempat tinggal Melanie namun biarlah itu menjadi pertanyaan dalam pikiran Melvan sendiri, karena sebentar lagi ia akan melihat sendiri seperti apa tempat tinggal Melanie dan mendapat jawaban dari semua pertanyaan dalam otaknya saat ini, apakah mamahnya tinggal di tempat tinggal yang layak atau tidak? Melvan mendorong kursi roda Melanie mengikuti Keyzia berjalan melewati jalan setapak dan lorong yang agak panjang, kecil, dan sempit, lalu saat keluar dari lorong tersebut terlihatlah sebuah taman yang sangat indah. Membuat Melvan terpukau melihat pemandangan yang ada dibalik pintu besi kecil tersebut. Tidak menyangka ada sebuah pemandangan yang sangat indah, sebuah taman yang sangat terawat beserta danau buatan yang menyejukan mata, di bagian ujungnnya ada sebuah pondok yang terlihat sederhana dan kecil namun tampak sangat bersih dan nyaman, lalu di samping pondok terdapat pavilion classic kecil untuk bersantai. Sebuah tempat sangat indah, bak di negeri dongeng, dibatasi oleh dinding tanaman yang menjulang tinggi. Namun tempat tersebut sangat sepi, sepertinya hanya ditinggali oleh Melanie beserta suster dan asistennya saja. Di sisi lain terdapat pintu besi yang menghubungkan area tersebut dengan area lainnya, sepertinya pintu tersebut merupakan penghubung ke rumah utama kediaman Adiputra yang sangat megah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of Love
Ficção AdolescenteKeyzia Adiputra Seorang cewe berumur 16 tahun yang memilih untuk berpenampilan nerd dan memiliki asumsi bahwa : Mencintai itu adalah hanya kata bualan untuk membuat target mabuk terbuai setelah itu terjatuh, sakit, dan akhirnya dicampakan. Orang-ora...