14. bagian empat belas

315 8 0
                                    

Kemudian Arya Wirayuda dan Gupita berbincang-bincang akrab dengan kakek Sancoko yang bernama Ki Dukilo tersebut.

"Sejak awal menyaksikan latihan kanuragan tadi, saya dan Kakang Gupita sudah curiga, jurus-jurus yang dimainkan adalah jurus-jurus Sundang Wilwatikta yang merupakan ciri khas pasukan Bhayangkara, ternyata memang Ki Dukilo ini dulunya seorang perwira prajurit Bhayangkara" ujar Arya Wirayuda

"Tidak heran kalau anakmas berdua ini adalah murid kinasih Gusti Sentanu, meski sudah saya samarkan, tetap saja anakmas berdua mampu melihat ciri Sundang Wilwatikta" jawab Ki Dukilo

"Ah, Aki terlalu memuji, kebetulan saja sejak kecil kami juga dilatih jurus-jurus itu, sehingga kami menjadi hafal, coba kami tidak pernah belajar jurus-jurus itu tentu kami tidak akan tau Aki" ujar Gupita

"Sudah lama saya tidak bertemu dengan Gusti Sentanu, ingin rasanya saya sowan ke Penanggungan untuk bertemu beliau" ujar Ki Dukilo

"Wah, eyang pasti sangat gembira jika Aki bersedia menengok padepokannya di Penanggungan, eyang selalu bergembira setiap kali kehadiran teman-temannya di masa muda" ujar Arya Wiguna

Sementara itu, Sancoko yang awalnya ngebet ingin ikut Arya Wirayuda dan Gupita berkelana kemudian berubah sikap mengurungkan niatnya begitu mengetahui bahwa Arya Wiguna adalah seorang bangsawan tinggi kerabat Raja. Sancoko menjadi minder dan tidak percaya diri untuk ikut berkelana bersama seorang bangsawan tinggi.

"Ayah, tampaknya aku tidak jadi ikut berkelana dengan Raden Wirayuda, aku malu ayah jika ikut berkelana, apalagi mereka berdua ternyata ilmunya tinggi, aku tidak mau merepotkan mereka nantinya" kata Sancoko kepada ayahnya.

"Ya kalo ayah cuma terserah kamu, ada baiknya malah jika kamu mengurungkan niatmu untuk ikut berkelana, ibumu pasti akan gembira" ujar Ki Buyut

Malam semakin larut, namun perbincangan di halaman rumah Ki Buyut tampaknya semakin berkembang, situasi keamanan di beberapa tempat yang sering terjadi pembegalan atau perampokan menjadi bahasan yang menarik minat para anak-anak muda.

Timbul satu keinginan untuk mereka menjajal hasil latihan mereka selama berbulan-bulan seandainya suatu ketika muncul para perampok ke kampung mereka.

"Kita berlatih selama ini memang untuk berjaga-jaga, sungguhpun demikian kalau boleh memilih, tentu aku memilih tidak pernah ada perampok yang datang ke kampung kita ini" ujar Ki Dukilo

"Lalu kalau tidak pernah ada perampok yang kesasar ke tempat kita ini, bisa-bisa latihan kita tidak berguna Ki" jawab seorang anak muda

"Lho, lho, bukan begitu Gumbiro, kalaupun tidak ada perampok yang nyasar ke tempat kita, maka latihan kita tetap berguna, lihat tubuh kalian, jadi lebih bugar dan sehat dibanding setahun yang lalu, sehingga kalian jadi lebih kuat saat bekerja di sawah" jawab Ki Dukilo

"Benar yang dikatakan oleh Ki Dukilo, kami yang bertahun-tahun berlatih kanuragan di padepokan pun lebih menjalani latihan untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh, bahwa suatu waktu kita bertemu musuh atau orang jahat tentunya kita sudah punya persiapan, tapi itu jangan dijadikan semata-mata saat berlatih kanuragan" Arya Wirayuda menambahkan.

Begitulah mereka terus mengobrol saling bertukar pengalaman, sementara sebagian anak muda yang lain ada yang berkeliling kampung untuk memantau situasi keamanan.

Minuman hangat serta makanan kecil berupa ketela rebus dan kacang rebus menjadi penambah semangat mereka berbincang-bincang malam itu.

Paregreg, Senjakala WilwatiktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang