[ SIXTH ]

38.5K 1.5K 38
                                    

Jangan lupa Vote+Coment kalian ya blurb blurb...!

Warning, Typo!

Happy Reading!!!!!

( ╹▽╹ )

Sharine melepas pelukannya dari Gian, saat merasa ada seseorang yang melihatnya tengah berpelukan dengan Gian dengan kondisi dirinya sedang menangis.

"Udah lega?." Tanya Gian lembut. Jujur, dia sedikit kaget saat keponakan kesayangan nya itu tiba-tiba menariknya ke lorong sepi, kemudian memeluknya erat dan menangis dengan deras tanpa suara.

Dan Gian tahu, menangis tanpa suara lebih menyakitkan daripada menangis sambil berteriak.

"Aku pikir, aku bisa. Aku kuat." Sharine menyeka air matanya, khawatir make up nya luntur banyak karena air matanya itu.

"but when i see my mom.., " Sharine menjeda ucapannya, kala wajah Adisa di ruangan tadi tiba-tiba terbayang di benaknya. "aku gak bisa. Aku benci fakta, kalau aku kangen dia."

Sharine tidak melanjutkan ucapannya. Gadis itu melepas masker yang dia kenakan, kemudian melihat pantulan wajahnya di handphone. Bedak yang dia pakai sedikit luntur, karena Sharine memang tidak ingin memakai make up anti air. Dia hanya mengenakan make up yang biasa saja. Dan hal tersebut membuat dirinya menyesal.

Untungnya, di dalam tas kecil yang dia bawa berisi make up ringan untuk berjaga-jaga jika kondisi tersebut terjadi.

Gian hanya menatap Sharine sambil merasakan sesuatu seperti menusuk jantungnya terus menerus. Perasaan bersalah dirinya pada Sharine semakin membesar, saat mendengar curhatan gadis itu.

Sharine tersenyum lebar saat dirinya sudah memperbaiki make up yang sedikit rusak karena ulahnya sendiri.

"Kapan kamu pulang ke rumah?." Tanya Gian setelah berfikir keras untuk mengutarakan nya atau tidak. "Atau kamu benar-benar gak akan pulang ke rumah?."

"Rumah itu... Tempat dimana kita merasa aman, nyaman, dan damai. Perasaan aman gak harus dari hubungan sedarah kok, kadang seseorang mendapatkan nya dari orang luar."

Setelah itu, Sharine pergi duluan meninggalkan Gian. Dan Gian tahu, makna dari ucapan gadis itu. Dalam garis besar, gadis itu benar-benar tidak ingin pulang ke rumah.

"Sha astaga Lo kemana?!." Kata Nicky pelan sambil menghampiri Sharine.

Nicky tadi ke aula, namun Sherene bilang bahwa Key's, Gian dan Geraldo pergi keluar di waktu yang bersamaan. Tentu, Nicky panik karena Geraldo pergi bersama Sharine dan Gian, sedangkan Nicky tahu perasaan Sharine tidak karuan setelah bertemu dengan keluarganya.

"Gue tadi ngobrol sesuatu sama Om." Sharine menunjuk Gian yang berjalan mendekati mereka semua dengan jempolnya.

"Geraldo?."

"Hah?."

"Geraldo dimana?."

"Maksudnya?."

"Jadi gini, Sha. Kata Sherene kalian bertiga keluar dari aula bareng, disisi lain bingung, bukannya Lo lagi ngehindar dari Geraldo?." Perjelas Kimberly.

Jadi yang tadi ngintip itu Abang gue? Tebak Sharine.

Sharine mengedikkan bahu nya, tidak peduli. Percuma juga dia tiba-tiba menculik Geraldo kemudian menyuruh laki-laki itu tutup mulut. Yang ada, Geraldo semakin curiga akan hubungannya dengan Gian.

Lagu pula, salah sendiri memiliki otak kapasitas rendah. Adik sendiri tidak dikenali, padahal keadaan sekitar seolah-olah sedang meneriaki laki-laki itu penuh amarah karena tidak peka sedikit pun.

THE SECRET OF SHARINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang