Moment

2.6K 217 63
                                    

Warning : It might be boring. This is not a love story between your favorite couple. So, just leave it if you don't like.

***

Kinal's POV

Dalam hidup, berbagai peran sudah kita jalani. Peran-peran itu yang kemudian disebut sebagai fase, atau tahap kehidupan. Dalam keluarga, ada yang menjalani peran sebagai Ayah, Ibu, Kakak, Adik, yang masing-masingnya memiliki tugas tersendiri. Dalam masyarakat, ada yang berperan sebagai pemimpin, atau masyarakat biasa. Dalam pekerjaan, ada yang berperan sebagai Bos yang bertanggungjawab atas karyawannya. Atau karyawan biasa yang harus bekerja untuk Bosnya. Sayangnya aku menjalani dua peran sekaligus di kantor. Menjadi Bos, juga karyawan. Yang membuat kerjaku menjadi  semakin berat.

Apa yang kalian lakukan pada jam sepuluh malam? Bersantai di rumah, menonton film dengan pasangan atau keluarga? Hangout dengan teman, nongkrong sampai larut? Atau bersiap untuk menyelami dunia mimpi, dengan kasur yang empuk, bantal yang nyaman, serta selimut yang hangat?

Lagi-lagi aku hanya bisa menyayangkan. Karena dari semua aktifitas yang kusebut tadi, tak satu pun yang bisa kujalani. Dalam hati aku berdoa, semoga rapat sialan ini segera berakhir. Tubuh dan otakku sudah benar-benar butuh istirahat.

"Sudah jam dua belas, rapat kita lanjutkan besok. Semua yang hadir di sini boleh datang ke kantor jam sepuluh, rapat kita mulai jam satu siang. Gunakan waktu istirahat kalian dengan baik. Selamat Malam." Pak Nolan akhirnya menutup rapat, membuat muka-muka kusut yang terpampang di ruangan ini, kembali cerah.

Aku membereskan berkas, buru-buru keluar dari ruang rapat, tanpa basa-basi pamitan pada karyawan lain.

"Pulang sendirian Nal?"

Aku mengangguk, kembali membereskan barang-barang di meja kerjaku.

"Aku duluan ya, Mas Erlan udah nungguin di lobi," pamit Rea.

"Hati-hati, Mbak."

Rea berjalan menjauhiku, keluar dari ruangan. Aku pun segera keluar dari ruangan. Di lobi aku sempat melihat Rea baru saja masuk ke dalam mobil.

Kulanjutkan langkah ke parkiran. Time to go home. Get some rest to face tomorrow's 'war'. Hope I can drive safely.

***

Baru saja duduk di kursi, sebuah tangan meletakkan paper bag coklat di mejaku. Aku mendongak, mendapati Rea yang tengah tersenyum hangat.

"Ini apa Mbak?" Tanyaku.

"French toast. Today's gonna be a long day, kamu butuh sarapan, isi energi buat hadapin rapat hari ini."

Bedanya aku dengan Rea adalah, ia selalu bisa bersikap ramah pada semua orang, bahkan saat rasa lelah menderanya. Tidak seperti aku, yang bahkan malas untuk berbasa basi, apalagi jika sedang lelah. Tapi begitulah Rea. Rea yang disukai banyak orang karena kehangatannya.

"Nanti kita makan siang di luar dulu ya Nal. Pak Nolan bilang rapatnya diundur jam dua kok."

"Again?" Tanyaku tak habis pikir, kenapa rapat harus diundur lagi.

"Ada untungnya juga kali, waktu istirahat kita jadi makin banyak."

Lalu Rea kembali ke mejanya yang tak jauh dari mejaku. Kuperhatikan paper bag berwarna coklat itu, sebuah note tertempel bertuliskan 'eat me :)'. Membuat senyumku mengembang.

Satu dari berbagai hal ajaib yang dilakukan Rea. Selalu menyertakan note bertuliskan kalimat singkat di makanan yang ia beri, yang selalu sukses membuat senyuman terbit di bibirku.

Sebuah Konsep Tentang Soulmate [COMPLETED]Where stories live. Discover now