Part 4 : Mereka, Aku, Dan Kamu

188 4 0
                                    

Kopi hitam dan kue brownis pandan menyapaku terlebih dahulu pagi ini, yang berada diatas meja kayu antik yang sudah sedikit rusak, dan di apit oleh sofa berwarna coklat susu . Tak perlu waktu yang lama untuk menunggu bertemu sang pujaan hati,Bilal, entah kontak batin, atau rasa haus yang tak tertahan pada tenggorokannya, ia terlihat di dapur, dan menyapaku, maksudku menyapa kami (Tapi aku yakin, fokus matanya hanya ke arahku, semoga). Wajah yang masih lusuh, dan tak ada polesan sedikit pun membuatku merasa semakin mengenal dia lebih dari wanita wanita yang mungkin mengaguminya juga dan semakin jatuh cinta pada nya adalah pilihanku. Senyum khas nya, dan aroma parfum andalannya sekilas masih berada di sekitarku tak lekang dari khayalku. Aku mau dia. sebersit harapan dalam hati kecilku teriak. Mungkin sedikit egois.  Aku tertegun sesaat, bahkan mungkin menatapnya (tepatnya mempelototi nya, hingga nyaris mengeluarkan bola mataku yang sipit ini).

"bentar ibu' temanin saya beli keperluan ibu saya yah ", dia menghampiriku , dia dekat, bahkan semakin mendekat.

"baik-pak.. " ucapanku terpotong oleh getaran handphone yang berada di saku baju ku ini.

"kenapa bu', ada ma-sa-lah ?" ucapnya sambil memasang wajah tanda tanya di wajahnya (bukan wajahnya yang berbentuk tanda tanya, namun ekspresinya) 

"nggak kok" , aku kembali tersenyum padanya

"saya kebelakang dulu pak", segera aku ke kamar untuk menjawab telfon yang aku yakin itu mama, yang sedang menghawatirkan ku.

Matahari semakin terik tanda siang sudah kembali menyapa kami, syukurlah, kita masih bisa bertemu siang lagi. Tanda aku harus bersiap hang out dengan dia, meskipun aku harus bersama pembantu rumah ini. Itu bukan masalah yang cukup pelik nampaknya. Namun dewi fortuna selalu mengusapku dengan kelembutan jemarinya. pembantu rumah ini harus menjaga ibu Bilal sebelum aku dan Bilal sampai di rumah. How lucky am i!. aku bersorak dalam hati (ye.. ye.. lalaa... lallaa..).

Di dalam mobil , diam sejuta bahasa menjadi alternative pilihan kami. Aku duduk berdampingan dengannya . Aku sedikit menguap, sedikit mencuri pandang, Sedikit tersenyum (ketika ditanya), dan sedikit menahan air liur yang disebabkan menatapnya begitu dalam. "kita sudah sampai", ku tarik pandanganku yang nyaris kepergok olehnya, dan keluar dari mobil andalannya ini. Di tempat itu aku hanya menjawab segalanya dengan senyum , sesekali menjawab "iya" , "tidak", "benar", dan mungkin tak ada lagi kata yang lain yang mungkin ku keluarkan (saking gugupnya atau mungkin saking takutnya ketahuan kedokku yang sebenarnya).

Tak lama waktu yang ku habiskan dipusat perbelanjaan itu. Hanya 30 menit saja. Semua sudah terpenuhi. Sepulang dari tempat itu, kami bertolak pulang kerumahnya. Tak ada yang menarik. Gerak gerik kami sama dengan sewaktu berangkat tadi. Cukup memprihatinkan, bukan?. 10 menit sebelum tiba dengan selamat dirumah, rasa kantuk yang berlebihan menderaku, dan hal memalukan kembali terjadi. Aku tertidur. Kebiasaan mengeluarkan air liur tanpa sadar diantara sela-sela bibir tipisku ini tak terkontrol lagi. Betapa memalukannya diriku ini.

"bu, kita sudah sampai. eeh..?" dia membangunkanku dan menyadarkanku dari hal memalukanku ini, dan juga menegurku

"ituu tu" , ekspresi nya menunjukkan ada hal yang menjijikkan di wajahku, dan ia menunjuk kea rah titik itu.

"ya?" aku bingung dan panik, bahkan malu luar biasa

"oo maaf" tambahku, sambil me-lap nya dengan tissue yang ada di mobil.

Betapa malunya aku, dengan kelakuan yang sangat childhess ini, kalau terus begini mungkin kedokku akan terbuka secepat kilat. Bahkan sampai di kamar tante mia, di otak ku masih melintas kelakuan tolol ku itu. Meskipun hari ini sudah nyaris mewakili hari-hari selanjutnya (yang akan monoton) aku tidak akan patah aral dan selalu bersemangat jika mengawali dan mengakhiri 2 minggu ini dengan melihat wajahnya. Cukup menlihat wajahnya saja.

Hari pertama  berlalu begitu cepat, kemarin tepatnya, dan hari ini juga "cukup" berjalan baik(meskipun hal memalukan tadi ikut andil dalam kisah ini). Novel yang ku bacakan untuk tante mia yang semakin hari semakin berada di titik klimaks membuatku begitu semangat membacakannya. Semakin hari aku merasakan keakraban kami satu sama lain. Kami bersentuhan fisik (bukan seperti film-film 17 tahun keatas, danlupakan-adegan-itu !!), ku sisir rambutnya , membersihkan badannya, menggantikan bajunya (dan aku cukup kuat untuk mengangkat dan melakukan hal itu), tak terkecuali membantunya untuk BAB (Buang Air Besar) pula. Tak hanya dengan tante mia keakraban ku terjalin, bahkan dengan Bilal pula. Meskipun dia mengenalku dengan nama ibu' Shena Oriza, namun hal ini bisa membuatku dekat dengan nya. Bisa menatapnya merupakan kenangan yang tidak akan kulupa selamanya. Akan kah kami akrab dengan karakter dan asli seorang "aku" yang sebenarnya?. Semuanya akan terjawab oleh waktu. Sabar ku bisa terahan untuk menunggu hal indah itumenyapaku. Because I love him so much.

Jam weker berbentuk ayam yang selalu ku pajang dikamar yang kini beralih tempat di tempat usang yang disebut kamar ini membuatku bangun tak pernah telat.iya. Jam yang sedang mempercepat laju detiknya (mungkin hanya perasaanku saja) selalu  membuatkku ini memutarnya kembali , atau cukup menghentikannya saja (tapi itu tidak mungkin terjadi sepertinya). Sebab tanpa terasa sudah seminggu rutinitas indah ini (aku betul-betul menikmati semua yang kulakukan) telah ku lalui, berarti waktu yang tersisa untuk lebih bahkan untuk masuk menyentuh hatinya dengan "diriku" yang sebenarnya tinggal 7 hari lagi. Sedikit demi sedikit barang yang ku dekor di kamar yang kusulap menjadi kamar yang menarik (dari kamar yang penuh dengan sarang laba-laba) ku masukkan ke dalam tas. Aku menangis ?? ya , itu benar, bahkan, aku kini lebih sayang kepada ibu Bilal. Mungkin akan ada pembaca Novel untuknya yang menggantikan posisiku, namun tak aka nada yang sama dengan ketulusanku melakukan semuanya. Bahkan aku rela menemuinya diam-diam , meskipun menjadi karakter lain (itu janjiku). Ku harap seminggu lagi akan menjadi hari-hari yang menjadi kenangan yang tak akan mereka , aku, dan Bilal lupakan. Izinkan aku untuk menangis untuk kali ini. Ini sungguh membuatku merasa tak ingin melepaskan mereka. Terimakasih untuk menjadi kisah indahku. I wont to give up. I can conquer your heart.

Conquer Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang